*18*

2.1K 252 20
                                    

Dua hari kemudian.

Midoriya asik menulis tentang quirk pro hero yang sedang naik daun saat jam kosong. Kepalanya bahkan hampir menyentuh lembaran buku dengan mata yang melihat sangat antusias di setiap goresan penanya.

Aktivitas favoritnya buyar saat sesuatu yang lebar dan tipis menjatuhi rambutnya. Gadis itu berhenti menulis dan mengambil benda itu, melihatnya.

Matanya membulat saat mengetahui itu adalah sapu tangannya. Yang sudah putih bersih.

Dia mendongak untuk melihat siapa yang melempar.

"kacchan? "

Bakugou melihatnya dengan malas, "berterima kasihlah aku sudah mau mencuci itu. "

Midoriya menelan ludah pelan sekali, "a, ari... gatou... Kacchan... " dia gugup. Saat dia jatuh di kamar mandi, dia tidak sadar bahwa sapu tangannya hilang. Dia sudah mencari setelah baikan, namun tidak ketemu.

"Bukan pertamakalinya aku melihat sapu tanganmu seperti itu. " kata bakugou lirih namun tegas.

Midoriya semakin terkejut dan memandang tak percaya. Dia berpikir apa bakugou sudah pernah melihatnya jatuh.

"Pertama, saat kau bilang mimisan, aku tak sengaja melihat sapu tanganmu penuh warna merah saat mengembalikan buku ke tasmu. Kedua, kutemukan itu di depan kamar mandi. " bakugou sedikit mengarang, namun tidak melenceng jauh dari fakta.

Midoriya lega yang pertama hanya dia kira sebagai mimisan, namun yang kedua... Dia tidak berpikir bisa menggunakan alasan yang sama.

"A... Aku... " midoriya kedulitan mencari alasan.

"Apa setiap kali kau tidak kembali ke kelas, kau seperti itu? Aku sempat mendengar suara batuk parah saat ke ke kamar mandi, juga suara debam jatuh... "

Midoriya merasa mati kutu, dia kehilangan ide yang hampir didapatnya.

"I, iie... Tidak kok, kemarin cuma kebetulan... Ehm... " dia berpikir keras, teringat satu alasan yang pernah dibuat recovery girl, "M, maag-ku kambuh... "

"Apa? " bakugou mengeryit tak senang. "Setahuku kau tak pernah punya riwayat maag dalam keluargamu. " dia benci dibohongi.

Midoriya lupa kalau bakugou teman sejak kecilnya, "A,anu... Itu baru dialami olehku. Karena... Aku terlalu sering lupa makan... Ya itu! Aku jadi kena maag... "

Bakugou memandang tajam, dia meneliti apakah wajah gadia itu bohong atau tidak. "jika benar, bukannya itu maag akut? Sampai berdarah."

Midoriya mengangguk gugup.

Bakugou menyeringai kesal, dia melemparkan buku diatas meja ke wajah midoriya. "Awas jika kau lupa makan! Aku akan membunuhmu!  Mulai sekarang kau harus makan setiap lima jam sekali! "

((((;゜Д゜))) "Eh?"

"Ingat, aku akan membunuhmu jika tidak. "

"Demo... Bagaimana jika sedang pelajaran??" midoriya kalang kabut, dia tidak mau melakukannya karena tidak maag.

Bakugou mendecih kesal, dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebungkus mini camilan roti. Melemparkannya keatas meja, "Habiskan sebelum sensei datang. " katanya dengan nada ancaman kemudian keluar kelas.

Untungnya dikelas hanya ada mereka berdua karena anak2 memilih keluar saat jam kosong, entah untuk apa. Jika tidak, semua sudah akan mengerubungi mereka yang sedang ribut.

Midoriya kini merasa bersalah, dia sudah berbohong ke banyak anak. Banyak sekali. Sekarang dia membuat bakugou memberinya ancaman yang tidak main2. Dia terasa masuk kedalam daerah gelap tanpa penerangan.

Dia berpikir kapan dia bisa berhenti membohongi teman2nya.

Dia berpikir... Apakah dirinya bisa sembuh... Atau malah akan sangat cepat berakhir.

.
.
.
.
.

Beberapa hari kemudian, dia menerima pemberitahuan recovery girl bahwa tingkat kehidupannya perlahan berkurang.

Dia kemudian lesu saat sendirian, namun mencoba menutupi saat bersama teman2nya.

Di hari libur yang diberikan satu hari oleh sekolah, midoriya memilih untuk menghabiskan waktunya berjalan2 berkeliling kota mencari udara dan pemandangan segar.

Dia pergi ke taman kota sendirian di jam setelah sarapan.

Duduk di kursi taman saat masih sepi, udara segar, angin bertiup pelan, membuat hatinya terasa lebih baik. Semua tumpukan masalah perlahan ikut terbawa arus pelan angin. Dia memenuhi paru2nya dengan udara segar.

Seseorang melintas dengan lari pelan didepannya, namun dia tidak melihat karena sedang menutup mata menikmati hawa pagi.

Suara langkah yang menjauh kembali terdengar kembali mendekat, berhenti didepannya.

"Midoriya? "

Gadis itu membuka mata dan melihat sosok yang sangat familiar, dia otomatis tersenyum saat menyapanya. "Shinsou-kun. Kau sering olahraga pagi? "

Otoko itu mengangguk pelan, "Saat ada waktu. Biasanya aku kemari saat malam untuk jogging sebentar, tapi karena ini libur jadi ya tidak ada salahnya kulakukan pagi. "

"Apa rumahmu dekat darisini? "

"Ah, sebenarnya cukup jauh, tapi aku bawa sepeda. "

"He... Kau pasti sangat bugar. Tapi aku heran dengan matamu yang selalu mengantuk, hhe... "

"Memang sudah sejak lahir begini... "

"Ah, hontou? Hhe... Gomen... " midoriya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kenapa kau tidak duduk istirahat dulu? " tanyanya sambil menepuk2 setengah kursi yang masih kosong.

Shinsou berpikir sejenak, dia akhirnya mengangguk kaku. Duduk dengan gugup karena terlalu dekat.

"Ng... Kau sendiri? Sering kesini? " tanyanya agar suasana tidak terlalu akward.

Midoriya menggeleng, "Hanya sedang ingin saja. " katanya lemah. Wajahnya nampak sedih. Entah kenapa saat bersama dengan orang yang sudah dekat dengannya, membuat perasaanya sulit untuk ditutupi.

Shinsou menyadari ada masalah di wajah midoriya, "Ada apa? " tanyanya kemudian meneguk air mineral pada botol yang dibawanya.

"Nee... Shinsou-kun, bagaimana jika kau tahu kau akan... Menemui ajal dalam beberapa waktu lagi... Kau akan bereaksi seperti apa? "

Shinsou tersedak air minum, dia menyemburkan sedikit air dan batuk2. "Apa maksudmu? Apa kau akan mati? " tanyanya dengan wajah kesakitan karena tersedak keras.

"Ah! Tidak! Tentu tidak!" midoriya menggeleng keras, "ini cuma... Hipotesis saja. "

"Kenapa tiba2? "

"Ehm... Aku cuma... Akhir2 ini terlalu sering melihat kenalanku atau berita di tv orang2 pergi setelah mengalami penyakit." karangnya.

"Benarkah? Hipotesis? "

"Iya... Misalnya saja... " midoriya menyentuh dagunya dengan jemari tangan, "bagaimana jika kau tiba2 kehilangan selera makan, kehilangan kemampuan mengecap rasa, dan kau tidak bisa lagi mengkonsumsi apapun selain cairan infus.

"jika penglihatanmu tiba2 menggelap tanpa peringatan, dan telingamu mendengar suara yang berasal dari gangguan pendengaran sehingga membuatmu sulit tidur.

"Serangan rasa muak karena hidupmu sudah tidak bisa melakukan apapun lagi. Ketika kau pergi ke dokter, dan mereka bilang sudah sangat terlambat untuk pengobatan... Apa yang akan kau lakukan? "

Keheningan melanda.

Angin bertiup lebih dingin.

"Apa ini benar2... Hanya hipotesis?"

Midoriya diam sejenak, tersenyum memandang langit.

"Yeah. Tentu saja. Siapa juga yang mau pergi begitu awal? "

Mereka kembali diam. Taman kembali sepi dengan ditemani helaan angin sepoi2.

Shinsou diam sejenak...

"Aku akan... "

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang