52

9.9K 579 25
                                    

Dua orang yang sedang duduk berhadapan dikantin rumah sakit itu hanya saling diam. Tanpa ada yang berniat untuk memulai pembicaraan diantara mereka padahal mereka sudah duduk bersama sejak sepuluh menit yang lalu. Hernawan yang terlihat masih lelah karena baru tiba dari Indonesia. Sementara Diandra pikirannya sedang berperang, satu sisi dirinya membenarkan tindakannya yang membiarkan anak Olivia hilang tapi disisi lain dirinya tak sanggup betapa menderitanya Olivia. Tapi ini semua dia lakukan demi masa depan Olivia. Agar Olivia tak mendapat hinaan dari orang-orang yang dikenalnya. Diandra tak ingin Olivia dihina sebagai perebut suami orang dan wanita murahan karena hamil tanpa suami.

"Apa ini semua termasuk rencanamu?" Tanya Hernawan tiba-tiba dengan nada dingin

Diandra tidak marah ketika Hernawan menuduhnya, yah..karena awalnya memang dia yang memiliki rencana untuk memisahkan Olivia dari anaknya "Bukan aku yang melakukannya"

"Jangan bohong Diandra" tekan Hernawan

"Apa kau tidak lihat bagaimana menderitanya Olivia tadi? Segera kembalikan anak Olivia atau aku akan menceritakan semuanya pada Olivia. Dan kau akan dibenci oleh putrimu selama seumur hidupmu. Apa itu yang kau mau hah?" Sembur Hernawan

Hernawan teringat wajah Olivia yang langsung menangis ketika menyadari kehadiran sang ayah diruangannya. Olivia mengadu bagai anak kecil yang kehilangan mainannya. Andai itu benar mainan, mungkin dengan mudah Hernawan akan menggantinya seperti dulu tiap putrinya menangis. Tapi ini bayi, makhluk suci ciptaan Tuhan. Mungkin Diandra tega melihat putrinya menderita tapi tidak dengan Hernawan.

"Aku bersumpah bukan aku yang melakukannya, mas. Ini semua diluar rencanaku" jelas Diandra ngotot

"Hh..dengar Diandra. Kalau kau masih tak mau mengaku tak apa. Aku akan mencari sendiri dimana cucuku" ucap Hernawan yang masih tidak percaya dengan ucapan mantan istrinya

Diandra ingin membantah kembali tapi Hernawan memotong ucapannya "Aku tak perduli dengan nama baik, kehormatan atau apapun itu. Dan aku tak perduli dengan teman sosialitamu yang akan menggosipkanmu. Yang paling penting dihidupku hanyalah Olivia dan kebahagiaannya"

"Dan untukmu, aku peringatkan. Jika kau hanya ingin menyakiti Olivia lagi. Jauhi dia..atau aku sendiri yang akan bertindak untuk menjauhkanmu dari putriku" ujar Hernawan tegas lalu meninggalkan Diandra sendirian dikantin rumah sakit.

Diandra tak dapat menahan air matanya setelah Hernawan meninggalkannya sendirian dikantin. Dirinya kini mulai meragu bahwa semua yang dilakukannya saat ini hanyalah demi kebaikan Olivia. Merasa bersalah, Diandra menyadari selama ini dirinya bukanlah ibu yang baik untuk Olivia. Sepertinya kali ini Diandra melakukan kesalahan besar lagi, Diandra bersikap egois dan menyakiti putrinya kembali seperti dulu. Diandra ingat saat Olivia kecil memohon dengan penuh air mata padanya untuk membawanya turut serta pindah ke Amerika. Hernawan juga menatapnya memohon supaya istrinya membatalkan semua rencananya untuk pindah keluar negeri demi Olivia. Tapi waktu itu dirinya justru mendorong tubuh Olivia dan memanggil Hernawan yang waktu itu masih menjadi suaminya untuk mengambil Olivia yang merengek-rengek. Setelahnya yang Diandra dengar dari Hernawan, Olivia demam dan terus memanggil namanya. Tapi waktu itu Diandra tidak mau kembali karena sedang merintis karir disalah satu bank internasional. Karena hal itu pula lah, Hernawan sangat marah dan langsung menceraikannya. Bahkan saat bercerai, Diandra langsung sepakat menyerahkan hak asuh Olivia pada sang mantan suami. Dia tidak mau saat bekerja harus digangu dengan menghadiri pertemuan keluarga disekolah atau harus mengurus anaknya ketika sakit. Hal-hal kecil yang mengganggunya saat bekerja.

Sementara diruangan rawat Olivia. Andika lah yang menjaga Olivia. Sesuai janjinya, satu jam kemudian Andika sudah kembali kerumah sakit untuk menemani Olivia lagi. Melihat kedua wajah orang tua Olivia yang terlihat lelah dan keduanya masih menggunakan baju kantornya. Andika meminta orang tua Olivia untuk pulang dan istirahat sejenak. Lagipula dokter menjelaskan keadaan Olivia baik-baik saja dan besok sudah diperbolehkan pulang kerumah.

"Dika.." panggil Olivia pelan

"Ya..kamu perlu apa" ucap Andika yang sigap mendekati Olivia yang memanggil namanya.

"Kamu kok kesini lagi? Harusnya kamu istirahat" ujar Olivia

"Aku gak apa-apa. Jangan pikirin aku" timpal Andika

"Dika..." panggil Olivia lagi

"Hmm..kenapa? Kamu perlu apa? Mau ke toilet atau kamu haus?" Tanya Andika yang berdiri disamping ranjang Olivia

Olivia menggelengkan kepalanya lalu berkata hal yang membuat Andika tidak merasa yakin akan kata-kata yang dilontarkan Olivia "Dika, kamu mendapatkan anakku. Aku akan menikah denganmu" ujar Olivia

"Apa?" Tanya Andika sekali lagi meyakinkan pendengarannya tidak salah

"Kamu bawa dia kembali ke sini. Dan aku akan nerima cinta kamu" ucap Olivia mengulangi omongannya

Andika diam, dia tidak menanggapi omongan Olivia barusan. Jujur..memang inilah yang diharapkannya sedari dulu. Olivia yang menerima cintanya dan mau mencoba bersamanya. Tapi kenapa Andika justru tidak bahagia mendengar kata-kata Olivia barusan. Justru kata-kata itu lebih menyakitkan dari pada kata-kata penolakan Olivia selama ini.

Andika menghela nafasnya "Dengar..tanpa kamu ngomong gitu. Aku pasti bantu kamu dapatin anak kamu" ujar Andika

"Aku sayang kamu tulus, Liv. Bukan karena aku pengen dapatin kamu makanya aku sekarang berada disini. Bukan itu.." lanjut Andika

"Jadi kamu nolak aku?" Tanya Olivia

"Aku gak akan nolak kamu, Liv. Andai mata kamu saat ini menatapku menunjukkan kalau kamu benar-benar menginginkanku saat ini. Aku gak akan menolak kamu" ujar Andika

"Lihatkan..aku memang selalu ditolak. Buat apa sih aku hidup didunia ini" ujar Olivia tersenyum sinis

"Aku ditolak mami. Ditolak papi. Ditolak lelaki pertama yang aku cintai. Bahkan lelaki yang mencintaiku pun kini menolakku" ujar Olivia

"Aku emang gak pantes hidup. Harusnya aku gak ada. Mungkin Tuhan tahu kalau aku bukan ibu yang baik. Makanya aku langsung terpisah dari anakku" lanjut Olivia

Andika menarik tangan Olivia dan menggenggamnya lembut memaksa Olivia menatap kewajahnya "Kamu tahu. Aku rela melakukan apapun untukmu. Cuma kamu satu-satunya wanita didunia yang mampu membuatku jatuh cinta. Kamulah wanita yang paling aku inginkan didalam hidupku. Cuma kamu!! Aku bukan menolakmu hanya saja aku tak ingin kamu membuat keputusan dalam keadaan seperti ini. Aku ingin kamu bersama denganku karena memang murni keinginanmu. Kamu tenang saja. Aku akan selalu berada disisi kamu. Aku akan berusaha membuatmu menatapku dengan penuh cinta. Dan saat itu tiba suatu hari nanti, aku yang akan memintamu untuk menjadi istriku"

Olivia menatap dalam Andika. Matanya lagi-lagi mengeluarkan air mata. Olivia langsung bergerak memeluk perut Andika erat karena merasa terharu dicintai begitu dalam oleh Andika "Maafkan aku Dika..selama ini tidak menyadari kalau sedalam itu perasaanmu untukku. Andai aku menyadarinya sedari dulu"

Andika melepas pelukan Olivia. Andika tersenyum lembut jari jempolnya bergerak menghapus air mata Olivia. "Jangan menangis lagi. Kata detektif yang aku sewa. Mereka sudah mulai menemukan titik terang. Tenang saja putrimu akan segera kita temukan"

Olivia tersenyum lemah "Sebenarnya kalian tidak usah repot-repot. Aku tahu ditangan siapa anakku berada saat ini" ujar Olivia pelan

Mata Andika membelalak terkejut "Siapa? Apa penculik itu memerasmu?"

"Tidak..sama sekali tidak. Aku lah yang menghubunginya duluan" ujar Olivia

"Jadi maksud kamu orang yang menculik anakmu adalah salah satu kenalanmu. Begitu? Siapa? Aku akan langsung menjemput bayimu sekarang juga" desak Andika

"Biarkan dulu dia bersama anakku sepuasnya. Setelahnya anakku akan kurebut kembali dan dia tak akan pernah aku ijinkan melihat anakku lagi" ujar Olivia

Andika memandang sendu wajah Olivia. Terlihat sekali betapa terlukanya Olivia saat ini. Mata mereka kini saling menatap, wajah Andika perlahan mendekat dan Olivia pun mulai memejamkan matanya, saat bibir mereka akan menyatu pintu ruangan Olivia terbuka. Dengan cepat Andika memisahkan diri dari Olivia dengan menegakkan tubuhnya ke posisi semula.

"Hmm..maaf kalau mengganggu"

Andika tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Wajahnya memerah malu karena hampir ketahuan berniat mencium Olivia.

**********

LOVE ARCHITECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang