38
○ Bertemu Kaluna ○
-:-:-:-:-:-:-
Naora's POV
Sabtu pagi.
Daffa yang sedang off tiba-tiba semalam mengajakku untuk pergi ke suatu tempat. Tempat yang sebelumnya belum pernah aku datangi, katanya.
Kata-katanya ini membuatku berpikir keras, tempat apa yang belum pernah aku datangi? Hmm.. diskotik? Ya kali pagi-pagi gini ada yang buka.. eh ya masa suamiku ajak aku ke sana?
Setiap aku tanya sebenernya mau ke mana, Daffa hanya menjawabnya dengan senyum sambil mengusap-usap pipiku.
Aku terus bertanya sampai mobilnya tiba-tiba masuk ke area Tempat Pemakaman Umum.
Dadaku langsung sesak.
Jangan bilang..
"Mas," panggilku lirih dan berusaha menggapai tangan Daffa yang masuk duduk di belakang setir mobil meski mesin sudah dimatikan.
"Mas, aku belum si-,"
"Oya," potong Daffa.
"Kamu gak sendirian, aku ada di sini, di samping kamu, kita hadapi ini bersama ya.."
Dan air mataku langsung mengalir begitu saja. Sesak di dadaku semakin menjadi.
Sejak berbaikan dengan Daffa dan setuju untuk memulai segala sesuatunya kembali dari awal, hanya ini yang belum mampu aku lakukan.
Mengunjungi makam Nada. Anak kami.
Daffa membawaku ke dalam pelukannya, membiarkan aku menumpahkan air mataku yang kurasa sangat banyak stoknya.
"Sayang, sudah saatnya kita berdamai dengan rasa sakit kehilangan Nada, dan aku gak bisa melakukannya sendirian, begitu pula kamu, kita harus sama-sama melakukan ini," ucap Daffa pelan sambil terus mengusap-usap punggungku.
Kuhapus air mataku dan kupandangi Daffa yang masih setia menungguku. Menunggu aku dan mentalku siap.
"Sudah?" tanyanya ketika tangisku reda.
Kutarik napas panjang lalu kuhembuskan perlahan sebelum mengangguk pada Daffa.
Daffa membantuku turun dari mobil. Kupegang erat lengan tangannya, diikuti dengan tangannya yang menggenggam lembut jemari tanganku yang mulai gemetar.
Selangkah demi selangkah kami semakin dekat dengan pusara Nada.
Dan ketika berhenti tepat di mana nisan Nada Kaluna Bramanta tertulis di atasnya, aku langsung membalikkan badan.
Air mataku kembali tumpah, lebih deras dari sebelumnya.
Daffa memelukku erat, membiarkan air mata dan teriakanku teredam di dadanya.
"Ssstt, sayang..," bisiknya lalu mengeratkan pelukannya.
Memang ada keinginan di dalam hatiku untuk mengunjungi makam Nada, tapi ketika keinginan itu datang, rasa ragu dan sedih kembali menyelimuti hatiku, membuatku sampai enggan bertanya dan meminta Daffa untuk menemaniku bertemu Nada.
"Nada, Baba dan Bunda datang sayang.."
Dan aku luruh ke tanah mendengar kata-kata Daffa tadi.
Perih.
Hatiku perih. Entah di bagian mana perih ini berasal.
Ingatan tentang hari dimana aku kehilangan Nada kembali berputar di ingatanku, membuatku pusing sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey In Our Forever
Romance[FOREVER SERIES #3] [COMPLETED] --Sequel of The Beginning in Our Forever-- Pangeran berkuda putih yang tak pernah Naora sangka itu, ternyata datang di kehidupannya. Membawanya keluar dari lingkaran ketakutan yang selalu membelenggunya. Ia datang, de...