33

10K 576 67
                                    

           Lampu yang mendadak dinyalakan membuat seseorang yang berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri dikegelapan terlonjak karena terkejut.

"Dari mana saja kamu?" Tanya Hernawan yang bersender didinding dekat saklar lampu ruang tengah.

       Niatnya tadi Hernawan ingin meminta maaf pada putrinya. Tapi saat masuk ke dalam kamar Olivia, dirinya mendapati bahwa putrinya tidak berada dikamarnya. Maka dari itulah Hernawan sengaja menunggu Olivia untuk melihat jam berapa anak gadisnya akan pulang malam ini. Diliriknya jam yang ada didinding. Masih jam setengah sebelas malam, padahal sebelumnya Hernawan menebak paling cepat Olivia akan pulang lewat tengah malam.

"Papiii...." cicit Olivia pelan dan memundukan kepalanya.

"Jawab kamu dari mana?" Ujar sang ayah masih berusaha menahan emosinya

"Ck..dari luar" jawab Olivia sekenanya

Mendengar jawaban Olivia yang seperti itu, Hernawan tidak dapat menahan lagi emosinya "Papi tanya kamu dari mana?" Kali ini dengan nada membentak

"Aku cuma beli es krim diluar,pap. Gak kemana-kemana" jawab Olivia akhirnya

"Kamu benar-benar!!! Papi tanya sekali lagi. Jawab dengan jujur, Dari mana saja kamu? Apa kamu membuat ulah lagi malam ini hah?" Ujar Hernawan kesal.

"Aku udah jawab jujur. Papi mau aku jawab bohong gitu?" Balas Olivia emosi karena dituduh seperti itu.

"Awas saja...kalau sampai besok papi dengar ada masalah baru yang kamu timbulkan" ujar Hernawan dengan nada penuh ancaman lalu meninggalkan Olivia sendiri dan masuk kekamarnya.

          Olivia meringis kecil ketika mendengar peringatan dari ayahnya karena memang dirinya baru membuat masalah. Dalam hati Olivia berdoa semoga keadaan Maya akan baik-baik saja. Olivia menenangkan dirinya sendiri. Toh..dia hanya memasukan saus Tabasco bukan racun Sianida. Tapi tetap didalam hatinya Olivia juga berharap tidak ada yang menyadari kalau dirinyalah yang membuat Maya jadi seperti tadi. Olivia tidak tahu saja keusilannya kali ini akan merubah semuanya.

         Keesokan harinya saat matahari bahkan belum sepenuhnya muncul dari peradabannya. Terlihat mbak Sur asisten rumah tangga dirumah Olivia berlari cepat kearah kamar tuannya dan mengetuk pintu kamar tuannya dengan kuat berharap tuannya segera bangun dari tidurnya. Tubuh mbak Sur gemetar ketakutan. Tak lama mungkin karena memang gedoran itu terlalu brutal, Hernawan membuka pintunya dengan wajah kesal.

"Ada apa sih, Sur? Kamu gak bisa bangunin saya yang bener. Dimana sopan santun kamu? Mau kamu saya pecat hah?" Sembur Hernawan

"Itu..pak..anu..pak..itu.." ucap mbak Sur dengan nada bergetar

"Ngomong yang jelas, Sur.." bentak Hernawan ke pembantunya

"Didepan ada polisi, banyak banget ada yang bawa pistol. Katanya mau nangkap non Olivia, Tuan"

"APA??" Hernawan menggeram apalagi yang dilakukan putrinya kali ini. Segera dia bergegas keluar untuk menemui tamu yang tidak diinginkannya itu.

"Pagi pak..kami dari kepolisian. Kami disini untuk menjemput nona Olivia Callysta Sanjaya atas percobaan pembunuhan yang dilakukannya pada nyonya Maya Harjono. Ini surat penangkapannya" ujar salah satu polisi tersebut. Dan jangan ditanya reaksi Hernawan, wajahnya pucat pasi karena mendengar kata-kata yang keluar dari mulut polisi barusan.

"Mak..maksudnya gimana pak?" Tanya Hernawan dengan suara bergetar.

"Kemarin malam putri anda terpantau cctv menuang sesuatu ke dalam makanan milik Ibu Maya Harjono. Saat ini keadaan Ibu Maya dalam keadaan kritis dirumah sakit" lanjut polisi tadi

LOVE ARCHITECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang