35

10.8K 657 85
                                    

            Seorang pria paruh baya siang itu tampak berjalan dikoridor rumah sakit dengan terburu-buru bersama seorang pengacara ternama di Indonesia. Siang ini setelah mengurus Olivia terlebih dahulu dikantor polisi. Hernawan berinisiatif seperti biasanya menemui pihak keluarga korban agar bersedia mencabut tuntutannya terhadap putri kesayangannya. Biasanya dengan uang, Hernawan dapat menyelesaikan segalanya dan dia berharap kali ini pun akan begitu. Mantan istrinya pun tadi sudah menelpon kenalannya yang seorang jenderal dikepolisian untuk mengurus Olivia di kantor polisi.

            Hernawan tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan dari mantan istrinya untuk mengurusi masalah Olivia. Diandra cukup dekat dengan pejabat-pejabat tinggi di Indonesia karena maaf saja..pejabat-pejabat yang korupsi di Indonesia sering menyimpan uang mereka di Bank yang dipimpin istrinya diluar negeri sana. Dengan Diandra bersuara sedikit tentu mereka akan sangat bersedia membantu mantan istrinya itu.

"Permisi...selamat siang. Apa anda keluarga nyonya Maya?" Ujar sang pengacara yang bertanya pada salah satu orang yang duduk didepan ruang ICU.

"Saya ibunya. Mau apa kamu?" Tanya Hanum yang langsung tahu kalau yang bertanya adalah seorang pengacara karena dia pernah melihat pria yang memakai jas hitam itu ada ditelevisi mengurusi perceraian salah seorang artis ibu kota.

"Kami dari pihak nona Olivia Callysta Sanjaya yang dituduh berusaha untuk membunuh anak ibu dan kami ingin bicara" ujar sang pengacara

Rita ibunda Raga langsung berdiri berhadapan dengan sang pengacara "Mau apa kalian kesini? Kalian sudah menyakiti menantu saya. Jadi lebih baik kita bertemu dipengadilan saja. Dan saya pastikan anak saya akan membuat orang yang menyakiti menantu saya membusuk dipenjara"

"Bun.." panggil Fenita meminta ibunya tetap tenang.

Salah satu kakak Maya ikut emosi dan menarik kerah baju pengacara Olivia "Pergi gak loe..bukti udah kuat. Gue akan membuat klien loe membusuk didalam penjara karena berusaha membunuh adek gue"

"Mas..udah mas...udah.." Kakak ipar Maya langsung menarik suaminya memisahkan suaminya dari sang pengacara.

Setelah lepas sang pengacara tertawa sinis sambil memperbaiki kerah kemejanya. Dia mulai menunjukkan taringnya mencoba mengintimidasi keluarga Maya.

"Saya hanya ingin memberitahukan, tadi saya sudah bertanya pada dokter tentang kenapa Nyonya Maya bisa seperti ini. Dia hanya alergi dan terlambat ditangani. Tapi kemungkinan untuk sadar masih sangat besar. Jadi jangan berlebihan kalau ingin bilang ini adalah sebuah percobaan pembunuhan. Mungkin kalian punya bukti CCTV nona Olivia yang terlihat menuang sesuatu kedalam makanan nyonya Maya. Tapi yang dituang oleh nona Olivia hanya saus Tabasco dan itu bukan racun. Makanan itu sendiri sudah diuji di lab. Dan sudah terbukti tidak ada racun sedikitpun dimakanan tersebut. Kami tidak akan menuntut balik atas pencemaran nama baik karena pihak kalian menuduh nona Olivia sebagai pembunuh. Malah Bapak Hernawan Sanjaya kesini ingin meminta maaf atas keusilan putrinya yang merugikan salah satu anggota keluarga anda. Bapak Hernawan juga bersedia menanggung segala biaya pengobatan Nyonya Maya selama dirumah sakit dan memberikan kompensasi atas perbuatan putrinya"

"Berengsek loe...kalian pikir kami butuh uang kalian hah? Bawa duit kalian ke neraka sana" ucap Kakak Maya yang emosi dan ingin menghajar wajah sang pengacara angkuh itu tapi ditahan anggota keluarga yang lain. Karena mereka sadar nanti bisa masalah lain yang akan muncul.

"Kalian pikir kami takut? Mau itu cuma saus tapi itu tetap membuat menantu saya terbaring di ICU. Dan kami tidak akan mundur, akan kami buat putri pak Hernawan dihukum atas perbuatannya" ucap Rita kesal sementara Hanum ibu Maya sudah menangis sesengukan. Dia terpengaruh dan takut akan ancaman pengacara Olivia tapi dia juga tidak terima putrinya seperti ini gara-gara Olivia.

LOVE ARCHITECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang