37 : Penjelasan

7.2K 564 42
                                    

Daffa's POV

Gue udah kemakan api cemburu malam ini.

Gila. Gila. Gue gilaaaa!! Ngapain pake nyium Naora di depan umum kek gitu???

Nikahan gue juga bukan. Kenal orang yang nikahan aja enggak. Ya ampun Daffa apa yang lo pikirkan??? Kenapa bersikap sembrono kayak gini???

Sejak tiba-tiba nyium Naora abis duet sama..  grrrr itulah namanya, sampe sekarang gue udah sampe rumah lagi, gue diem.

"Mas," panggil Naora, membuatku berhenti melepas jasku.

"Kenapa?" tanyanya.

"Gak apa-apa," jawab gue, singkat, gak padat, dan kayak anak SMP lagi marahan.

Tapi Naora malah terkekeh pelan. Gue langsung menoleh ke arahnya dan kekehannya malah berubah menjadi tawa yang kayaknya susah untuk dihentikan.

"Mas gemes banget sih kalo lagi cemburu gini, suka deh," katanya.

Gusti nu aguuuuuuungggggggg, ini kenapa Bojo saya jadi malah demen saya cembokur?

"Sayang, kok kamu malah ketawa sih? Kan aku ceritanya lagi cemburu, harusnya gak diketawain," jawabku sambil mengurung pinggangnya dengan kedua tangan gue.

"Abisnya cara kamu cemburu lucu banget!" balasnya dan gue semakin cemberut.

Di tengah tawanya, Naora akhirnya mengusap pelan kedua pipi gue.

"Mas, thank you for doing that for me."

Hah? Kok malah berterima kasih?

"Tadi aku bener-bener merasakan kalau kamu gak mau kehilangan aku lagi, dan sejujurnya selama empat tahun menikah, baru tadi aku bener-bener merasakan perasaan kamu ke aku ternyata sedalam itu."

"Oya," panggil gue lembut sambil memeluknya.

Mendengar perkataannya barusan malah membuat gue merasa bersalah. Gila coy, ngapain aja gue selama ini sampe-sampe wanita yang gue cintai ini bisa ngomong kayak gitu.

"Kalo kamu mau minta maaf," ucapnya memotong kata-kata yang mau gue ucapkan.

Dia tersenyum lalu mencium bibir gue cepat. YA ALLAHU AKBAR KAN JADI GAK FOKUS GUE!!

"Oya, kamu kalo mau ngomong jangan ci-,"

Cup!

"Jangan minta maaf, kamu gak salah, kita terlalu terlena sama keadaan kita yang udah sama-sama sampe lupa meyakinkan satu sama lain mengenai perasaan masing-masing tetap perlu dilakukan,"

"Sekarang kita bilang i love you mungkin sering tanpa benar-benar memahami artinya, padahal dulu sebelum kita nikah, kata-kata itu benar-benar berarti buat satu sama lain,"

"Aku mau kita coba seperti itu lagi, Mas.. kita coba memahami arti dari setiap kata-kata yang kita ucapkan ke satu sama lain, supaya kita gak bilang karena terbiasa,"

"Tapi kita bilang karena kita mau orang yang mendengarnya sadar betapa kita benar-benar tulus mengatakannya."

Naora kembali mengusap kedua pipi gue perlahan, lalu mendekatkan bibirnya ke arah bibir gue lagi, namun sebelum bibirnya menyatu dengan bibir gue, dia berbisik lembut.

"Aku cinta kamu, Mas Daffa."

Sebelum gue terhanyut dalam ciumannya yang... YA ALLAH SAYA MAU FOKUS DULU SEBENTAR BISA???

Gue pegang kedua sisi wajahnya lalu gue jauhkan wajahnya. Gak jauh-jauh kok tenang aja. Gak mampu gue kalo jauh-jauh.

"Aku juga cinta sama kamu, Oya," ucap gue, membuat Naora tersenyum.

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang