8 : Takut

5.7K 526 5
                                    

Mari luangkan waktu sejenak untuk mendoakan para korban dan juga keluarga dari para penumpang Lion Air JT610.

Semoga para penumpang diberikan keselamatan, para korban diampuni segala dosanya dan diterima amal ibadahnya, dan keluarga diberikan ketabahan.

Aamiiin

-:-:-:-:-:-

Naora's POV

"Mbak, Mbak Naora sakit?"

Aku langsung mengerjap berkali-kali dan berusaha tertawa ketika mendengar kata-kata dari Kayla.

Ah, kayaknya aku kembali melamun tanpa aba-aba terlebih dahulu.

"Enggak, kamu ngomong apa tadi, Kay?" jawabku dan menatap Kayla lekat, sebagai usaha supaya fokusku naik ke tingkat maksimal.

Kayla menghela napasnya, "Aku tahu ada yang lagi Mbak sembunyiin, dan Mbak emang berhasil nyembunyiin itu dari Mas Daffa, tapi enggak dari aku, Mbak."

Aku tertawa pelan mendengar kata-kata Kayla, tawa yang pasti sumbang banget, soalnya tawa itu aku paksakan.

"Ngomong apa sih Kay? Siapa yang nyembunyiin sesuatu sih? Emangnya Mbak agen rahasia pake nyembunyiin sesuatu?" balasku, berusaha mengalihkan pertanyaan Kayla.

Kayla kembali menghela napas, lalu diedarkannya pandangannya ke seluruh penjuru rumahku. Aku mengikuti arah pandangannya.

"Nyari siapa, Kay? Kan gak ada or-,"

"Ini ada hubungannya sama hasil konsultasi Mbak sama Gio kan waktu itu?"

Aku diem. Kok... jangan-jangan...

"Coba cerita ke aku Mbak, hasilnya gimana?"

"Gio... Gio emang bilang apa ke kamu?" tanyaku hati-hati.

Kayla menggeleng, "Ya enggak bilang apa-apalah, kan itu rahasia pasi-, loh? Kok Mbak keliatan lega gitu sih?"

Sial. Salah nih ngobrol sama Kayla yang super teliti dan super perhatiin hal-hal kecil di saat kayak gini. Mungkin kalo lagi gak ngobrol tatap muka sama Kayla kayak gini, aku akan terkulai lemas karena terlalu lega karena suudzon-nya aku ke Dokter Gio ternyata gak terbukti.

Gak ember ternyata mulutnya.

"Ada yang salah ya, Mbak?" tanya Kayla, kali ini aku bisa menangkap nada khawatir di suaranya.

Aku menyunggingkan senyum lalu menggeleng pelan, "Gak ada, semuanya baik, Kay," jawabku, cukup berhasil mengutarakan kebohongan karena Kayla langsung manggut-manggut.

Kayla kemudian menatapku. Menatap aku aja tanpa ngomong apapun.

"Kay? Kenapa?" tanyaku. Jantung udah mulai deg-degan. Takut Kayla cuma acting percaya sama jawabanku tadi.

Tapi kemudian Kayla menggeleng pelan lalu tersenyum simpul.

"Oh ya, aku mau titip makanan buat Ayah ya, mumpung kamu di sini," ucapku kemudian, kembali mengalihkan pembicaraan.

Aku bangkit dan berjalan menuju dapur. Ku keluarkan aneka tupperware yang tersusun rapi di rak dapurku.

"Ini nanti tinggal kamu angetin aja, sama ini, aku bikinin dendeng kesukaan Ayah," jelasku sembari memasukkan aneka masakan yang memang aku masak untukku, Mas Daffa, dan Ayah.

Sebenarnya hari ini aku mau ke rumah Kayla, mau nganterin makanan buat Ayah, tapi tiba-tiba adik ipar cantikku ini udah muncul di depan rumah sambil menggendong Bayu yang udah tidur nyenyak efek naik mobil.

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang