34

9.5K 559 59
                                    

           London adalah Ibu kota dari Britania Raya. Kota yang begitu menarik menyimpan berbagai macam sejarah. Saat ini disanalah Raga berada, didalam sebuah ruangan apartemen kecil di Kota London, Raga tampak sedang serius mengerjakan desain interior rumah mewah milik salah satu pengusaha kaya disana yang ternyata masih berkerabat dengan keluarga kerajaan. Bersama beberapa orang lainnya, Raga mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu orang yang dipercaya untuk membangun rumah milik pengusaha tersebut. Kesempatan seperti ini tidak akan Raga lewatkan dan harus Raga gunakan sebaik-baiknya, karena jika pekerjaan ini sukses maka namanya juga akan semakin dikenal.

         Raga melirik sebentar ke arah handphonenya dan berdecak kesal karena handphonenya terus berbunyi tanpa henti. Raga tebak Olivia lah yang menghubunginya seperti biasa. Istri kecilnya itu sedari kemarin masih berusaha meminta maaf padanya. Raga ingin menghukum Olivia jadi dia sampai saat ini mengabaikan semua panggilan maupun pesan dari Olivia. Raga jeda sejenak mengerjakan pekerjaannya karena merasa terganggu dengan dering handphonenya. Bergerak ke arah meja kecil disudut tempat handphonenya diletakkan. Raga langsung menon-aktifkan handphonenya tanpa melihat siapa yang sedari tadi menghubunginya.

         Raga duduk termenung sambil meminum kopi yang entah gelas keberapa malam ini. Menatap kearah jalanan kota London dari balkon apartemen kecilnya, entah dirinya harus bersyukur atau tidak,  dengan Olivia yang tidak jadi ikut ke London. Dengan begini Raga dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik tanpa diganggu perempuan menyebalkan yang sudah jadi istrinya itu dan tentu saja waktu untuk berpikir tentang keputusan apa yang akan dibuatnya untuk istri kecilnya itu.

Flashback

       Setelah keributan tadi Maya hanya diam didalam mobil. Matanya memerah menahan tangis. Dia merasa dipermalukan oleh anak kecil. Sementara Raga hanya bisa diam saja sambil menyetir untuk pulang kerumah mereka. Tapi ditengah jalan sang ibu menelponnya mengingatkan untuk makan malam dirumah ayahnya saja.

"May, tadi bunda udah kasih tau kamu ya?kalau kita diundang makan malam dirumah bunda"

Maya hanya diam dan malah membuang muka ke samping.

"May, aku minta maaf " ucap Raga lagi

Karena tak mendapat respon sedikitpun dari Maya, Raga memutuskan untuk pulang kerumah mereka saja. Dia tidak ingin keluarganya tahu kalau mereka berdua sedang bermasalah.

"Kita pulang saja. Tidak usah kerumah bunda. Nanti biar aku yang cari alasan" ujar Raga

      Tapi Maya lagi-lagi hanya diam sekarang malah air matanya sudah menetes. Raga akhirnya tidak lagi bersuara karena sadar Maya belum bisa diajak bicara.

Setelah beberapa menit kemudian,Maya akhirnya bersuara "Kita kerumah bunda aja. Aku gak enak tadi udah janji mau datang"

Menghela nafasnya Raga mengangguk lalu memutar arah kerumah ayahnya. Sesampainya dirumah ayahnya sudah tampak beberapa mobil yang terparkir sepertinya kakak dan adiknya sudah tiba duluan. Terdengar suara anak kecil yang tertawa-tawa dari arah dalam rumah.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Raga memastikan keadaan Maya yang tadi didalam mobil menyempatkan memperbaiki riasannya agar tak terlalu kentara terlihat habis menangis.

"Hmm...." jawab Maya

Saat mereka sudah berada dimeja makan. Semua keluarga Raga tampak menikmati masakan sang bunda.

"Makan yang banyak May. Bunda emang sering ngadain makan malam bersama gini. Gak ngerayain apa-apa kok. Biar anak-anak bunda pada ingat aja kalau bunda mereka kangen sama anak-anaknya" ucap Rita

LOVE ARCHITECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang