6

12.3K 638 4
                                    

             Matahari sudah bersinar dengan cerah pagi ini tapi masih saja tubuh laki-laki diatas tempat tidur itu enggan untuk bangun dari tidurnya. Tadi malam Raga baru tertidur hampir menjelang pagi lagi karena harus menyelesaikan pekerjaan. Salahkan dirinya yang tertidur seharian kemarin ditambah setelah bangun tidur malah ngobrol dengan Martin dan Bembi hingga membuat pekerjaannya terbengkalai. Mencegah terjadinya hal kemarin terulang, Raga memilih untuk bangun lebih siang saja hari ini tapi apa daya tubuhnya digoncang-goncang dengan keras oleh seseorang yang menyuruhnya untuk bangun.

Raga menutup kepalanya dengan bantal "Bentar bun..Raga masih ngantuk banget. Lima belas menit lagi deh, bun"

"Ragaaaaa.....bangun gak kamu. Udah kamu mangkir tadi malam. Sekarang malah enak-enakan tidur. RAGAAA...BANGUNN...." Teriak sang bunda

          Sementara dipikiran Raga saat ini dirinya hanya sedang bermimpi. Rita yang kesal melihat Raga tak kunjung bangun menuju ke arah kamar mandi untuk mengambil air. Tak lama Rita keluar membawa segayung air dingin untuk diguyurkan ke kepala Raga. Para bawahannya tampak mengintip didepan kamar Raga dan tertawa cekikikan melihat Rita yang bersiap mengguyur Raga. Mereka berlima sudah tahu apa yang akan terjadi kalau kanjeng ratu Rita Harjono sampai datang ke kantor pastilah akan terjadi sesuatu pada bosnya yang berwibawa.

Byurrrr.....

"Shit..." ucap Raga yang langsung megap-megap dan terduduk mengusap wajahnya kasar. Kasurnya dan bajunya tampak basah karena disiram air barusan.

             Raga hendak menyemburkan sumpah serapahnya pada orang yang berani menyiramnya dengan air saat dirinya sedang tidur nyenyak. Namun baru akan memulainya Raga langsung meringis karena ternyata orang itu adalah ibunya. Raga langsung menyadari kenapa ibunya sampai dikantornya pagi ini. Hal ini terjadi pasti karena kemarin Raga tidak datang ke makan malam yang direncanakan ibunya. Kemarin setelah ngobrol hingga lupa waktu bersama Bembi dan Martin, Raga melihat handphonenya yang ternyata ada puluhan telepon yang tidak terjawab dan juga pesan-pesan dari sang bunda. Memilih untuk mematikan handphonenya dan rencananya besok yaitu pagi ini, Raga akan menghubungi ibunya dan membuat alasan kalau dia benar-benar lupa pada acara makan malam itu karena pekerjaan. Tapi belum sempat dia menghubungi sang ibu, ibunya sudah berdiri didepannya sambil memegang gayung yang sudah kosong sambil berkacak pinggang.

"Dasar kebo kamu. Dari tadi dibangunin gak bangun-bangun. Udah diguyur pake air baru kamu bangun"

"Tapi kan gak harus disiram, bun. Kasur Raga jadi basah" ucap Raga yang langsung berdiri kekamar mandi untuk mengambil handuk. Saat Raga keluar dari kamar mandi, dirinya melihat ke arah pintu dan melihat kelima anak buahnya tertawa cekikikan.

"Udah..bubar..bubar!! Yang gak mau bubar bonus bulan ini gak saya kasih" ucap Raga karena malu

        Rita pun menoleh kebelakang dan melihat para karyawan anaknya sedang tersenyum-senyum melihat kejadian ini.

"Eh...gak baik gitu. Enak aja kamu ngancem-ngancem karyawan kamu!! Kalau kamu gak keluarin bonus mereka. Bunda jewer telinga kamu" ucap Rita

        Jangan ditanya Bembi, Martin dan Ardi langsung tertawa puas karena dibela kanjeng ratu sementara Fero dan Inggit terkekeh-kekeh karena melihat bosnya diperlakukan masih seperti anak kecil oleh sang ibu.

"Raga becanda doang, bun. Udah bubar, buruan!!!" Usir Raga yang menuju ke pintu kamar mendorong tubuh-tubuh yang sedari tadi senang melihatnya menderita

Setelah semua pergi, Raga duduk di kasur dengan handuk yang masih melingkar dilehernya saat sang ibu bertanya

"Sekarang bunda mau tanya, tadi malam kamu kemana? Bunda gak enak sama keluarga Bu Hanum. Mereka tersinggung karena ketidakhadiran kamu. Kamu itu bener-bener buat bunda malu" semprot Rita

"Bun, Raga bener-bener lupa. Kan Raga udah bilang kalau Raga lagi banyak kerjaan dan tadi malam handphone Raga ketinggalan dimobil, kebetulan baterainya kosong. Jadi maaf kalau Raga gak bisa kasih kabar" ucap Raga berusaha menjelaskan.

"Banyak alasan kamu" ucap Rita

Ibunya menyusul duduk disamping Raga dan menghela nafas lelah "Raga, bunda tau kamu masih mencintai Johana" membuat tubuh Raga menegang karena terkejut. Kenapa ibunya tiba-tiba menyebut nama Johana.

"Tapi sekarang kamu harus buka mata kamu. Johana sudah bahagia bersama Davi. Bunda mau cerita saja, kemarin bunda bertemu Davi dan Johana di mall. Mereka tampak bahagia malah bunda lihat Johana sedang hamil lagi. Sepertinya sedang hamil anak kedua" ucap Rita. Rasa sesak langsung dirasakan Raga ketika mendengar mantan wanitanya sekarang bahagia tapi seperti yang pernah dikatakannya, lebih baik dia juga ikut bahagia saja dan mencoba membuang rasa sesak dihatinya.

"Lihat kamu bahkan masih terluka ketika bunda menceritakan hal ini. Asal kamu tau, bunda yang sakit lihat kamu begini terus. Semenjak dua tahun yang lalu, kamu tiba-tiba berubah menutup diri kamu bahkan pada bunda. Kamu hanya bekerja dan bekerja. Bunda merasa kehilangan akan sosok hangat kamu. Kamu yang dulu selalu menggoda bunda, menjahili kakak dan adikmu juga keponakanmu entah kemana sekarang sosok itu" ucap Rita dengan mata berkaca-kaca seolah dirinya dapat ikut merasakan kepedihan sang putra

"Lagian Fenita adik kamu sekarang bahkan sudah hamil anak kedua. Kamu mau nikahnya kapan lagi, Ga? Umur kamu udah tiga puluh lima tahun. Trus juga mumpung bunda dan ayah kamu masih hidup. Cuma pernikahan kamu yang belum ayah dan bunda saksikan. Setidaknya ketika bunda atau ayah pergi dari dunia ini disaat kamu sudah menikah, kami akan tenang karena akan ada yang merawat kamu "

"Cobalah buka diri kamu. Ijinkanlah hati kamu dimasuki oleh wanita lain. Jangan begini terus. Bunda mohon!!" ucap sang bunda yang kini tidak dapat menahan air matanya.

Raga langsung merangkul ibunya dan merasa sangat bersalah pada sang bunda. Raga tidak tahu kalau selama ini, sang ibu ikut tersakiti. Raga sadar ibunya selama ini hanya mengkhawatirkannya "Maafin Raga, bun. Jangan nangis lagi ya. Raga janji ini untuk terakhir kalinya Raga mengabaikan ucapan bunda"

"Kalau bunda mau Raga nikah. Raga pasrahin jodoh Raga sama bunda aja karena Raga yakin bunda pasti ngasih yang terbaik untuk Raga. Janji Raga, Raga akan coba menjalani hubungan dengan wanita yang bunda pilih" ucap Raga

"Hah..beneran kamu?" Ucap Rita yang langsung menghapus air matanya

Raga mengangkat alisnya "Semangat banget bun.."

"Ya..lagian kapan lagi kamu ngomong gini" ucap sang ibu

"Tapi kamu dah janji ya sama bunda. Kamu tau anak bu Hanum itu namanya Maya kerjaannya Teller dibank swasta. Anaknya cantik dan sopan banget terus lemah lembut lagi. Aduh..bunda suka banget sama Maya. Mana pintar bikin kue. Tadi malam dia bawa kue buatannya sendiri loh. Pokoknya Maya itu calon menantu idaman bunda" ucap Rita semangat

"Perasaan bunda baru nangis-nangis deh. Cepet banget berubah ekspresinya" goda Raga

Rita mencubit lengan Raga "Ih..kamu ya"

"Aduh..sakit, bun" Raga pura-pura meringis sakit lalu tertawa-tawa

"Oke...besok bunda atur pertemuan kamu sama Maya untuk malam minggu nanti. Kali ini jangan sampai kamu gak datang. Kalau sampai kamu nggak datang..bunda kutuk kamu jadi ganteng" ucap Rita

Raga tertawa terbahak-bahak "Ah..gak usah dikutuk aku udah ganteng, bun"

        Rita ikut tertawa, mana berani dia berkata sembarangan karena menurutnya perkataan dari orang tua itu bagai doa untuk anaknya.


                    ******

LOVE ARCHITECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang