10 / 1 : Kejutan

5.8K 508 10
                                    

Selamat bermacet-macet ria setelah pulang kerja💙

-:-:-:-:-:-:-

Naora's POV

Hari pun berganti menjadi bulan dan sekarang udah tepat dua bulan sejak aku terakhir ketemu dengan Gio.

Ya, semenjak hari di mana tiba-tiba aku ketemu Gio karena kakaknya yang mau fitting baju pengantin ternyata ngajak dia juga, aku gak ketemu lagi dengan Gio. Tepatnya aku menghindari dia.

Bahkan saat hari pernikahan kakaknya bulan lalu, aku amat bersyukur karena ada meeting dadakan dengan pihak Jakarta Fashion Week yang membuat aku harus mengirim Hera sebagai pengganti diriku.

Dan bulan ini juga menjadi bulan kedua aku gak konsultasi, baik dengan Gio maupun dengan Dokter Iren. Aku tahu, seharusnya rasa takut yang aku rasakan aku bagi dengan orang lain. Aku hanya... belum siap jika aku membagikan rasa takutku ini, orang lain itu malah meninggalkanku.

Ya, aku membicarakan Daffa, suamiku.

Sampai sekarang pun aku belum mampu untuk menceritakan tentang Miom yang menjadi penambah ketakutan dalam hidupku.

Dan aku gak tahu kapan aku akan siap untuk membagi hal ini kepada Daffa karena selain karena ketakutan itu, Daffa juga lagi sibuk-sibuknya di penerbangannya. Selama sebulan kemarin aja dia ada di rumah cuma 4 hari, jadi aku belum menemukan waktu yang pas untuk bercerita padanya.

Sekarang aku lagi di rumah, gak enak badan, jadi aku memutuskan untuk bekerja di rumah dan beristirahat seharian.

Daffa lagi gak di rumah dan besok baru jadwal dia pulang. Aku menghela napas begitu memikirkan hal itu. Sepertinya aku akan melewatkan lagi waktu bicara saat Daffa ada di rumah karena aku belum siap melemparkan bom yang aku terus simpan selama dua bulan ini kepadanya.

Aku menarik selimut sampai menutupi kepalaku. Ku pejamkan mata sambil merapalkan doa dalam hati supaya aku bisa cepat tertidur, karena semakin cepat aku tidur, semakin cepat aku berhenti memikirkan hal yang membuatku takut sekaligus membuatku sedih.

*****

Daffa's POV

"Iya, Mbak atur aja ya, saya soalnya gak ngerti soal gituan, kalo kata istri saya, gak nyeni saya tuh orangnya."

Lawan bicara gue ditelepon terkekeh pelan saat mendengar jawaban gue. Gak lama, obrolan itu pun berakhir.

Tadi itu adalah Mbak Piya, pemilik salah satu event planner di Jakarta. Gue menghubungi dia soalnya gue lagi mau bikin surprise buat Naora. Besok, saat gue pulang, dia ulang tahun dan seperti tahun-tahun sebelumnya, gue mau kasih hadiah buat dia. Tapi, setiap ulang tahun itu Naora selalu bilang gak mau apa-apa tiap gue tanya mau hadiah apa, kan, jadi bingung pala Ken kalo Barbie-nya jawab begitu.

Alhasil, tiap tahun, pria yang sudah dicap tidak kreatif oleh istrinya sendiri ini, selalu memberikan surprise yang sama meskipun hadiahnya beda.

Ya kali, gue emang gak kreatif, tapi gue banyak ide kok buat ngasih Naora hadiah. Cara ngasihnya aja yang tiap tahun pasti sama. Dan alhamdulillah yah saya diberikan istri yang pengertian sekali sama saya, dia gak keberatan loh dengan surprise gue yang udah gak bikin efek terkejut sama sekali ke dia.

"Oi, Daf, sendirian aja."

Gue menoleh dan mendapati Dion tengah berjalan mendekat ke arah gue.

"Berdua nih sama lo sekarang," jawab gue dan melakukan tos dengan Dion.

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang