Suasana ruang tengah rumah mewah itu tampak tegang. Nampak sang pemilik rumah memandang marah wajah sang putri tunggal yang membuat ulah kembali entah untuk yang berapa kalinya. Hernawan benar-benar lelah menghadapi masalah-masalah yang ditimbulkan sang putri. Entah kenapa putri satu-satunya itu sangat susah diatur. Tapi Hernawan tidak benar-benar bisa marah dengan Olivia walaupun Olivia terus-terusan membuat masalah karena suatu hal. Hernawan sudah bercerai dengan mami Olivia. Sang mantan istri yang lebih mementingkan karirnya dari pada keluarganya membuat pernikahannya hancur. Mantan istrinya menetap dinegara lain hingga jarang sekali bisa bertemu dengan sang putri. Diandra ibu Olivia bekerja sebagai salah satu direktur bank internasional. Itulah sebabnya kenapa Olivia tinggal bersama papinya karena maminya bilang tidak sanggup untuk mengurus Olivia karena kesibukannya. Memang Olivia sangat dimanjakan papi dan maminya dalam soal materi. Tapi kalau soal kasih sayang Hernawan sangat mengerti kalau Olivia tidak mendapatkannya.
"Olivia, papi mohon jangan buat ulah lagi. Kenapa kamu ke tempat seperti itu? Kalau kamu diapa-apain orang gimana? Dan untung saja orang yang kamu tabrak karyawan Raga kalau tidak kamu mungkin sudah dilaporkan kepolisi. Papi yakin kamu bakal dipenjara karena menyetir dalam keadaan mabuk" ujar Hernawan baik-baik karena sudah malas untuk membentak-bentak Olivia.
"Hmm..." jawab Olivia hanya berdehem
"Via minta maaf deh, pap. Besok enggak lagi" ujar Via sekenanya
"Via, sampai kapan kamu bersikap seperti ini terus?" Ujar Hernawan lelah. Dirinya tahu kalau Olivia melakukan ini semua karena hanya ingin menarik perhatian dari kedua orang tuanya.
"Papi hanya memiliki kamu dan kamu hanya memiliki papi. Jadi papi mohon kita saling mendukung. Jangan membuat sesuatu hal yang membuat papi stres. Sudah terlalu banyak yang papi urus. Tolong bantu papi sedikit dengan tidak membuat ulah. Apa kamu mau papi mati cepat karena memikirkan masalah-masalah yang kamu timbulkan?" Ujar Hernawan
Hernawan menghela nafas lelah "Apa kamu melakukan semua ini karena mami kamu? Via, mami kamu sibuk kerja. Jadi papi mohon ngertiin mami kamu. Percuma kamu melakukan hal-hal seperti ini"
Olivia menunduk karena kata-kata ayahnya. Sejujurnya Olivia mengerti akan maksud sang ayah. Dia melakukan ini semua memang berharap agar ayahnya menceritakan semua kenakalannya kepada sang ibu dan membuat ibunya lebih memperhatikannya. Setiap bulan Olivia memang selalu dikirimi uang bahkan hingga ratusan juta hanya untuk uang jajan dari maminya. Terkadang maminya mengirimkan baju, tas dan sepatu merk ternama dunia yang harganya juga tidak murah. Tapi hanya sebatas itu, maminya hanya menyapa sekedar lewat telepon itupun hanya berlangsung paling lama lima menit. Pernah Olivia ingin melakukan video call sewaktu dirinya demam dan kangen pada maminya tapi maminya berkilah dengan alasan sibuk dan hanya mendoakannya supaya cepat sembuh. Papinya pun tidak jauh beda, walaupun papinya bersikap lebih baik dari sang mami tapi papinya tetaplah orang yang sibuk juga. Sering kali papinya meninggalkan Olivia sendirian dirumah bersama para pembantu karena ada urusan diluar kota. Intinya Olivia kesepian dan butuh kehadiran kedua orang tuanya.
Olivia mendongak agar tidak meneteskan air matanya dan merubah wajahnya menjadi seperti biasa "Duh..pap, udah deh..cuma nyerempet doank juga. Biar besok motor orang itu Via ganti. Dan soal ke club, Via minta maaf tadi malam ada temen ulang tahun gak enak kalau gak datang"
Saat sang papi ingin berucap kembali, Olivia langsung berdiri "Pap, Via ngantuk banget gak tidur semalaman. Nanti aja sambung lagi kalau mau ngomelin Via, ok"
"Via, sekali lagi kamu buat ulah. Papi pastikan semua fasilitas kamu papi cabut. Dan sekarang kamu kalau keluar harus pakai supir" tegas Hernawan
"Tapi pap..." ucap Olivia ingin membantah
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ARCHITECT
ChickLit-SEKUEL FRAGILE Raga Harjono memutuskan untuk menyerah pada cinta pertamanya. Pengalaman percintaan yang pahit membuatnya enggan dekat dengan wanita manapun lagi. Namun disaat umurnya sudah menginjak 35 tahun. Sang ibu menuntutnya untuk segera menik...