36 : Adu Rayu

6.6K 537 51
                                    

Naora's POV

3 bulan kemudian..

"Yak, selesai!" seruku setelah selesai memasang aksesoris terakhir di gaun pernikahan Yuna, sepupu Giorda.

Hari ini adalah hari pernikahan Yuna, jadi aku, Hera, dan timku yang lain sudah sibuk sejak subuh menyiapkan segala baju supaya perfect ketika dikenakan.

"Thank you so much, Mbak Naora, kalo aku gak ketemu Mbak mungkin gaun pernikahanku gak akan seindah ini!" ucap Yuna dipenuhi rasa haru.

"Sssttt, jangan nangis, sayang! Nanti aku diomelin kalo make up mu udah luntur duluan! Simpen air matanya buat sungkeman!" balasku mengundang tawa darinya.

"Tapi serius Mbak, aku bener-bener berterima kasih sama Mbak karena udah mau bantu aku bikin gaun buatku padahal waktunya mepet," ucap Yuna sambil memegang kedua tanganku.

"Aku juga berterima kasih sama kamu karena sudah percaya sama aku," balasku lagi lalu memeluknya.

Menghadiri acara pernikahan selalu membuatku teringat akan waktu pernikahanku dulu dengan Daffa.

Rasa haru, bahagia, semuanya bercampur menjadi satu sampai rasa lelah yang dirasakan mampu tertutupi dengan sempurna oleh kebahagiaan yang kita, keluarga, dan seluruh tamu undangan yang hadir.

Setelah selesai mendandani Yuna dan tiba saatnya Yuna keluar dari ruangan persembunyian untuk bergabung dengan pacarnya yang kini sudah resmi menjadi suaminya, aku kembali ke tempat di mana Daffa sedang menungguku.

Ya, Daffa ikut. Dia memang diundang kok oleh Yuna, jadi dia bukan tamu gelap ya.

"Sayang," panggilku ketika Daffa sedang serius melihat ke arah Yuna dan suaminya yang sedang foto sambil menunjukkan buku nikah mereka.

"Hei, udah?" tanyanya dan aku langsung mengangguk antusias.

"Udah, beres semuanya aman," jawabku.

"Sori ya jadi ninggalin kamu lama banget," kataku lagi yang kali ini dijawab dengan gelengan kepala darinya.

"It's okay, yang penting kan sekarang kamu udah di sini," jawab Daffa lalu mencium keningku.

Aku tersenyum lalu balas mencium pipinya. "Jatuh cinta lagi aku sama kamu, Daf."

Daffa lalu terkekeh pelan, "Hehehe, setiap hari aku juga jatuh cinta lagi sama kamu."

"Naora."

Daffa langsung mengeratkan pelukannya di pinggangku ketika suara laki-laki yang aku kenal banget memanggil namaku.

"Hei, Gio," balasku pada Gio yang tengah tersenyum ke arahku.

"Thank you ya udah bantuin sepupu aku," katanya.

"No problem, aku juga seneng bantuin sepupu kamu."

Gio lalu melirik ke arah Daffa yang masih setia memelukku dengan sebelah tangannya.

"Daf, makasih ya udah hadir," kata Gio lalu mengulurkan tangannya.

Si Daffa emang bener-bener ye, dia kan meluk aku pake tangan kanannya, otomatis kalo mau jabat tangan Gio nih tangan lepas kan ya dari pinggang aku dan beres pelukannya.

Tapi yang terjadi malah ini sekarang tangan kirinya yang meluk aku.

Iya, aku dipindahin dulu ke arah kirinya sebelum dia menjabat tangan Gio.

Aduh sayaaaaaang, belum cukup nunjukin ke Gio kalo aku milik kamu? Huhuhu sekali liat dia juga udah sadar kali kalo aku milik kamu.

"You're welcome, cepet nyusul, Dok, siapa tahu Oya bisa buatin gaun buat calon istrimu," balas Daffa.

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang