*25*

2K 232 13
                                    

Selesai berlatih di rumah grand torino yang akhir2 ini sering midoriya kunjungi, dia pamit pulang dan berjalan dengan sedikit keringat sisa latihannya.

Dia berjalan dengan sesekali memeriksa ponselnya untuk membalas pesan dari uraraka.

Tanpa sadar ona itu tersenyum2 sendiri membaca pesan uraraka yang ceria.

"dasar... " gumamnya.

Tring!

"hm? " dia meninggalkan pesan uraraka dan membuka pesan masuk itu.

"dua hari lagi. "

"apa sih? " dia tidak mengerti maksud pesan itu.

Midoriya memperhatikan nomor pengirim pesan yang dia rasa tidak asing.

Matanya membulat saat mengingatnya.

"kabut hitam! " pekiknya, dia segera menutup mulut karena mengambil perhatian beberapa pejalan kaki disekitar.

Midoriya hampir lupa tentang masalah pesan teror aneh itu, dia disibukkan dengan banyak hal.

Dia berpikir apa itu sungguhan, karena kabut hitam kembali mengiriminya pesan. Berpikir keras.

Dia tidak sadar saat sesuatu mendekat mengulurkan tangan.

Satu persatu jari ditempelkan pada leher midoriya. Ona itu membeku ketakutan. Gerakannya terhenti setelah 4 jari dalam posisi mencekiknya sedangkan satu jari tersisa terangkat keatas.

Midoriya menelan ludah berat, dia melirik dengan penuh keringat dingin.

"jangan berteriak" bisiknya, seorang otoko berjaket hoodie hitam. Rambutnya antara gabungan biru tosca dan abu2. Wajah berkeriput, bibirnya kering.

"jika tidak ingin aku melukai warga, ikut kemana aku mengarahkanmu. "

Midoriya kembali menelan ludah, dia mengangguk pelan sekali.

Otoko itu tersenyum jahat, mulai berjalan menuntun midoriya dengan sedikit mendorong cekikannya.

Mereka berhenti di sebuah taman ramai. Midoriya melihat sekelilingnya dengan gugup. Dia diajak duduk di sebuah kursi didekat taman bunga.

"jangan gugup, anggap aku teman dekatmu sehingga orang2 tak akan curiga. Ingat, jika kau bergelagat maka jari kelimaku akan menghancurkanmu. "

Midoriya tidak mengerti apa maksudnya mengenai jari kelima. Otoko itu sadar dan mengambil sebuah batu dari tanah tempat bunga tumbuh. Menggenggamnya dengan lima jari tangan yang lain.

Batu itu langsung hancur menjadi debu.

Midoriya membelalak tak kentara, dia kembali mengangguk pelan, merilekskan wajahnya yang tegang.

"namaku shigaraki tomura, pemimpin dari villain's league. "

"a... Apa? " midoriya terbata tak percaya.

"oh, kau tak tahu? Aliansi penjahat? "

"a, aku... Tahu... "

"saa... Kalau begitu, kita bisa mulai. Kau pasti sudah menerima pesan dari kabut hitam, bukan? "

Midoriya mengangguk tipis dengan gemetar.

Shigaraki mengerling dibalik poni rambutnya. "dia bawahanku, dan kami tidak main2 dengan pesan itu. Jika kau ingin semua baik2 saja, datang ke tempat itu. "

"a, apa... Tujuan... Kalian...? "

"kau akan tahu nanti. Tidak seru jika aku mengatakannya sekarang. "

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang