Midoriya POV--
Sejak pertanyaannya pada latih tanding lalu, kini todoroki-kun sering sekali mengajakku bicara. Maksudku dia sejak dulu memang sudah sering untuk ukuran betapa pendiamnya dia, namun sekarang lebih lagi. Dia bahkan nampak seperti anak normal lain yang selalu aktif bicara.
Namun kuamati dia tidak begitu ke anak lain. Kukira itu terjadi karena dia sudah sangat sering berkelompok denganku di pelajaran umum maupun kepahlawanan.
Anak2 perempuan dikelas bahkan sempat mengatakan betapa aku dan dia terlihat dekat, bahkan sangat lebih dari dekat dengan kacchan yang merupakan teman masa kecilku.
Aku hanya bisa mengatakan itu kebetulan, sama sekali tidak ada maksud untuk sampai seperti ini.
Kini, di jam kosong karena keterlambatan sensei, dia tengah berbincang denganku.
"Nee midoriya, makanan apa yang kau suka? "
Eh, dia mulai penasaran dengan kehidupan normalku?
"ehm... Kurasa sampai saat ini aku masih sangat menyukai katsudon "
"Benarkah? Aku juga menyukainya, tapi tidak terlalu. Bagaimana dengan hobimu? "
Banyak hal yang terus dia tanyakan pelan2 dengan wajah datarnya. Namun akhir2 ini aku melihat adanya perbedaan, dia nampak sedikit lebih ekspresif. Tapi ya tetap saja tidak terlalu kentara...
Karena alur pembicaraan tidak terlalu berat, aku menjawab hampir seluruh pertanyaan yang dia ucapkan.
Semua berjalan mulus dengan keadaan tenang sampai...
Brak! !
Aku hampir saja melonjak dan jatuh dari tempat dudukku jika saja tidak berpegangan pada meja. Jantungku sudah berdegub tak karuan.
Aku menoleh dan melihat wajah ang berhias perempatan imajiner.
"Ka... Kacchan...?" aku mencoba menormalkan degub jantungku.
"Sensei datang, jangan berisik. " katanya dengan nada rendah menindas. Matanya sangat kesal dan menunjukkan urat2 tipis di sudutnya yang menjalar hingga pelipis.
Aku baru ingat jika kacchan keluar kelas setelah sensei yang mengajar pelajaran sebelumnya selesai mengajar. Mungkin dia melihat sensei berjalan menuju kelas saat kembali dari toilet.
"H, ha'i, arigatou sudah mengingatkan, kacchan... "
Aku menunduk takut2 sementara wajah kacchan sangat sangar diatas. Saat merasa tak nyaman, aku mendengar seseorang berdiri. Cukup dekat, orang disebelahku malah. Todoroki-kun?
"Hei, bakugou. Aku mengerti keras kepala adalah sifatmu, tapi jangan sampai membentak perempuan. " katanya dengan wajah datar.
Aku sontak mendongak mendengar suara todoroki, hampir tidak ada yang mengatakan demikian pada kacchan kecuali mau terkena quirknya di wajah.
"E, ano... " aku mencoba menghentikan otoko itu untuk terus memprotes kelakuan kacchan.
"Ha?! Apa maksudmu, rambut setengah keparat?! "
Todoroki merubah mimik wajahnya menjadi diam mengintimidasi, sedangkan kacchan sudah penuh perempatan imajiner.
Ohhhhh tiiiiidakkkk.... (-̩̩-̩̩͡_-̩̩-̩̩͡) jangan berantem plis.
"Lagipula aku sudah seperti sejak lama, kenapa baru sekarang kau protes keparat?! " bentak kacchan.
Aku tiba2 setuju dengan perkataan kacchan (゜-゜) ah benar juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)
RandomDunia telah berisi manusia yang memiliki quirk, ditengah semua itu hidup seorang gadis quirkless. Hidupnya berwarna dengan kehadiran orang2 yang bisa dibilang tak biasa baginya. Namun saat dia mulai menikmati kehidupan, suatu takdir sudah ditentuka...