Daffa's POV
"Daf, abis landing nanti mau langsung pulang?"
Gue menoleh dan mendapati Wika tengah berdiri di samping gue. Buat flight nanti, Wika yang bakalan jadi co-pilot, jadi kita berdua lagi dalam perjalanan menuju bandara dari mes.
"Iya, gak ada acara juga gue, mau langsung pulang, kangen kesayangan," jawab gue yang langsung membuat Wika berdecak pelan.
"Temenin gue dulu mau gak?"
Gue mengernyit, "Ke mana?"
"Ketemu Delima."
"Kok pake minta temenin, emangnya kenapa? Dia bukannya gebetan lo?"
"Belom jadi gebetan makanya gue minta temenin, gue takut salting kalo sendirian," jawab Wika.
Gue terkekeh pelan, "Emangnya kalo gue temenin jadi gak salting? Bukannya malah makin-makin nanti?" ledek gue.
"Ya emang iya sih, tapi seenggaknya lo bisa bantu gue cari bahan obrolan gitu loh," balas Wika.
Gue menimbang-nimbang sejenak, "Gue telepon istri gue dulu ya, soalnya dia tahunya gue langsung pulang, takutnya dia nungguin atau apa," jawab gue yang langsung membuat Wika berseru kegirangan.
"Diiyain juga belom udah kesenengan aja lu!" kata gue sambil menempelkan ponsel di telinga gue.
Tapi telepon gue gak diangkat oleh Naora, gue coba telepon lagi pun juga tetap gak diangkat. Gue akhirnya memilih untuk mengirimkan pesan singkat untuknya. Pasti dia masih meeting.
"Gak dijawab telepon lo, Daf?" tanya Wika setelah melihat gue memasukkan ponsel gue ke saku celana.
Gue mengangguk, "Iya, masih meeting kayaknya," jawab gue.
"Bentar doang kok, Daf, ketemu Delimanya, gue pastikan lo gak akan nyampe rumah lebih dari tengah malam!" bujuk Wika.
"Tunggu jawaban istri gue dulu ya, Ka, takut dia nungguin," jawab gue dan kembali membuat Wika hanya bisa mengangguk-angguk.
Baru saat tiba di bandara Soekarno-Hatta, ponsel gue bergetar pelan dan memunculkan nama Naora di layarnya.
"Halo, sayang," sapa gue.
"Kenapa Mas tadi telepon? Aku tadi masih fitting sama klien."
"Aku mau bilang kalo aku diajakin pergi sama temenku, namanya Wika, dia bilang sih gak lama, cuma aku takut malem banget pulangnya, kamu gimana kalo aku pergi sebentar?"
"Ya udah, Mas, gak apa-apa. Mas bawa kunci gerbang sama rumah kan? Aku takut ketiduran soalnya."
"Iya, aku bawa kok. Nanti kamu tidur aja gak usah nungguin aku."
"Oke, ini Mas udah landing?"
"Udah kok, kamu hati-hati ya pulang dari butiknya."
"Iya, Mas juga."
"Love you, Oya," ucap gue seraya tersenyum.
"Love you too, Mas."
Gue masih tersenyum sambil terus menatap layar ponsel gue yang menampilkan foto Naora dan gue sebagai wallpapernya.
"Gila ye lu ngeliatin hape sambil senyam-senyum?"
Wika, yang dari tadi emang nungguin jawaban gue, udah setia berada di samping gue lagi.
"Kalo lo nanti udah beristri, lo pasti juga bakalan begini," jawab gue sambil memasukkan ponsel ke saku celana.
"Shit banget ya jawaban lo, betewe, diijinin gak sama istri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey In Our Forever
Romance[FOREVER SERIES #3] [COMPLETED] --Sequel of The Beginning in Our Forever-- Pangeran berkuda putih yang tak pernah Naora sangka itu, ternyata datang di kehidupannya. Membawanya keluar dari lingkaran ketakutan yang selalu membelenggunya. Ia datang, de...