*6*

2.5K 284 11
                                    

Midoriya POV--

Beberapa hari kemudian, sebelum kelas dimulai aku dipanggil secara rahasia oleh recovery girl ke uks.

Kelas masih sepi karena aku datang cukup pagi. Jadi tidak ada yang akan mempertanyakan kemana aku pergi.

Aku heran saat dalam perjalanan karena jarang sekali aku akan bertemu recovery girl selain saat cidera.

Aku mengetuk pintu beberapakali sebelum masuk.

"Sumimasen... " gumamku pelan selagi melongokkan kepala kedalam.

Recovery girl membalik kursi putarnya dan tersenyum padaku. "Ah, masuklah my girl. "

Aku mengangguk dan masuk kemudian menutup pintu. Aku duduk di kursi lain yang ada disana.

"Gomen, sudah memanggilmu sepagi ini midoriya. Tapi ada satu hal yang harus kubicarakan denganmu. "

Aku menelan ludah. Apa aku berbuat salah? Tapi bukan tugas recovery girl untuk menceramahi anak bandel.

Recovery girl menatapku di kursinya. Aku semakin tegang.

"Midoriya, apa kau pernah sakit saat kecil? "

"Eh? "

"Saat kecil, apa kau pernah sakit parah hingga datang ke dokter? "

Aku tidak mengerti pembicaraan apa sebenarnya yang akan recovery girl bahas. Tapi aku tetap mengingat2 setelah dia memintaku.

"Ha'i, saya tidak terlalu ingat. Hanya saja okaa-san pernah bilang kalau saya sempat dibawa ke rumah sakit."

"Apa penyakitmu? "

Aku menggeleng, "Karena saat itu demam tinggi saya jadi tidak terlalu ingat kejadiannya. Okaa-san bilang aku hanya demam, itu saja. "

Recovery girl menghela nafas, "Midoriya, aku akan memberimu obat penguat ingatan. Aku belum bisa membahasnya jika kau belum ingat. "

Aku mengangguk. Tanganku menerima sebutir obat dan segelas air putih. Aku menelan obat itu tanpa pikir panjang.

"Tutup matamu, midoriya. Tidak akan sakit, kau hanya perlu memikirkan kejadian di rumah sakit saat itu. "

Aku kembali mengangguk. Setelah meletakkan gelas aku menyenderkan punggung ke senderan kursi dan menutup mata. Mengingat kejadian di rumah sakit saat umurku 4 tahun.

.
.
.

Saat itu aku demam tinggi. Badanku mengigil dingin dan pegal. Pandanganku terasa berat setiap saat, aku hanya bisa membuka mata sesekali.

Awalnya hanya demam anak kecil biasa, namun okaa-san berteriak saat aku batuk dan terasa cairan hangat keluar dari tenggorokanku. Membasahi tangan.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, okaa-san memelukku dengan menangis selagi menelpon seseorang.

Aku tertidur setelah merasa lelah.

Saat bangun, aku sudah ada di ranjang rumah sakit. Aku melihat seisi ruangan putih itu dengan lemah. Okaa-san tidak ada.

Aku sadar bahwa okaa-san berada diluar pintu, berbicara dengan seorang dokter tinggi berjas putih dan stetoskop mengalung di tengkuknya.

Aku terlalu lemah untuk sekedar mengangkat tangan, jadi aku hanya terbaring diam disana mendengarkan sedikit2 percakapan mereka yang terdengar lirih dari dalam.

Aku melihat siluet okaa-san dari balik jendela buram ruangan rumah sakit menunduk gemetar dan terdengar isakan.

Kalau tidak salah okaa-san terisak setelah samar2 aku menangkap perkataan dokter mengenai ' tidak sampai 20 tahun'.

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang