*13*

2.3K 267 6
                                    

Normal POV--

Ibu midoriya tengah berdiri didekat telpon rumahnya. Gagang telepon bagian atas menempel pada telinga kanannya.

Raut wajah wanita 40 tahunan itu sendu. Mendengarkan kata2 di telepon dengan sedih.

Dia menerima telepon dari sekolah. Dari ruang uks, siapa lagi kalau bukan pro hero recovery girl.

Hero itu memberitahu mengenai kondisi midoriya di sekolah.

Hal ini sudah terjadi beberapakali. Recovery girl rutin memberitahu mengenai kondisi anak bersurai hijau itu. Terutama saat midoriya datang ke uks dengan darah di tangan dan mulutnya, atau saat pingsan.

Hati si ibu terasa disayat, meski hanya mendengar kabar melalui kata2. Hal itu sudah membuat kakinya terkadang lemas, apalagi jika sampai melihat langsung kondisinya mungkin dia akan pingsan.

Ibu midoriya terkadang melihat sendiri bagaimana anaknya batuk darah. Seringnya saat makan malam. Terkadang midoriya hanya tersedak dan batuk. Namun tak juga mereda setelah minum, justru berlanjut dengan keluarnya sedikit darah.

Dia selalu panik dan menangis setiap menyeka darah dari sudut bibir anak gadisnya itu. Midoriya hanya diam dengan raut bersalah saat itu tak sengaja terjadi.

Midoriya memilih diam daripada akan terjadi saling menyalahkan diri sendiri. Setelah itu dia akan pergi ke kamarnya untuk belajar lalu tidur.

Saat tengah malam pun terkadang dari kamar ibunya mendengar suara batuk yang sengaja diredam. Namun sekuat apapun meredam akan tetap terdengar. Saat itu, ibunya selalu terjaga dan terus berdoa agar anaknya diberi waktu lebih lama.

Selain ketidaksengajaan, midoriya jarang menunjukkan sisi lemahnya dirumah. Dia selalu berusaha tampil ceria didepan sang ibu. Meskipun sebenarnya dibelakang senyuman riangnya, dia telah menyeka darah sedikitnya satu dua kali.

Kali ini recovery girl hanya melaporkan seberapa buruk kondisi midoriya, bukan laporan mengenai anaknya yang terbaring di kasur uks.

Sebenarnya itu lebih baik, meskipun sama sekali tidak membuatnya tenang. Saat mengetahui anaknya pingsan terkadang dia ingin sekali langsung pergi ke UA, namun selalu ditolak oleh recovery girl. Mungkin akan ada saatnya dia boleh datang.

"Menurut pemantauanku, kondisinya bertambah 2% lebih buruk selama seminggu ini. Itu juga karena sisa demamnya minggu lalu. Aku yakin minggu2 berikutnya penyakit dalam tubuhnya akan berhenti mengganas."

Ibu midoriya mengangguk, "Arigatou, sudah menjaga anak saya selama ini. Jika tidak mungkin izuku akan lebih parah... "

Recovery girl menghela pelan dengan sedih, dia belum bisa memberitahu mengenai one for all, karena itu memang sangat rahasia. Mungkin ada saatnya, suatu hari dimana hal itu memang sangat harus diberitahukan. Hanya saja sekarang masih belum saatnya.

"Akan kuhubungi lagi jika ada perubahan, kuharap tidak akan ada selama beberapa hari kedepan. Kecuali jika adanya harapan membaik. "

Ibu midoriya mengangguk, "Hontou arigatou... "

Recovery girl tersenyum meskipun tidak akan bisa dilihat oleh ibu midoriya, namun helaan nafasnya akan terdengar. Dia menutup panggilan.

Setelah itu suara ketukan terdengar saat jam pelajaran masih berlangsung, recovery girl mempersilahkan siapapun itu untuk masuk.

"Midoriya? Ada apa, my girl? " tanyanya dengan alis sebelah terangkat.

"Sumimasen...oba-san. Aku hanya ingin me, melaporka satu hal... " kata midoriya takut2.

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang