22. Cemburu

53.1K 2.1K 18
                                    

Revan memandangi setiap gerak gerik maira dari pintu teras dapur tanpa di ketahui oleh maira yang sedang duduk di tepi kolam. Saat itu fikiran maira benar benar kacau ia senang dengan perlakuan revan kemarin,tapi ia juga sangat tak tenang dengan perasaan gilang yang di bagikan kepadanya. Rasa sayang gilang kepadanya seharusnya tak ada bahkan tak boleh ada. Ia adalah kakak iparnya gilang,ia pun tak memiliki rasa sama sekali dengan adik iparnya itu. Satu sisi lagi maira juga tak ingin pernikahannya dengan revan hancur hanya karena perasaan gilang padanya. Maira tak ingin itu terjadi.

Di tengah revan sedang memperhatikan maira,tiba tiba ia di kejutkan dengan adanya kecoa,respec revan langsung berlari ke arah maira namun tak sengaja ia menabrak maira sehingga mereka berdua tercebur ke dalam kolam.

"Tolong.tolong.tolong mas maira gak bisa berenang". Nafas maira sudah tersenggal senggal.Tubuh maira sudah hampir tenggelam.Ia berjinjit jinjit agar kepalanya tidak masuk ke dalam air sehingga ia masih bisa bernafas.

Sepontan revan langsung memeluk tubuh maira dan menjaganya agar tidak tenggelam " Tenang ! Saat ini wajah mereka berdekatan sehingga mereka bisa jelas melihat wajah di depan mereka dengan jelas.

Revan menyeimbangkan tubuhnya agar maira tidak jatuh, pelukannya semakin erat,perlahan revan mulai berjalan menepi ke sisi kolam itu.
" Maaf!". Ucap revan dingin sembari mendudukkan maira di tepi kolam

Maira mengusap wajahnya yang basah lalu menganggukkan kepalanya.kali ini mereka berdua sudah sama sama basah kuyub. Angin sore berhembus perlahan lahan tetapi sangat terasa oleh maira di saat tubuhnya basah begini. Maira sedikit menggigil  ia mengusap usap tangannya untuk menghangatkan tubuhnya.

Di saat itu revan pun langsung keluar dari kolam dan meninggalkan maira.
Oh tidak ! Ternyata revan mengambil handuk di jemuran teras ia pun berlari secepatnya ke tempat maira. Revan membalutkan handuk tersebut ke tubuh mungil maira.Lalu revan pun membankitkan tubuh maira dan mereka berjalan ke dalam rumah
" Maaf kan aku maira,aku tak sengaja,tadi ada kecoa,maaf". Baru kali ini maira mendengar ucapan revan cemas.

Maira tak bergeming,ia hanya menganggukkan kepalanya pertanda ia memaafkan revan,ia benar benar sudah kedinginan,apa lagi sebentar lagi sudah memasuki waktu maghrib suhu udara pun semakin rendah.

Revan terus menuntun maira menaiki anak tangga satu persatu dan mengantarkan maira hingga tepat sampai di depan pintu kamar maira
" Masuk,cepat ganti pakaianmu,aku tak mau kamu sakit". Maira terkejut dengan perubahan sikap revan yang secepat itu ia malah bengong berfikir keras mencari jawaban, ada apa dengan revan?
" Kok malah bengong,cepat! Aku tak mau kamu sakit karna ku". Sejujurnya saat itu jantung revan berdenyut kencang tapi ia berusaha untuk biasa saja di depan maira.kemudian maira pun perlahan memasuki kamarnya dan menutupnya kembi.
Huh! Kali ini revan sudah benar benar lega,maira sudah masuk ke dalam kamarnya.lalu revan pun duduk bersandar di depan pintu kamar maira
" aku tak tau apa yang sedang terjadi! Batin revan.

Sementara yang di dalam kamar pun jantungnya dag dig dug atas perlakuan revan terhadap dirinya ia tak tau apa yang terjadi sama revan saat ini,kemudian ia tak sanggup lagi dan mengganti pakaiannya lalu maira pun hendak keluar karna penasaran dengan sikap revan.

Baru saja dirinya membuka pintu tetapi tiba tiba revan terjungkal ke dalam. Maira tak tau. Jadi dari tadi revan ada di depan kamarnya? Ngapain?kok bisa? Maira terkejut dan  bingung dengan adanya revan  " Maaf maira tak tau". Lirih maira tetapi revan hanya menundukkan kepalnya,ia malu ketahuan sama maira bahwa dirinya berada di depan pintu kamar maira.

Sebenarnya maira tak berani memegang tubuh revan,tapi ia memberanikan diri untuk memegang lengan revan lalu membantu revan berdiri " Cepat ganti baju mas,nanti kamu sakit". Ucap maira lalu menarik lengannya dengan pelan menuju kamar revan di depan kamarnya

Toughness Of Humaira | Sudah Terbit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang