*44*

1.5K 203 2
                                    

"... jika kau tidak menyerah, maka semua yang kau sayangi, hanya akan tersisa sebuah kepala. "

Fall...

Kertas itu meliuk turun dan mendarat lembut di lantai kamarnya.

"!"

Midoriya tersentak saat sadar kertas itu jatuh beberapa detik kemudian. Dia memandang tulisan yang muncul setelah kertas diolesi air lemon.

Sedikit coretan terlihat pada bagian akhir kalimat, dia buru2 kembali mengoleskan lemon disana.

"tidak masalah, kau masih memiliki waktu sampai aku berhenti mengirimu surat ini. Jangka waktu sampai surat selanjutnya? Jangan kau tunggu, aku akan kirim dimanapun kau berada sewaktu2. Cobalah untuk tidak disadari orang sekitarmu saat kau menerimanya, haha. Menyenangkan bermain seperti ini denganmu. Sampai jumpa."

"argh... " geram midoriya pelan.

"Argh......." kertas dia letakkan diatas meja.

"ARGH!! "

Midoriya kesal. Sangat kesal.

"Apa maksudnya bermain2 seperti ini?! Dia tidak puas dengan semua yang telah dilakukannya selama ini?? Sekarang... Orang2 dekatku... Ikut terlibat... Dasar villain sialan!! "

Midoriya tersentak saat dirinya telah berucap kasar, dia kehilangan kendali emosinya.

Air mata meleleh melewati pipinya. Dia kesal, dia sedih, perasaannya campur aduk. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Jika dia hanya diam, mungkin kejadiannya akan sama seperti saat teror pertama datang. Tapi dia tahu shigaraki bukan villain yang sekedar beromong kosong. Dia akan bersungguh2 melukai orang2 dekatnya jika dia tak menyerahkan diri.

Dia hanya ingin bahagia.

Dengan memiliki quirk, dan menjadi hero yang akan melindungi orang2 dari villain.

Semua tidak berjalan seperti apa yang ada di pikirannya. Semua kacau. Dia memiliki quirk, dari pro hero no.1, all might, yang sayangnya diketahui oleh villain league, kelompok penjahat paling bahaya. Hal itu membuat mereka menginginkan quirk itu, dengan segala cara yang telah mengacaukan hidupnya.

Ditambah penyakitnya yang menghambat perkembangan quirk.

Dia hanya ingin bahagia.

Matanya melebar saat sebuah pikiran merasuk kedalam otaknya. Dia segera menghubungi sebuah kontak dalam ponselnya.

Tuut... Tuut... Klik!

"ah, halo? "

.
.
.
.
.

Dua hari kemudian.

Pagi buta, midoriya pergi ke pantai sepi yang biasa dia datangi bersama all might saat pelatihan.

Sebenarnya all might masih sibuk sejak dia mengabari midoriya mengenai latihan yang ditunda. Namun karena ona itu mengatakan hal darurat yang harus diberitahukan segera tanpa perantara, all might membatalkan satu acara yang tidak terlalu penting pada hari itu dan pergi menemui muridnya.

"ada apa, midoriya? " tanya all might gugup.

Midoriya yang mengenakan pakaian tebal karena udara dingin menghembuskan uap putih dari nafasnya. Hawa masih terasa dingin meski dia sudah menambah sebuah syal yang melilit di lehernya.

"all might, maaf membuatmu datang saat sedang sibuk. "

"jangan pikirkan itu, katakan ada apa? " all might merasa gemas karena khawatir.

Midoriya mengeluarkan sebuah surat dari dalam jaketnya. Menyerahkannya.

All might segera membuka surat yang segelnya telah terbuka itu. Matanya bergerak mengikuti arah baris yang dia baca.

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang