Semangat menyambut hari Senin esok hari!💕
~~~
31
: Khawatir :
-:-:-:-:-:-:-
Daffa's POV
Hal yang membuat gue kaget pagi ini bukan hanya karena gue bangun dan ada di kamar gue, tapi juga kaget karena gue bisa pulang dengan selamat padahal semalem gue udah tepar abis.
Shit men. Tadi malam adalah kali pertama semenjak bertahun-tahun gue minum alkohol lagi. Terakhir gue mabok dan berujung pada gue ngomong ngelantur ngajak nikah orang yang jadi baper sama gue membuat gue ogah mabok lagi. (Red: The Beginning In Our Forever)
Tapi entah kenapa semalem rasanya gue udah gak tahu mau gimana lagi dan berujung pada gue menginjakkan lagi kaki gue di diskotik yang udah lamaaaaa banget gak gue masuki.
Bartender-nya aja udah gak ada yang gue kenal.
Gue memutuskan cuma minum satu shot dan setelah itu kalo mau minum lagi gue bisa ganti dengan soft drink, mengingat gue bawa mobil ke sini sendirian jadi kalo gue mabok bisa mampus gue gak bisa pulang, meskipun pulang adalah keinginan terakhir gue.
Semenjak Naora menolak ajakan gue untuk tidur sekamar sama gue, gue merasa itu bagaikan dia juga menolak untuk memperbaiki segala ketidak harmonisan antara gue dan dia, dan itu membuat gue terpuruk banget.
Setelah gue menghabiskan minuman gue dan mau pesan soft drink, seorang menepuk pundak gue, membuat gue menolah dan membelalakkan mata ketika melihat senyum di wajahnya.
Why ya Tuhan??? Why??? Kenapa selalu dia??? Mau nunjukkin apa Engkau ya Tuhan mempertemukan aku terus sama dia???
"Daf, aku gak nyangka kalo kamu main ke diskotik juga, bukannya pilot gak boleh minum-minum ya?" tanyanya lalu langsung duduk di kursi kosong di sebelahku.
Delima, senyumnya selalu mengembang maksimal, tidak terkecuali malam ini. Meski lampu diskotik yang remang-remang aja gue masih bisa lihat betapa lebar senyumnya.
"Boleh, cuma gak boleh banyak-banyak," jawab gue sambil menunjukkan satu gelas kosong di hadapanku kepadanya.
"Lagi libur?"
"Cuti," jawab gue singkat.
Ah ya, gue emang ambil cuti mendadak, urusan gue kena sanksi nanti aja gue pikirinnya, yang pasti sekarang kalo gue flight gue takut malah nyasarin pesawat ke antah berantah.
"Kok gak bilang sih sama aku kalo kamu cuti? Kan nanti kita bisa meet up sama Naora juga."
Duh. Kenapa juga gue jadi sewot denger nama Naora disebut? Ah, mungkin karena saat ini gue lagi gak mau denger nama dia. Karena dengan mendengar namanya dia aja itu bisa membuat gue merasa gak karu-karuan.
"Kenapa? Kok diem? Gak suka ya sama ideku soal ketemuan?" tanyanya lagi.
Gue menggeleng pelan, "Enggak, cuma lagi gak mau ngomongin itu aja."
Delima terkekeh pelan, membuat gue menoleh ke arahnya.
Apa yang lucu coba sebutkan sodara-sodara sekalian?
"Lucu deh kamu, lagi marahan sama istrinya ketauan banget!" ucapnya.
"Oh?"
Delima meneguk minumannya lalu memfokuskan dirinya kembali ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey In Our Forever
Storie d'amore[FOREVER SERIES #3] [COMPLETED] --Sequel of The Beginning in Our Forever-- Pangeran berkuda putih yang tak pernah Naora sangka itu, ternyata datang di kehidupannya. Membawanya keluar dari lingkaran ketakutan yang selalu membelenggunya. Ia datang, de...