25

12.7K 586 54
                                    

           Raga sedang memperhatikan seorang wanita cantik yang sudah resmi menjadi istrinya dua jam yang lalu. Wanita itu sedang duduk dimeja rias berusaha melepas semua atribut yang ada dikepalanya mulai dari besi-besi yang entah apa namanya dan juga jepit-jepit hitam kecil.

"Mas, bisa minta tolong bantuin aku ngelepasin jepit-jepit ini gak?" Ucap Maya yang sudah berbalik badan menghadap ke arah Raga yang duduk diatas tempat tidur.

"Saya mau mandi. Kamu minta tolong yang lain saja ya" jawab Raga menolak dan langsung masuk ke kamar mandi yang ada dikamar Maya.

      Maya mendesah kecewa, Maya merasa Raga mengabaikannya. Dari tadi laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya tersebut hanya diam saja dan walaupun tersenyum kepada para tamu tapi dapat Maya rasakan kalau senyuman Raga terlihat dipaksakan. Padahal kan pernikahan ini keinginan Raga, Raga duluan yang mengajaknya menikah. Kenapa sekarang lelaki itu terasa menyesal menikahinya? Maya juga teringat tadi saat akad nikah, Raga harus mengulang hingga tiga kali dalam mengucapkan ijab qabulnya. Maya yang duduk disamping Raga tahu kalau Raga sedang memikirkan hal lain.

       Sementara Raga dikamar mandi mengguyur kepalanya dengan air dingin berharap otaknya bisa diajak kerja sama. Raga sadar sedari tadi dia mengabaikan Maya. Tapi itu karena bentuk rasa bersalahnya pada Maya. Raga bingung dan merasa malu pada Maya karena belum apa-apa sudah menyakiti perempuan itu dan tidak bisa menepati janjinya yang tidak akan menyakiti Maya. Raga juga tidak bisa berpura-pura seakan tidak terjadi apapun tadi malam. Raga yang terlalu kalut meninju dengan keras dinding kamar mandi hingga buku jarinya memerah.

     Keluar dari kamar mandi, Raga melihat Maya sudah bersiap untuk mandi. Mereka hanya bertatapan dalam diam lalu Maya meneruskan langkahnya menuju kamar mandi. Sementara Maya dikamar mandi Raga memilih mengecek handphonenya. Saat itu Raga lihat ada beberapa pesan masuk dari teman-temannya yang mengucapkan selamat. Membaca pesan yang lain, terselip satu pesan dari gadis yang membuat pikirannya kalut sedari tadi.

Olivia : Om, nanti malam kita harus bicara. Titik

         Raga menghela nafas lelah dan mengabaikan pesan dari Olivia. Apa yang harus dilakukannya saat ini? Tadi pagi sebenarnya ada keinginan untuk membatalkan pernikahannya dengan Maya. Tapi Raga takut kalau hal itu dilakukannya akan membuat ibunya stres karena dirinya. Sadar tidak bisa mundur lagi, dirinya memutuskan untuk tetap menikahi Maya. Soal Olivia nanti dia akan memikirkannya lagi.

                         **********

           Pesta resepsi antara Raga dan Maya berlangsung meriah dan lancar. Hampir semua tamu yang diundang datang. Selama acara Raga tidak banyak bicara dengan Maya. Hingga tiba saatnya para anggota timnya datang untuk memberikan selamat. Disana ada Olivia yang turut naik ke pelaminan. Saat sudah berada didepan Raga dan menjabat tangan laki-laki itu untuk memberikan selamat. Olivia berbisik pelan pada Raga.

"Kita harus bicara" bisik Olivia pelan

        Raga hanya diam saja dan Maya melirik Raga yang menegang saat Olivia gadis pengacau dihidupnya mencium pipi suaminya. Dasar gadis murahan ucap Maya dalam hati.

"Permisi..apa benar anda Bapak Raga?" Tanya sang bellboy

"Ya..benar" jawab Raga yang sudah berada didalam kamar hotel setelah selesai resepsi.

Sang bellboy tersenyum ramah "Maaf ini ada titipan dari tamu sebelah untuk bapak" ucap sang Bellboy pada Raga sambil memberikan secarik kertas pada Raga.

Raga menerima kertas itu lalu mengucapkan terima kasih. Keningnya berkerut bingung melihat secarik kertas ditangannya, sebentar matanya melirik ke pintu kamar mandi sepertinya Maya masih berada didalam kamar mandi. Raga membaca kertas tersebut dan membaca isinya. Mata Raga melotot terkejut membaca isi surat kecil itu dan buru-buru keluar dari kamar menuju kamar disebelahnya.

LOVE ARCHITECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang