4 : Janji

6.2K 577 16
                                    

Rabu yang dinanti akhirnya datang ya guys wkwkwk

~~~~~

4

○ Janji ○

○ Janji ○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




-:-:-:-:-:-


Daffa's POV

Akhirnya pulang!

Setelah seminggu dipenuhi dengan jadwal terbang, akhirnya gue pulang dan bisa ketemu istri tercinta he he he he.

Pagi ini ketika gue pulang, gue langsung disambut sama harum masakan. Iya, harum masakannya dulu yang gue cium, yang masaknya belakangan soalnya kalo udah asik di dapur, Naora tuh suka gak denger segalanya, termasuk panggilan sayang gue yang begitu merdu.

"Aku panggilin gak denger ih!" ucap gue sambil cemberut tapi tetep gak melepaskan pelukan gue.

Naora tertawa dan mengusap-usap pipi gue dengan satu tangannya. Gue mengecup tangannya itu.

"Bikin apa?"

"Lasagna," jawabnya seraya menolehkan kepalanya dengan senyum merekah di bibirnya.

"Tahu aja sih aku lagi kepengen makan apa," balasku lalu mencium pipinya.

"Lha kan kemarin Mas yang bilang mau makan ini, gimana sih?"

Gue melepaskan pelukan pada Naora lalu tertawa, "Iya kah? Aku lupa, yaaa anggep aja aku gak pernah bilang jadi kesannya kamu bisa meramal gitu aku maunya apa," balasku sambil mengaduk-aduk saus lasagna yang sedang dimasak oleh Naora.

"Mas ganti baju dulu sana terus istirahat, nanti kalo ini udah mateng, aku bangunin," ucap Naora.

Gue mengangguk pelan, "Mas ke kamar dulu ya," balas gue lalu mengecup kening Naora sebelum melangkah menuju kamar.

Bawaannya kalo udah di tempat tidur kamar sendiri tuh selalu bisa bikin ngantuuuuuuuuukkkk banget! Niat gue buat mandi sebelum tidur gagal karena buktinya saat Naora bangunin gue, gue masih pake setelan yang sama.

"Mas, lasagnanya udah mateng, bangun yuk, kita makan dulu," ucap Naora lembut sambil mengusap-usap pipi gue.

Gue tersenyum lalu perlahan bangkit dan mengistirahatkan badan gue kembali dengan memeluk Naora.

"Lho kok malah meluk-meluk? Mandi dulu sana, Mas!" lanjut Naora sambil mendorong tubuh gue supaya melepaskan pelukan.

"Bentar aku mau meluk bentar," balas gue.

"Kangen," lanjut gue lalu mencium pundaknya, membuat Naora tertawa.

"Kamu tuh, kita kan udah biasa gak ketemu seminggu kayak gini, masih sekangen itu kalo gak ketemu aku selama itu?" tanya Naora dan gue langsung mengangguk.

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang