*1*

7.2K 463 11
                                    

Midoriya POV--

Namaku Midoriya Izuku.

Aku lahir dengan sangat biasa. Maksudku terlalu biasa.

Disaat ini dunia dipenuhi manusia dengan bakat atau yang disebut quirk. Namun aku tidak.

Diriku lahir tanpa hal itu. Aku mengetahuinya saat kecil setelah ibuku memeriksakan ke dokter karena quirk milikku tak kunjung muncul. Semua teman sebayaku sudah menunjukkan bakat mereka yang membuatku terkagum.

Saat aku mengetahuinya aku hanya bisa menumpahkan air mata dengan ibuku yang memelukku erat dan terus meminta maaf.

"Gomen izuku... Semua karna oka-san... " ucapnya terus menerus.

Sejak saat itu aku mencoba menerima keadaan diriku, meskipun terkadang aku menangis setelah melihat pahlawan di tv menggunakan quirk mereka.

Namun meski aku tidak punya, sampai duduk di smp aku memiliki hobi menulis quirk pro hero di buku. Sekarang sudah menjadi buku ke 13 ku.

Saat jam pulang dan aku tengah menulis quirk seorang hero, seseorang menggebrak mejaku hingga jantungku ingin melonjak keluar.

"Hei deku! Kau masih saja menulis hal bodoh itu? Padahal kau tahu kau akan selalu payah!"

Aku mendongak melihat sosok pria berambut nyentrik blonde itu. Dia Kacchan, atau Bakugou Katsuki. Teman sejak kecilku yang selalu memamerkan quirk miliknya yang berupa ledakan.

"Kacchan... Aku hanya menulisnya, tapi aku tidak berharap akan memilikinya.. " ucapku dengan senyum masam.

"Kalau begitu kau hanya buang waktu, buang saja buku sialan ini. "

Kacchan mengambil bukuku dan aku mencoba mendapatkannya kembali. Dia justru meledakkan bukuku dan melemparkannya keluar jendela.

"Kacchan... " aku menatapnya kesal.

"Apa? Kau mau membalas? " tanyanya dengan senyuman remeh. Aku diam menunduk. "Hah, memang kau selalu lemah!" kacchan pergi keluar kelas.

Aku menatapnya menghilang dari pintu kelas sebelum beberes tas. Ada apa sih dengan pria satu itu? Selalu saja membentakku. Ah, meskipun dengan orang lain juga sih.

Setelah keluar aku mengambil bukuku yang kini basah setelah jatuh ke kolam. Aku berjalan pulang dengan manyun.

Sesampainya di jembatan dekat rumah, aku diam sebentar dan melihat bukuku tadi. Tulisan dan gambarnya masih jelas, tapi ada beberapa yang luntur.

Uh, kenapa aku jadi ingin menangis.

"Hei, apa kau baru menjatuhkan bukumu? "

Aku menoleh mendengar suara itu. Kulihat seorang anak laki2 seumuranku dengan rambut yang terbagi menjadi dua warna berbeda. Bekas luka bakar terlihat di mata kirinya.

"Ah, iya. " jawabku. Malas mengatakan bahwa buku jatuh karena kacchan.

Sedetik kemudian aku kembali sadar bahwa aku baru berbicara dengan orang asing. "Eto... "

"Todoroki. " ujarnya.

Aku bahkan belum melayangkan pertanyaan. "Ah, hajimemashite. Aku Midoriya."

Todoroki mengulurkan tangannya. Dia minta bersalaman? Kenapa wajahnya emo sih -_- jadi susah kan tahu dia mau ngapain.

Aku pun menjabat tangannya.

Setelahnya dia berlalu ke arah datangku tadi. Dia dari mana ya? Bukan anak sekitar rumahku, aku belum pernah lihat wajahnya.

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang