*7*

2.4K 301 1
                                    

Midoriya POV--

Aku bangun pada pukul 5 pagi. Alarm dengan hiasan rambut depan all might yang melawan gravitasi selalu membangunkanku.

Meski aku perempuan barang2ku terlihat tomboy karena berhiaskan sesuatu tentang all might.

Okaa-san mengetuk pintuku.

"Izuku, kau sudah bangun? "

"Sudah, kaa-san." jawabku dari dalam.

"Kalau gitu cepat mandi. Sudah jam 6 lho. "

"Ya kaa-"

Tunggu, jam berapa tadi?

Ena-

HAH ENAM?!!∑(;°Д°)

Tapi... Jamku sudah bangunkan jam li-

Aku terdiam. Jam menunjukkan jam 6 lewat satu menit. Oh ok. Ternyata jam itu sudah usang. Error. Apalagi namanya kalau alarm telat satu jam??
Aku buru2 bangun dan menyisir rambutku sebentar sebelum kuikat dan pergi mandi.

.
.
.

Aku berlari ke sekolah. (ↀДↀ)⁼³₌₃

Biasanya aku bersiul ria ketika menikmati pagi, kali ini aku bahkan tidak punya waktu untuk melirik kanan kiri.

Di perempatan jalan yang sepi aku berhenti sejenak. Mengambil nafas panjang sebelum berlari lagi. Masih setengah jalan sampai tiba di sekolah.

Aku tersengal dan batuk. Kali ini terbatuk beberapakali hingga rasanya nafasku habis.

Tes...

Huh? Sesuatu mengaliri telapak tanganku. Aku membeku menatap telapakku yang kini hampir dipenuhi cairan merah. Bahkan menetes ke jalan.

Tanganku gemetar, pikiranku kalang kabut.

Bagaimana ini? Aku benar sesakit itu?

Ah, tidak ada waktu. Aku harus segera sampai sekolah. 15 menit lagi sampai pelajaran dimulai.

Aku mengelap darah dengan sapu tangan yang untungnya okaa-san selalu ingatkan untuk kubawa.

Sapu tangan kusimpan terpisah dengan barang lain. Aku kembali berlari setelah nafasku normal.

.
.
.
.
.

Uraraka POV--

Tumben deku-kun belum sampai. Biasanya dia datang pagi2 bahkan sebelum siapapun. Kini kelas sudah hampir penuh. Kursinya masih kosong.

Apa dia terlambat bangun? Apa jalannya macet. Bus terlambat lewat? Ah, dia selalu jalan dari rumahnya.

Saat pikiranku dipenuhi alasan memungkinkan deku-kun terlambat, orangnya sendiri datang dan terhenti didepan pintu. Terengah2 dengan tangan bertumpu pada tembok.

Anak2 kelas menanyakan kenapa ona rajin satu itu terlambat. Oh, ternyata tidak hanya aku yang berpikir seperti itu.

Dia hanya tersenyum lelah pada teman2, memilih untuk duduk dulu sebelum menjawab.

"Deku-kun, tumben terlambat. "

Dia menoleh dengan wajah kusut, "Oh uraraka. Aku kesiangan, hehe. "(◎ヮ◎)

Ternyata tebakan pertamaku benar.

"Midoriya, ada darah di wajahmu. " kata kirishima yang memperhatikan wajahnya.

Aku pun baru sadar. Deku-kun panik dan segera mengusap sedikit darah itu.

"Ah, tadi aku berlari tak karuan. Tanpa sadar aku menabrak tiang saat meleng untuk menyebrang jalan. Hidungku berdarah. Tadi sudah kubersihkan, ternyata masih ada ya? " dia memintaku memeriksa wajahnya.  Aku menggeleng, sudah bersih.

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang