Suasana restoran yang ramai mendadak sepi ditelinga Maya ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Raga barusan. Tadi Maya mengamati Raga yang memperhatikan satu rombongan keluarga kecil yang terlihat bahagia. Maya heran melihat tatapan mata Raga yang sendu saat memandang ke keluarga kecil dihadapan mereka berdua tersebut. Tapi tak lama tatapan itu berubah menjadi senyuman tulus seakan Raga ikut berbahagia atas kebahagiaan keluarga itu. Melihat senyuman tulus Raga membuat Maya jadi turut tersenyum dan mengomentari keluarga kecil itu. Tapi reaksi Raga atas komentarnya sungguh mengejutkan, laki-laki itu malah menanggapinya dengan lamaran.
"Hahaha...Mas Raga becandanya bisa aja deh" ucap Maya yang sadar dari keterkejutannya
"Saya gak bercanda. Saya serius Maya" Raga menatap wajah Maya dalam, menunjukkan bahwa dirinya sedang tidak bercanda.
Maya terdiam menatap wajah Raga yang memang sepertinya tidak sedang bercanda.
Raga menghela nafas lalu memulai berbicara "Maya, umur saya tidak muda lagi. Saya tidak mau lagi berhubungan hanya untuk sekedar berpacaran. Saya merasa saya tidak pantas lagi untuk melakukan hal-hal yang membuang waktu seperti itu"
"Kamu adalah wanita pilihan ibu saya dan saya yakin ibu saya pasti memilihkan wanita terbaik untuk saya" lanjut Raga
"Tapi kita kan baru kenal. Bahkan baru dua kali kita bertemu" ucap Maya
"Terus kenapa? Memang harus dipertemuan yang keberapa baru saya boleh melamar kamu. Kita sudah sama-sama dewasa Maya. Kamu pasti tau kan tujuan kedua orang tua kita mengenalkan kita. Mereka ingin menjodohkan kita dan ingin kita segera menikah. Jadi mari kita wujudkan keinginan mereka dan ya..mewujudkan keinginan kamu tadi membentuk keluarga bahagia" ucap Raga
Maya agak kecewa mendengar alasan Raga melamarnya "Berarti mas terpaksa dong menikah dengan saya. Cuma karena orang tua kita"
"Saya tidak terpaksa, Maya. Saya memang belum mencintai kamu dan kamu saya yakin pasti belum mencintai saya juga. Jadi mari kita sama-sama belajar untuk saling mencintai" ucap Raga
Maya sendiri ingin rasanya berteriak didepan wajah Raga bahwa Raga salah. Dirinya sudah mencintai laki-laki dihadapannya saat ini bahkan semenjak pertemuan pertama mereka kemarin. Tapi tidak mungkin dia lakukan.
"Jadi bagaimana apa kamu bersedia menerima lamaran saya?" Tanya Raga dengan nada datar.
Maya meringis melihat betapa tidak romantisnya laki-laki dihadapannya ini. Raga melamarnya tanpa cincin dan tanpa kata cinta. Lamaran macam apa ini? Namun dihati Maya tidak dapat Maya pungkiri dirinya sangat bahagia karena sudah dilamar oleh pria yang dia cintai. Maya terdiam bingung harus bagaimana merespon lamaran mendadak Raga. Hati kecilnya berkata untuk menerima Raga sekarang juga. Namun ingin Maya sedikit jual mahal dan meminta waktu untuk memikirkannya dahulu. Tapi bagaimana bila besok Raga berubah pikiran? Tidak..tidak..lebih baik aku terima saja tawaran darinya sekarang batin Maya.
Raga masih menatap Maya menunggu jawaban dari Maya. Sesaat senyum Raga muncul saat melihat anggukan malu-malu Maya.
"Ya..aku mau mas" ucap Maya pelan
Raga tersenyum lembut "Maaf kalau saya melamar kamu dengan cara seperti ini"
"Besok saya akan bicarakan dengan bunda dan akan segera melamar kamu secara resmi ke keluarga kamu"
"Nanti pasti ada waktu beberapa bulan menjelang pernikahan kita dan kita bisa menggunakan masa itu untuk lebih saling mengenal satu sama lain. Bagaimana?" ucap Raga lagi
"Terserah mas saja. Aku ikut aja. Tapi ini memang lamaran paling tidak romantis" ujar Maya
Ketegangan diantara mereka tadi mulai mencair. Mereka berdua mengobrolkan banyak hal. Rasanya Maya jadi tidak menyesal menerima lamaran Raga barusan. Niatnya ingin bertemu Raga hanya untuk minta maaf malah berakhir dengan lamaran Raga. Bahkan Maya tadi mencubit tangannya kuat untuk memastikan apa ini hanya sekedar mimpi atau bukan. Maya pun tidak bisa menghapus rona bahagia diwajahnya walau sebenarnya dilubuk hatinya yang paling dalam terselip sesuatu yang membuatnya merasa janggal. Tapi Maya lebih memilih untuk mengabaikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ARCHITECT
ChickLit-SEKUEL FRAGILE Raga Harjono memutuskan untuk menyerah pada cinta pertamanya. Pengalaman percintaan yang pahit membuatnya enggan dekat dengan wanita manapun lagi. Namun disaat umurnya sudah menginjak 35 tahun. Sang ibu menuntutnya untuk segera menik...