*28*

1.9K 216 0
                                    

Ibu midoriya kembali lemas karena menangis semalaman. Mendengar kabar midoriya yang hilang dari wali kelasnya, aizawa membuat kekuatannya seolah menghilang.

Dengan mata bengkak sembab dan memerah, dia masih terus berjaga didepan ponsel. Menunggu kabar sebaik mungkin.

Terdengar denting bel rumah, dengan susah payah dia beranjak dari kursi dan membuka pintu. Mount lady tersenyum begitu terlihat.

"a-"

"saya diminta menemani anda sampai midoriya ditemukan. "

"izuku... " hanya itu yang bisa terucap, karena bayangan anaknya selalu berputar2 di kepalanya.

"hari ini juga pencarian dilakukan. Lokasinya sudah diketahui, para hero bersiap melawan siapapun villainnya nanti. Kami usahakan hari ini juga midoriya bisa pulang. "

Ibu midoriya kembali terisak, mount lady menahan tubuhnya agar tidak merosot kelantai. Dia menggiring pelan wanita itu masuk kedalam rumah dan menutup pintu.

.
.
.

Kelas pahlawan dipenuhi tugas dari guru2 karena hampir semua bersiap untuk melawan villain. Kelas lain biasa saja karena tidak mengetahui alasan dibalik tugas2 yang diberikan. Sedangkan kelas 1A tampak murung. Mereka hanya menatap tumpukan tugas tanpa minat mengerjakan.

Uraraka melirik bangku2 yang kosong, "nee... Kemana mereka? " tanyanya pelan. Sudah bisa terdengar jelas karena kelas sangat hening.

"kirishima sempat mengabariku jika mereka nekat pergi sendiri. " ujar kaminari.

"nani? Mereka kan anak2 pintar, bagaimana jika dikeluarkan dari sekolah?? "

"justru karena itu mereka tidak bisa dibujuk, aku sudah mencoba meminta mereka berhenti melalui kirishima, hanya saja semua sudah tetap pada pikirannya. "

"aku malah lebih terkejut bakugou mau ikut." ujar kaminari.

"mungkin karena midoriya teman sejak kecilnya? " ujar tsuyu si quirk katak.

"mungkin saja, tapi dikelas bakugou jarang sekali berbicara dengan midoriya... " komen aoyama.

"terkadang aku tak sengaja melihatnya curi2 pandang ke midoriya. " celetuk mina.

Pembicaraan itu sedikit mengurangi kegelisahan mereka, namun ketika suasana kembali hening, wajah mereka serius kembali.

Jiro mengambil satu lembaran kertas tugas yang menimbulkan suara gesek halus, mulai mengerjakan. Lainnya mengikuti segera. Kelas hening terus menerus.

Sebenarnya di kelas selain jurusan pahlawan, satu orang mendengar desas desus tentang menghilangnya seorang anak jurusan pahlawan. Shinsou mendengarkan dengan seksama, dia ingin tahu siapa yang dimaksud. Tapi tidak ada yang tahu.

.
.
.

Midoriya bernafas berat. Dia sangat lemas dengan tubuhnya yang masih terikat di kursi kayu pada ruangan gelap.

Toga menyuntikkan cairan entah apa itu padanya kemarin. Tidak berpengaruh langsung setelahnya, namun dia merasakan efeknya perlahan.

Kepalanya terasa dipukuli, pandangannya tidak bisa fokus. Tubuhnya serasa disengat listrik kecil terus menerus. Keringat sudah mengucur dan menetes dari dagu ke seragamnya.

Terutama pagi ini. Saat udara terasa menusuk, dia serasa ditenggelamkan pada air es. Tubuhnya mati rasa dan nafasnya pendek.

Terdengar suara derit pintu, midoriya sudah tidak bisa melihat siapa yang datang.

"apakah kau suka sensasinya? " tanya seseorang yang nadanya sangat familiar meski baru beberapa kali didengar olehnya, shigaraki tomura. Si otoko bersurai tosca abu2.

I'm Happy, Thankyou! -BnHA Fanfic (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang