40 : Dipercaya

7.8K 590 23
                                    

40

○ Dipercaya ○

-:-:-:-:-:-:-:-

Naora's POV

4 bulan kemudian..

Memasuki bulan akhir tahun, aku benar-benar disibukkan dengan persiapan untuk mengikuti kembali Jakarta Fashion Week.

Semua baju yang aku dan tim siapkan akhirnya bisa kami rampungkan tepat waktu. Dan besok adalah hari H acara JFW, jadi kebayang dong hecticnya aku kayak gimana.

Jadwal terbang Daffa juga lagi gila-gilaan. Tiap tahun dia memang selalu ada masa-masa kayak gini. Biasanya pulang seminggu sekali, ini bisa dua minggu sekali pulangnya. Dan tiap tahun manjanya dia akan semakin berlipat-lipat ganda! Kayak sekarang..

"Oya, aku kangen kamu banget, ini hampa banget aku bobo gak meluk kamu!"

Aku terkekeh mendengar nada ngambeknya dari ujung telepon.

"Sabar, Sayang, nanti pulang kan bisa peluk aku lagi," jawabku sambil melirik ke arah hair stylist yang sedang menata rambutku.

Hari ini aku ada shooting di sebuah stasiun televisi.

Sebenernya jadwal shooting ini mau aku batalkan karena jaraknya mepet banget sama JFW, tapi karena gak enak udah deal duluan dengan acara ini, jadinya ya here we go! Untungnya ada Hera yang siap mem-back up aku di saat-saat seperti ini.

"Kamu gak ada versi manusia mini-nya gitu apa, yang bisa aku bawa ke mana-mana?"

Tuh kan makin ngawur aja ini omongan bapak pilot kesayanganku.

"Gak ada dong! Aku kan cuma ada satu di dunia."

"Satu-satunya di dunia dan milik aku."

Aku tersipu mendengar kata-kata Daffa. Kali ini, gak ngawur dia ngomongnya.

"Iya, milik kamu."

Aku kembali melirik hair stylist-ku yang ikut mesem-mesem mendengar jawabanku. Sepertinya suara Daffa ikut terdengar juga olehnya.

Sambungan telepon pun akhirnya selesai setelah Daffa mengucapkan good luck untuk shootingku hari ini dan love you dengan "muah muah muah" berkali-kali yang gak mampu aku hitung jumlahnya.

"Berita yang saya dengar ternyata benar ya."

Aku mendongak menatap Ata, hair stylist yang membantuku bersiap hari ini.

"Berita apa?" tanyaku.

"Berita soal suami Mbak Naora cinta mati sama Mbak," jawabnya sambil tersenyum.

Aku pun tertawa, "Suami saya kedengeran berlebihan banget ya? Dia memang suka begitu."

"Saya malah menganggapnya itu hal yang bagus, Mbak Naora, karena dia gak malu-malu menunjukkan kalau dia cinta sama Mbak," balasnya dan aku pun langsung tersenyum mendengar jawabannya.

Setelah aku beres make up, pas banget saat crew memanggil aku untuk stand by karena sebentar lagi acaranya akan dimulai.

"Hei, designer favoritku!"

Aku menoleh dan melihat Mbak Sarah Sarseh, pembawa acara program yang mengundangku hari ini berjalan mendekat ke arahku.

"Hei, Mbak, apa kabar? Thank you for having me today ya," balasku sambil cipika-cipiki dengannya.

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang