19 : Doa Yang Terjawab

6.9K 614 74
                                    

19

○ Doa Yang Terjawab ○

Semua hal, sudah memiliki waktunya masing-masing.
Dan sekarang, mungkin sudah datang waktu untuk kita.

🎶Backsong: Mentari - Mytha Lestari🎶

-:-:-:-:-

Daffa's POV

Setelah bulan lalu melakukan tes lab seperti yang diminta oleh Gio dan alhamdulillah hasilnya menunjukkan kalau gue dan Naora cocok untuk memulai program bayi tabung kami, Naora mulai diberikan beberapa obat yang berguna untuk rahim dan kualitas sel telurnya, dan akhirnya hari ini tiba hari di mana kami akan melakukan transfer embrio ke rahim Naora.

Gue dan Naora sejak awal setuju untuk melakukan penanaman 2 embrio, takut terjadi apa-apa dan untuk meningkatkan persentase keberhasilan program ini.

Naora moodnya hari ini bagus banget btw. Dari pagi dia keliatan happy banget, gak sabar kayaknya. Soalnya kalo proses ini berhasil, 2 minggu lagi kami bisa dapet hasilnya kira-kira berhasil atau enggak.

Gue menoleh ke arah Naora yang sedang memegangi tangan gue, senyum masih mengembang di wajahnya.

Gue mengusap-usap puncak kepalanya lalu mengecup keningnya, dalam dan lama.

"Ada aku, kamu jangan takut," kata gue dan Naora membalasnya dengan kekehan pelan.

"Siapa yang takut? Kamu kali ya yang takut," tebaknya sambil terus terkekeh pelan.

Gue ikut terkekeh dan kembali mengecup keningnya. Ya... sejujurnya gue takut, tapi masih di tahap yang wajar. Ini semua hal baru buat gue, buat Naora, tapi tentu aja gue gak bisa memperlihatkan kalau gue sedang merasakan takut itu, gue gak mau kalau ketakutan gue nantinya malah merambat ke Naora.

"Semuanya akan baik-baik aja, Mas, aku, kamu, calon anak kita, semuanya," ucap Naora dengan nada yang waw sangat tenang. Gue aja gak yakin bisa mengeluarkan suara setenang itu kalo gue yang berada di posisi Naora.

Dan mendengar dia ngomong calon anak kita.... plis mo nangis tapi gak boleh nangis karena aku kudu strong!

"Halo! Selamat pagi!"

Gue menoleh dan mendapati Dokter Iren tengah tersenyum ke arah gue dan Naora.

"Pagi, Dok," jawab gue dan Naora berbarengan.

"Hari ini jadinya sama Dokter Iren?" tanya Naora.

"Iya, Dokter Gio telepon saya soalnya dia pagi ini ada jadwal operasi mendadak, pasiennya yang lain ada yang ternyata melahirkan lebih cepat dari perkiraan," jawab Dokter Iren.

Untuk program ini, gue sama Naora emang minta Gio dan Dokter Iren yang membantu, bukan Gio aja. Soalnya buat nyocokin jadwal gue yang suka tiba-tiba berubah. Dan untungnya Gio sama Dokter Iren klop abis, jadi selama ini gak ada yang namanya beda pendapat soal treatment yang harus diberikan ke Naora. Gue dan Naora pun bisa tenang mempersiapkan fisik juga mental.

"Oke, ini gak akan lama kok, tapi ya biasa lah sakit-sakit dikit, tahan ya Bu Naora cantiiiiik," ucap Dokter Iren sambil mempersiapkan kateter yang akan digunakan.

Gue menggenggam erat tangan Naora ketika proses itu berlangsung. Dibandingkan gue yang panik tapi sebisa mungkin gue tutupi, Naora jauh lebih santai, dan gue bersyukur istri gue yang gue sangat cintai ini bisa melewati ini lebih baik daripada gue sendiri.

Naora ternyata lebih kuat daripada yang gue sangka.

"Nah, udah beres, sekarang Bu Naora boboan dulu ya, istirahat, nanti saya dateng lagi untuk cek udah boleh pulang atau belom, oke?"

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang