Saat ini Revan dan Maira sudah berada di dalam perjalanan menuju rumah Umi-nya Maira. Mereka banyak membawa paperbag.
" Sudah siap memberi kejutan untuk semua orang?." tanya Revan fokus pada jalan yang di lalui.
" Siap dong mas, Maira itu mau melihat mereka bahagia." Senyum menghiasi wajahnya.
" Mas pun iya juga." sahut Revan.
Mobil memasuki pekarangan rumah Umi Rani, terlihat ada sebuah mobil yang terparkir di halamannya. Maira fikir itu adalah mobilnya Gilang, berarti mama mertuanya sudah datang.
" Mas bantuin bawa paperbagnya." pinta Maira sembari mengambil paperbag di bagasi.
Revan pun langsung membantu Maira membawa beberapa paperbag ke dalam rumah.
" Mas pelan-pelan jalannya." Maira mengingatkan Revan.
" Iya iya sayang."
Perlahan revan membuka knop pintu.
" Assalamu'alaikum Umi, Mama." ucap Revan dan Maira bersamaan.
Semua orang yang ada di ruang tamu saat itu terlonjak kaget melihat keduanya sudah ada di rumah.
" Revan? Maira? Kok?." Umi Rani benar-benar bingung melihat keberadaan mereka berdua saat ini.
" Iya Umi...." Maira langsung berlari memeluk Uminya.
" Maira rindu umi." Mengeratkan pelukannya.
" Umi juga." Umi Rani mengusap-usap punggung Maira, lalu mereka melepaskan pelukannya.
" Rindu mama juga." memeluk mama Yuli sekilas.
" Kok udah pulang? Kok engga bilang? Ada masalah?." Tanya umi Rani khawatir.
Maita tersenyum. " Enggak ada apa-apa kok Mi, mas Revan ada pekerjaan yang gak bisa di tinggal, jadi kami pulang. Dua hari udah cukup kok mi, Maira udah bahagia banget." jelas Maira
" Abangnya engga di peluk?." tanya andre kesal.
" Abanh siapa yaaa?." tanya Maira sedikit terkekeh.
" Cerita tentang Honeymoonnya dong, kemana aja? Rasanya gimana?."
" Kepo !."
" Dasar pelit." pekik Andre tapi tak di open oleh Maira.
" Oh iya Mi, Maira bawa oleh-oleh lho." Mengambil paperbag yang sudah tergeletak di lantai dan yang ada pada Revan dan memberikannya satu per satu pada setiap orang yang ada.
" Abang kok nggak bilang sama Gilang kalo ada pekerjaan? Kan seharusnya Gilang bisa bantu?." Tanya Gilang yang akhirnya buka suara.
" Urusan internal Lang, gak bisa di wakilin orang lain. Walau pun adik sendiri." jelas Revan.
" Ooh."
" Maira kok banyak banget oleh-olehnya, ngapain coba beli jersey kaya gini? Kamu fikir ibu-ibu mau pake kaya begini." celetuk mama Yuli saat melihat ada jersey Bali United di dalam paperbag.
" Hehe, nggak papa ma. Nanti kita pakenya barengan pas nonton bola." Maira menyengir tak berdosa.
" Hadeuhh Ran, anak kamu fans fanatik sepakbola ran." Detik berikutnya mereka semua tertawa.
" Eh Maira, kamu pasti nonton bola di stadion kan? Iya atau iya?." tanya andre.
" Haha abang, iya atau iya? Ya iya dong bang, rugi udah sampe tempat enggak nyetadion bareng suami." Maira terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toughness Of Humaira | Sudah Terbit ✓
Spiritual# Rank 4 in spiritual. 11 01 2018 DON'T COPY, INGAT ALLAH MAHA MELIHAT!!! " Apa bi? nikah muda? ya allah bi maira belum siap bi." ucap humaira dengan kesal " Tidak ada penolakan maira,abi gak mau masa depan kamu hancur seperti kebanyakan anak peremp...