38.

45.8K 1.7K 53
                                    

Perlahan maira duduk di bangku panjang dekat kolam,dan di ikuti revan di sampingnya,maira tak langsung bicara,mereka diam tak ada yang berani membuka obrolan.

Maira menatap langit yang sudah mulai menampilkan semburat semburat merah pertanda senja akan segera tiba.
Oh senja itu indah sekali.

" Ra ." panggil revan,sontak saja maira terkejut,lalu ia menoleh pada revan,tak mengucapkan apa pun.

"Maafin aku ya,karna ini semua salahku,seandainya dulu aku nggak pernah kenal sama aurel,ini semua gak akan terjadi,maaf ra,maaf,kamu mau kan maafin aku? Aku janji,aku gak akan buat kamu kecewa lagi,aku sayang kamu ra." perlahan revan menggenggam tangan maira.

Menghela nafas " maira udah maafin mas kok,bahkan sebelum mas minta maaf sama maira,maira gak butuh janji kamu mas,yang maira butuhkan itu bukti nyata dari kamu."

Skakmat banget yak ucapannya !

"Baik ! Mas akan buktikan,terimakasih sudah memaafkan mas ra,mas sayang banget sama kamu." kemudian revan langsung memeluk maira,lalu maira membalas pelukan suaminya itu,ia merinduakan pelukan hangat seperti ini.

Tak lama mereka pun melepas pelukan kerinduan itu.
"lihat deh ra,senjanya indah banget,indah kaya kamu." sambil menoel hidung maira gemas

Lalu maira taj dapat menahan senyumnya bahkan semburat semburat merah di pipinya kelihatan,sungguh ia sangat malu saat ini " gombal deh." mencubit lengan suaminya.

"aw,aw,sakit tau." lagi lagi revan menoel hidung mungil maira.namun maira malah mengerucutkan bibirnya
"Jangan ngambek ngambek dong ! Nanti mas cium ya." sontak saja maira langsung menutup seluruh wajahnya dengan hijab yang ia pakai.

"mangkanya jangan ngambekan." ucap revan sembari membuka wajah maira yang ditutupi hijabnya.

Setelah itu maira membuka wajahnya perlahan "karena kamu tuh mas noel noel hidungku,nanti nyungsep hidungnya.

"bwhahh." revan tak dapat menaha tawanya bagaimana hidung bisa nyungsep "gak papa nyungsep mas tetap sayang kok." sembari membelai kepala wanita yang ia sayangi itu.

"Mulai deh,nanti maira marah lagi ni." memanyunakan bibirnya lagi

" jangan dong,kalo kamu marah mas nggak bisa hidup nanti." goda revan

"Aaaa." maira memukul pelan perut suaminya

"Aw,sakit tau." revan langsung memeluk maira cukup lama,ia benar benar rindu dengan wanita itu.

"lihat deh senjanya." lalu maira pun ikut melihatnya masih dalam dekapan suaminya "indah bangetkan,seindah kamu,terimakasih Ya Allah telah menghadirkan yang indah indah dalam hidup hamba." ucap revan dengan nada bercanda.

"Lalu nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan???." sambung maira

"Yang kudustakan adalah tidak bersyukur terhadap Tuhan,aku malu."

" maka bersyukurlah kamu mas."

"Iya ra,aku memang manusia yang sombong,aku tidak bersyukur pada Allah,padahal Dia sudah memberikanku kehidupan yang baik,apa lagi mas memiliki pendamping yang seperti kamu,mas malu ra."

"Mulailah belajar untuk selalu bersyukur mas,maira yakin mas pasti bisa." maira memandangi wajah suaminya yang sangat ia sayangi itu.

"Terimakasih,kamu selalu mengajarkan hal-hal yang berguna untuk mas." ucap revan lalu mengecup singkat dahi maira.
Sungguh indah sekali saat ini di bawah langit langit senja.

"Nanti ikut mas pulang ya." ucap revan sembari melepaskan dekapannya.

Maira tampak diam,sedang memikirkan sesuatu "tapi maira masih rindu sama rumah ini mas."

Toughness Of Humaira | Sudah Terbit ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang