Raga terdiam sambil memijat kepalanya yang terasa berat. Matanya menatap kertas-kertas yang bertebaran diatas meja kerjanya. Raga mendesah lelah, sedari tadi dia berusaha keras berkonsentrasi pada pekerjaannya namun terasa sulit sekali. Raga memutuskan untuk ke kantor sebentar karena Bembi memintanya untuk mengecek beberapa hal penting tentang proyek yang sedang mereka kerjakan saat ini. Tapi hingga saat ini tak satupun berkas yang diserahkan anak buahnya bisa diselesaikannya.
Saat seperti ini sudah barang tentu Raga tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Kepalanya penuh dengan masalah-masalah yang telah ditimbulkannya. Raga teringat tadi malam Maya menangis memohon padanya untuk tetap selalu berada disamping wanita itu dan melihat tangisan Maya membuat Raga belum sanggup untuk jujur pada istri pertamanya itu atas segala pengkhianatannya. Tapi disisi lain, Raga yang tadi malam setelah menemani Maya memutuskan pergi ke kantor polisi untuk menemui Olivia malah mendapati Olivia yang sudah tidak berada disana lagi. Dari polisi yang bertugas, Raga dengar kalau Olivia bebas dari segala tuduhan. Jalan satu-satunya untuk menemui Olivia adalah kerumah orang tua perempuan itu dan itulah yang dicemaskannya saat ini. Katakan dia pengecut tapi sejujurnya Raga hanya bingung, sekiranya kata-kata apa yang akan diucapkannya didepan orang tua Olivia.
Tok..tok...
"Ya..masuk" sahut Raga saat mendengar seseorang mengetuk pintunya
"Oh..kamu Fero. Maaf saya belum selesai mengecek laporan-laporan kalian" ucap Raga yang membenarkan kembali posisi duduknya kembali.
"Oh..gak bang. Itu didepan ada tamu" ucap Fero
"Tamu??" Kening Raga berkerut setahunya belum ada yang tahu kalau dia sudah pulang dari London
"Siapa?" Tanya Raga lagi
"Wah..gak tau bang. Ibu-ibu gitu katanya penting. Prospek sepertinya bang. Gimana bang?" Ujar Fero
Fero berbinar melihat betapa berkelasnya ibu sosialita yang menunggu diruang tamu kantor mereka. Sepertinya akan ada proyek besar tebak Fero.
Raga mendesah lelah. Saat ini pikirannya sedang kalut dan dia hanya ingin sendiri. Mana pekerjaannya belum selesai satupun. Malas sekali rasanya menerima tamu yang tidak dikenal.
"Bilang saja saya sibuk. Kalau urusan pekerjaan kamu tampung saja dulu" ujar Raga
"Tapi bang..dia ngototnya ketemu sama abang" ucap Fero
Berdecak kesal, mau tak mau Raga mengangguk ke Fero dan meminta Fero mengantarkan tamu tersebut keruangannya. Tak lama Fero pun masuk bersama seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat berkelas masuk keruangannya. Raga berdiri dari mejanya menuju ke sofa yang ada diruangannya.
"Selamat siang bu..perkenalkan saya Raga Harjono" ujar Raga sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
"Diandra Prasetya" jawab Diandra sambil tersenyum dan menyambut uluran tangan Raga.
"Anda Direktur Bank of New York" ujar Raga terkejut. Pantas saja dia merasa familiar pada wajah wanita dihadapannya ini.
"Ah..anda mengenal saya rupanya" ujar Diandra merendah sambil tertawa ringan
"Siapa yang tidak mengenal anda?" Ujar Raga sambil tertawa pelan
Raga mendadak gugup karena dihadapannya berdiri salah satu orang yang cukup berpengaruh didunia. Diandra yang diketahui Raga pernah masuk majalah Forbes dan dari desas-desus kliennya yang pejabat tinggi, Diandra pernah ditawari oleh presiden untuk menjadi menteri kabinet tapi Diandra menolak karena sudah terikat kontrak dengan bank tempatnya bekerja saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ARCHITECT
ChickLit-SEKUEL FRAGILE Raga Harjono memutuskan untuk menyerah pada cinta pertamanya. Pengalaman percintaan yang pahit membuatnya enggan dekat dengan wanita manapun lagi. Namun disaat umurnya sudah menginjak 35 tahun. Sang ibu menuntutnya untuk segera menik...