Tak terasa sudah tiga hari Olivia magang dikantor Raga. Selama tiga hari ini pula Raga pusing melihat Olivia yang selalu mengganggunya setiap dia ada dikantor. Olivia selalu menyelonong ke dalam ruangannya tanpa seizin pemilik ruangan. Biasanya setelah melihat Raga marah-marah karena kesal baru Olivia berhenti mengganggu Raga. Rasanya Olivia senang sekali melihat wajah kesal Raga.
Seperti pagi ini Olivia menawarinya kopi yang tentu saja langsung ditolak Raga mengingat kopi yang kemarin dibuat Olivia rasanya lebih menjurus ke jamu, pahitnya minta ampun. Olivia terus membujuk Raga agar mau meminum kopi buatannya. Olivia yakin kali ini kopinya enak karena dia sudah belajar dari pembantunya dirumah, tapi Raga yang masih trauma pada kopi buatan Olivia tetap menolak.
"Saya gak mau. Tadi sudah minum kopi" tolak Raga
"Ih...om..dikit aja"
"Saya gak mau, Oliv. Tadi beneran udah ngopi diluar. Kasih yang lain saja"
Olivia merengut karena dari tadi usahanya membujuk Raga agar mau meminum kopi buatannya gagal. Akhirnya Olivia mengeluarkan ide terakhirnya, mengingat mamanya mata Olivia tampak berkaca-kaca sambil cemberut sedih kearah Raga. Melihat ekspresi Olivia yang ingin menangis, Raga menghembuskan nafasnya kasar
"Oke..saya minum. Jangan nangis..gitu aja nangis. Dasar cengeng!!" Ujar Raga
Raga terus memandangi kopi Olivia, menimang-nimang haruskah dia meminumnya.
"Ayo..om..minum. Aku jamin sekali ini kopinya anti gagal" ujar Olivia yang sudah ceria lagi.
Raga mendelik melihat Olivia yang merubah ekspresinya dengan cepat "Hebat banget kamu akting ya. Gak jadi saya minum kalo gitu"
"Eits..gak boleh gitu. Tadi bilangnya mau minum. Ayo...dong om.." rengek Olivia
Setelah menelan ludah berkali-kali Raga meneguk kopi buatan Olivia sedikit.
"Hmm..enak juga. Untunglah saya kira saya bakal keracunan lagi" ujar Raga lalu menyeruput kopi buatan Olivia lagi karena kali ini merasa kopi buatan Olivia cukup aman untuk dikonsumsi."Ya..kali kopinya aku kasih racun. Gimana enak kan kopi aku kali ini?" Tanya Olivia bangga
"Alah...kamu baru bisa buat kopi aja bangga" ejek Raga
Selama magang Raga memutuskan menempatkan Olivia dibawah naungan Inggit. Raga tidak mempercayakan Olivia ke anggota timnya yang lain karena semua anak buahnya yang laki-laki bersikap norak seolah tidak pernah melihat perempuan cantik. Bahkan kemarin Ardi merengek padanya supaya Olivia dibawah naungannya saja dengan alasan Ardi sedang butuh bantuan. Tapi Raga yang tahu maksud Ardi langsung menolak keras permintaan Ardi. Raga pun sudah malas menasehati Olivia soal pakaian, lihat saja hari ini gadis itu tampak menawan memakai rok mini berwarna hitam dengan atasan kemeja bahan sifon berwarna nude tanpa lengan dengan posisi tiga kancing teratasnya tidak terpasang menampakan dadanya yang putih. Sedikit mata Raga melirik tidak sengaja dada Olivia yang memakai bra putih saat dirinya berdiri dibelakang gadis itu yang duduk disamping Inggit. Bagaimanapun Raga juga laki-laki normal, tentu melihat pemandangan seperti ini tidak mungkin dilewatkannya apalagi dia pernah melihat isi dalamnya sewaktu menolong Olivia waktu itu.
"Ehm..Git, nanti ada meeting lanjutan dengan PT. Permata. Kamu bisa ikut saya?" Raga berdehem mencoba menetralkan suaranya yang sedikit serak karena melihat sesuatu yang membuatnya mengkhayal yang mesum barusan.
Inggit menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali "Uhmm...maaf bang, tapi aku mau ijin setengah hari. Lagi ada acara dirumah hari ini. Sebenarnya dari tadi mau ijin sama abang tapi dari tadi gak sempat ngomong"
"Oo..ya udah kalau gitu.. gak apa-apa nanti biar saya tangani sendirian saja. Kamu siapin saja berkasnya" ujar Raga
"Sama aku aja gimana" ucap Olivia yang tiba-tiba menawarkan dirinya
![](https://img.wattpad.com/cover/142967145-288-k430785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ARCHITECT
ChickLit-SEKUEL FRAGILE Raga Harjono memutuskan untuk menyerah pada cinta pertamanya. Pengalaman percintaan yang pahit membuatnya enggan dekat dengan wanita manapun lagi. Namun disaat umurnya sudah menginjak 35 tahun. Sang ibu menuntutnya untuk segera menik...