*67*

1.2K 155 21
                                    

.
.
.
.
.

Dua bulan berlalu...

.
.

Kini midoriya sibuk, sungguh sibuk.

Bukan karena pekerjaannya.

Tapi karena dia tengah mempersiapkan acara pernikahannya yang akan berlangsung beberapa bulan lagi.

Dia juga terkejut menyadari seberapa cepat pernikahannya akan terjadi.

Namun semua kini berdiri didepannya, menunggu untuk dijejaki bersama dengan seorang lelaki.

Dia terkadang menolak beberapa panggilan pekerjaan. Dengan berat hati, karena sebenarnya dia menikmati waktu bekerjanya, tapi ini jauh lebih penting. Persiapan acara yang hanya akan terjadi sekali seumur hidupnya.

Dia gugup setiap pergi ke setiap tempat yang bersangkutan dengan acara, karena dia merasa waktunya semakin dekat.

Okaa-san menemani kemanapun harus pergi, karena midoriya juga tidak boleh kelelahan.

"izuku, biar okaa-san saja yang pergi mengurus lainnya, setelah ini selesai kau pulang saja. "

"eh? Tapi masih banyak yang belum diurus... Kalau okaa-san sendiri yang kerjakan bisa lama-"

"tidak masalah, sudah, okaa-san pergi dulu ya. " okaa-san beranjak pergi dari toko gaun.

Midoriya menghela nafas pelan dan kembali menunggu beberapa gaun pilihan karyawan keluar.

"midoriya-san, silakan masuk ke ruang ganti. "

"ah, ha'i. " gadis itu berdiri dan mengikuti karyawan ke kamar pas.

.
.
.
.
.

Di ruang berukuran sedang dengan cahaya temaram ungu, terdengar suara gosokan kain lembut pada gelas tipis.

Botol2 wine tertata rapi di rak kayu besar dibelakangnya.

Didepan meja setinggi rusuk, duduk seorang otoko berkaos hitam lengan panjang diatas kursi tinggi.

Klang

Es batu besar yang ada didalam gelas berkelontang saat diletakkan diatas meja. Membuat air yang mengembun diluar gelas menetes ke meja.

Otoko itu menghela nafas.

"jadi... Apa kita sudah cukup berbaik hati untuk diam selama ini? "

Usapan kain pada gelas kaca terhenti, "menurutku ini sudah cukup, tapi terserah kau jika masih ingin diam lebih lama. "

Otoko itu menyentil pelan gelas dan tersenyum remeh, "entahlah, tapi aku mulai bosan. "

Gelas yang telah bersih mengkilat diletakkan pada rak dengan susunan rapi. "kalau begitu, mau bergerak sekarang? Lagipula kita sudah mengumpulkan semua datanya. "

Otoko itu tersenyum, "benar, aku sampai sekarang tidak menyangka bahwa kelemahannya adalah penyakitnya. "

"kali ini kau benar2 ingin melenyapkannya? Sudah tidak tertarik untuk mendapatkan quirk one for all? "

"hah... Akan lebih baik jika kekuatan itu lenyap bersamanya. Kurasa akan menyenangkan. "

"dengan memancingnya menggunakan quirknya sekali lagi namun dalam skala besar, maka tubuhnya akan langsung tidak bisa bertahan. Kemungkinan dia akan langsung mati. "

"itu yang kumau. " seringainya.

"baiklah, kita akan laksanakan besok."

"heh... Kenapa harus besok jika hari ini juga kita memiliki banyak waktu. "

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang