Hernawan kini sedang merangkul putrinya yang sedang menangis sesenggukan. Setelah kejadian tadi, kini mereka bertiga sedang duduk disofa yang ada diruangan rawat Olivia. Raga terus menunduk merasa tidak enak karena mertuanya yang juga rekan bisnisnya melihat putri kesayangannya sedang bersujud dikakinya.
"Kenapa putri saya bisa bersujud seperti itu?" Tanya Hernawan dingin. Matanya menunjukkan kemarahan yang teramat sangat.
Raga hanya diam sementara tangisan Olivia masih terdengar "Anda tidak tuli kan Raga Harjono. Saya tanya sekali lagi. Apa yang terjadi? Kenapa putri saya harus merendahkan harga dirinya dengan memohon seperti itu?"
"Maafkan saya pak.." hanya itu kalimat singkat yang dapat Raga ucapkan atas segala pertanyaan Hernawan
Hernawan ingin berdiri dan menghajar wajah Raga tapi Olivia dengan segera menahan tubuh ayahnya "Jangan pap.."
Setelah mendengar semua apa yang Raga katakan tadi membuat Olivia berpikir. Olivia merasa tidak puas dengan penjelasan Raga saat mereka masih sama-sama emosi tadi. Dirinya butuh mendengarkan sekali lagi dengan jelas. Mata Olivia bergerak mencari keberadaan ibunya. Saat ini Diandralah tokoh penting disini, ibunya harus ikut dalam pembicaraan ini. Olivia ingin tahu bahwa Raga benar-benar jujur atas semua ucapannya atau tidak baru setelah itu Olivia dapat membuat keputusan. Untuk Raga dan untuk ibunya."Mami mana?" Tanya Olivia pada ayahnya
"Tadi kami berpisah didepan rumah sakit" jawab Hernawan sekenanyaOlivia menghela nafas lelah dan menatap Raga kembali. Olivia yang ingin semuanya jelas, mau tak mau harus menyelesaikan masalah ini tanpa si tersangka utamanya "Bisa kamu jelaskan sekali lagi? Apa semua yang kamu katakan tadi benar dan bukan suatu kebohongan?" Tanya Olivia pada Raga
"Papi, diam dan dengarkan saja semua omongan Raga. Jangan memotong omongannya dulu" ujar Olivia beralih ke ayahnya dan Hernawan hanya diam saja. Hernawan diam karena tidak bisa janji mampu menahan emosinya pada laki-laki yang telah menyakiti putrinya tersebut.
Raga menatap lama Olivia dan ayahnya sebelum memulai menceritakan semuanya. Mau tak mau Raga harus menceritakan semuanya saat ini. Hatinya mulai merasa ada yang salah disini. Karena melihat reaksi Olivia tadi yang begitu histeris, Raga menyadari kalau Olivia sangat kehilangan anak mereka. Sepertinya Olivia tidak mengetahui tentang anaknya yang akan diadopsi keluarga Abraham. Sedikit banyak dirinya mulai menyesali tindakannya yang gegabah karena tidak memastikan dulu semuanya pada Olivia. Sekali lagi dia menyakiti wanita yang dicintainya.
"Jadi, sepulang saya dari London waktu itu. Saya mendapatkan kabar dari ayah saya kalau..hmm..hmm...Pak Hernawan menemui ayah saya untuk meminta pertanggung jawaban atas kehamilan kamu" ujar Raga yang memulai ceritanya
Olivia dan Hernawan diam mereka ingin mendengar sampai habis apa yang akan Raga katakan "Setelah itu saya langsung berusaha menemui kamu di penjara"
"Kamu percaya aku melakukannya?" Tanya Olivia mendadak memotong omongan Raga. Padahal Olivia tadi meminta pada ayahnya untuk tidak memotong ucapan Raga. Matanya menunjukkan kekecewaan dan itu tak luput dari pandangan Raga. Sementara Hernawan menatap datar Raga dan terus menjadi pendengar saja seperti yang Olivia minta.
Raga menggeleng menatap dalam mata Olivia "Saya yakin kamu tidak mungkin melakukan hal itu"
"Lalu esoknya belum sempat saya mencari kamu lagi. Ibu kamu sudah duluan menemui saya dikantor. Waktu itu saya pikir, ibu kamu menemui saya karena ingin menuntut saya bertanggung jawab atas kehamilan kamu seperti yang ayah kamu lakukan. Saya bersumpah atas nama Tuhan saya. Ketika mengetahui kamu hamil. Saya sangat bahagia dan tanpa diminta oleh kedua orang tua kamu pun. Saya pasti bertanggung jawab" lanjut Raga tegas
Hernawan tersenyum sinis mendengar ucapan Raga "Lalu bagaimana dengan istri sah kamu kalau kamu lebih memilih putri saya waktu itu?" Kini Hernawan yang memotong. Hernawan sungguh geram dengan pria egois dihadapannya.
"Hhh...saya tahu disini saya lah yang salah. Saya dan istri saya dari awal memang tidak saling mencintai. Kami menikah karena dijodohkan. Klise memang. Lalu..lalu.." ujar Raga ragu-ragu
Hernawan mengerutkan keningnya "Lalu apa?" Desak Hernawan
"Lalu.. saya..saya.. memutuskan menikahi Olivia dibawah tangan hanya dua minggu setelah pernikahan pertama saya" jelas Raga menunduk merasa bersalah pada laki-laki dihadapannya
"Maafkan saya pak..maafkan saya karena tidak menghormati bapak sebagai ayah dari Olivia dan karena menikahinya tanpa restu dari bapak" ujar Raga lagi
"Jadi maksud kamu, kamu menikahi putri saya karena kamu justru jatuh cinta pada putri saya, begitu?" Tembak Hernawan
"Pap..jangan bahas cinta-cintaan dulu. Kita bahas apa yang mami omongin aja ke dia" potong Olivia. Dia belum siap mendengar lagi kalimat penolakan Raga. Katakanlah dirinya bodoh karena masih mencintai laki-laki yang menyakitinya berkali-kali. Tapi hatinya merasa hangat saat mendengar penjelasan Raga kalau ternyata laki-laki itu menerima kehamilannya dan kini Olivia makin penasaran dengan alasan Raga yang justru malah berkata kasar padanya waktu itu.
"Hmm..jadi waktu itu ternyata bukan pertanggung jawaban dari saya yang ibu kamu minta. Ibu kamu justru meminta saya untuk menjauhi kamu. Tentu saja saya menolak keras waktu itu tapi ketika ibu kamu mengancam akan menghancurkan kehidupan keluarga saya dan orang terdekat saya. Saya merasa tidak punya pilihan lain selain menyerah atas keadaan. Tapi saya memohon kepada ibu kamu supaya menjaga kamu dan anak kita dengan baik menggantikan saya disisi kamu. Saya terpaksa mengikuti skenario yang dibuat oleh ibu kamu. Saya sungguh minta maaf atas semua ucapan saya waktu itu. Tapi hanya itu cara satu-satunya agar kamu mau ikut ibu kamu pergi dan menjauh dari saya"
"Tapi apa yang saya dapat. Beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar kalau anak kita akan diadopsi. Saya mendengar dari mereka kalau kamu memberikan anak kita ke mereka hanya demi menjaga nama baik keluarga kamu karena kamu hamil tanpa seorang suami" jelas Raga lagi.
Olivia terdiam mendengar semua penjelasan Raga yang membuatnya syok. Hernawan sendiri mengepalkan tangannya kuat. Hernawan sejujurnya merasa kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Raga, menikahi putrinya tanpa seijinnya dan menyakiti hati putri kesayangannya. Tetapi tertutupi dengan rasa bersalahnya. Wajahnya pias karena takut Olivia akan membencinya. Hernawan sadar semua ini bisa terjadi sedikit banyak karena dirinya walau peran istrinya lebih banyak disini. Dia sudah mengetahui rencana istrinya dari awal, harusnya dia bersih keras menolak rencana Diandra yang ingin menjauhkan cucunya dari Olivia.
"Saya hidup dengan rasa bersalah yang besar ketika mengingat tangisan kamu saat saya berkata...berkata..menyuruh kamu untuk membunuh anak kita. Saya membenci diri saya sendiri karena mengucapkan hal sekejam itu. Ketika mendengar kamu akan memberikan anak kita pada orang lain sungguh membuat saya kecewa. Saya tidak rela..jadi sebelum kamu memberikan anak itu maka saya terpaksa mengambil langkah duluan yaitu merebutnya dari tangan kamu. Tapi yang saya bingung saat ini mengapa kamu begitu hancur saat bayi kita saya ambil? Apa kamu tidak tahu sedikitpun soal rencana bayi kamu yang akan diadopsi?" Ujar Raga matanya memerah menahan tangis saat menjelaskan semuanya karena teringat kata-kata kejamnya dulu.
Olivia yang sedari tadi diam karena terlalu kecewa kini menatap tajam ayahnya yang duduk disampingnya dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Raga. Justru bertanya balik keayahnya "Apa papi tau semua rencana mami? Apa semua yang dikatakan Raga benar?"
Hernawan menegang dan wajahnya menunduk lesu. Hernawan pasrah apabila Olivia akan membencinya. Ini memang kesalahannya, cukuplah sudah Hernawan menyakiti Olivia. Memilih jujur, Hernawan mengucapkan rentetan kata yang tanpa dirinya jelaskan pun, menjelaskan bahwa dirinya memang bersalah "Maafkan papi sayang.."
"Kenapa kalian orang dewasa begitu egois?" Desis Olivia sinis pada Raga dan ayahnya. Dia sungguh sangat kecewa pada Raga, ayahnya dan ibunya.
"Pergilah dari sini. Aku ingin sendiri dulu" ucap Olivia dingin berdiri menuju kearah jendela sambil menatap taman rumah sakit. Dia tidak mampu berpikir saat ini. Mungkin karena terlalu kecewa dengan sekumpulan orang dewasa disekitarnya.
**********
Hai...pecah jadi dua part lah endnya. Maaf ya..😘😘
![](https://img.wattpad.com/cover/142967145-288-k430785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ARCHITECT
ChickLit-SEKUEL FRAGILE Raga Harjono memutuskan untuk menyerah pada cinta pertamanya. Pengalaman percintaan yang pahit membuatnya enggan dekat dengan wanita manapun lagi. Namun disaat umurnya sudah menginjak 35 tahun. Sang ibu menuntutnya untuk segera menik...