32
: Bersamanya :
-:-:-:-:-:-
Daffa's POV
Diajak ke rumah seorang wanita hanya untuk tester makanan baru yang akan dijual di restorannya, itu gak apa-apa kan? Bukan masalah kan? Ini hal biasa yang bisa aja dilakukan antar teman, ya kan?
"Kamu tinggal sendirian di sini?"
Delima meletakkan kantung belanjaannya dan mengangguk. "Iya, Mami sama Papi di Palembang, gak mau balik ke sini katanya, udah enak di sana."
Gue ngangguk-ngangguk, "Kamu sering pulang ke Palembang?"
Kali ini Delima menggeleng, "Lagi jarang, dulu setiap bulan pasti balik ke Palembang, sekarang palingan enam bulan atau bahkan satu tahun sekali baru pulang."
"Betah banget gak ketemu, gak kangen?"
Delima tersenyum, "Kangen, tapi setiap hari pasti video call, jadi kangennya lumayan terobati deh," jawabnya.
"Oh ya, kalo masakanku kali ini agak kurang oke, kasih tau aja ya, kan masih percobaan," lanjutnya sambil menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan.
"Mau dibantuin gak?"
Delima menggeleng, "Gak usah, kamu duduk aja di situ liatin aku masak, jarang-jarang loh dapet kesempatan liat chef masak langsung," jawabnya.
"Oh sure kalo gitu," balas gue lalu duduk di kursi tinggi yang ada di dekat kompor.
Sepanjang Delima masak, gue sama dia ngobrolin apa aja. Mulai dari alasan kenapa dia masuk sekolah kuliner, perjuangan waktu awal-awal dia jadi chef, sampai akhirnya dia berhasil menjadi chef yang makanannya selalu dicari oleh orang-orang.
Dan dari percakapan itu gue jadi tahu kalau Delima ini adalah seorang wanita yang tangguh dan pantang menyerah.
"Orang tua kamu pasti bangga sekali sama kamu," ucap gue setelah Delima mengakhiri ceritanya.
"Not yet," balasnya singkat.
Gue menaikkan sebelah alis gue, menunggu dia melanjutkan kata-katanya.
"Belum bangga sepenuhnya karena aku belum menikah, padahal mereka udah pengen banget liat aku berkeluarga," lanjutnya.
"Ya cari dong, Ma, masa sih wanita pintar masak pake banget-banget, enak diajak ngobrol, plus cantik begini susah dapet calon? Gak mungkin ah."
"Ya abisnya calon yang ku mau udah nikah, gimana dong?" balasnya sambil tersenyum ke arahku.
Eh tunggu...
Maksudnya?
Tapi tiba-tiba Delima tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahaha muka kamu lucu banget sih, Daf, kalo lagi bingung gitu hahahaha padahal aku bercanda doang tau!"
"Bisa banget ya bercandanya," balas gue sambil geleng-geleng kepala.
Hahaha bisa banget ya kan bercandanya.
"Oke! Jadi deh!" ucap Delima lalu meletakkan sebuah piring di hadapanku.
"Silakan dicoba, Daf, please jujur ya sama rasanya!"
Gue mencoba memotong daging yang disajikan oleh Delima lalu memasukkannya ke dalam mulut gue.
"Gimana? Enak gak?" tanyanya.
Gue mengangguk-angguk cepat karena wow seenak itu guys!
"Enak banget! Sausnya pake apa nih?" tanya gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey In Our Forever
Romance[FOREVER SERIES #3] [COMPLETED] --Sequel of The Beginning in Our Forever-- Pangeran berkuda putih yang tak pernah Naora sangka itu, ternyata datang di kehidupannya. Membawanya keluar dari lingkaran ketakutan yang selalu membelenggunya. Ia datang, de...