*26*

1.8K 216 0
                                    

Bakugou kesal.

Dia sangat kesal.

Entah kenapa lebih dari biasanya.

Midoriya menghilang begitu saja dari hadapannya, tanpa perlawanan.

Dia langsung berlari ke alamat yang tertera di pesan, dia bergegas meskipun belum pernah mendatanginya.

.
.
.

Berhenti didepan sebuah bangunan tua dengan teralis tertutup rapat, dan nampak berkarat di engselnya karena lama tidak dibuka.

Dengan tersengal serta batuk, bakugou meneliti dengan heran. Dia sampai di alamat yang tepat, namun tempat itu sama sekali tidak ada tanda2 masih dihuni.

"sial! Apa2an ini, lelucon?! " geramnya.

Bakugou mengamati keadaan disekitarnya, dia yakin gang itu sangat sepi, jarang ada rumah warga disana, hanya bangunan2 besar dan lahan kosong yang entah ada pemiliknya atau tidak.

Dia menendang teralis sekali, suara bisingnya memenuhi gang, tidak ada apapun yang terjadi.

Bakugou mengangkat telapak tangannya dan membuat letupan2 kecil, dia membuat kuda2 dan meledakkan quirknya dengan kuat ke teralis.

Asap menutupi pandangan, hilang beberapa detik kemudian. Ledakan barusan meninggalkan penyok di teralis. Bakugou berpikir jika yang tadi tidak mendapat protes siapapun, maka tidak masalah jika dia meledakkan teralis hingga berlubang nanti.

Dia langsung melakukan pemikirannya tanpa berpikir dua kali.
Dengan tiga kali ledakan kuat, teralis itu berlubang dengan diameter 30senti. Bakugou melemaskan tangannya dan menyelinap masuk.

Gelap dan berdebu. Memang tidak kelihatan apa2 saat memasuki tempat yang tidak bisa terjangkau sinar matahari dari lubang hasil ledakan tadi, tapi bakugou mencium bau debu yang memuakkan.

"hah, benar2 tipuan. Bisa2nya si bodoh itu tertipu dengan teror kelas teri." bakugou merogoh ponsel midoriya yang dia bawa. Memeriksa kembali pesannya.

Tidak ada yang salah dari alamatnya, sudah benar. Dia tidak mengerti siapa yang menculik midoriya tadi dan kemana dia dibawa.

"cih. Bodoh sekali aku berlama2 disini. " bakugou menyimpan kembali ponsel midoriya dan berniat keluar bangunan.

Saat dia berjalan ke arah cahaya, dia merasa hembusan dingin melewati badannya. Dia terhenti dan mendengarkan sekelilingnya yang gelap dengan fokus. Minimnya cahaya membuat sulit melihat apa saja isi bangunan.

"oh sial. " bakugou mendadak merasa bodoh sekali dan merogoh ponselnya, menyalakan senter ponsel. Dia mengumpat dalam hati karena tidak melakukannya sedaritadi.

Cahaya dia arahkan mengelilingi ruangan. Ruangan hampir kosong, hanya terdapat satu dua barang yang terselimuti kain putih berdebu.

Bakugou kembali merasakan hembusan angin, kali ini bertiup di tengkuknya.

Otoko itu menoleh pelan, mengarahkan senternya.

Matanya membulat dan mulutnya mengatup rapat.

Sesosok makhluk hitam besar, berkulit keras, bermata besar bulat menonjol, dengan otak mencuat dari kepala.

Nomu.

Mirip seperti yang pernah dia lihat pada serangan puluhan nomu di kota, saat yang sama dengan stain menyerang.

Nomu menggeram nyaring dengan mulut mengatup. Bakugou menelan ludah. Dia tidak bisa bergerak.

Dia berpikir keras apakah sejak awal nomu itu ada di dalam bangunan atau masuk setelah dirinya. Tapi terlalu sunyi jika nomu itu baru saja masuk.

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang