Sensitive.

1K 93 18
                                    

"aku udah gak papa kok, bun, beneran deh."

"iya tapi kamu harus tetep makan dan minum obat, Nak, biar kondisi kamu baik."

"iya bunda."

Perlahan gua membuka mata gua walaupun dengan sangat terpaksa. Gua lihat sudah ada bunda duduk disamping ranjang Adira dengan mangkuk ditangannya. Lantas gua pun turun dari ranjang Adira dan duduk dikursi.

"udah tidurnya?" tanya bunda.

Gua mengangguk sambil mengucek mata "udah bun."

"bunda kasian liat Dira kesempitan gitu."

Gua menoleh mengarah Adira "iya, Ra?"

"iya" Jawabnya dengan wajah datarnya.

"songong." Kata gua berlalu masuk kedalam kamar mandi untuk cuci muka.

"kamu makan dulu, Lee, bunda bawakan makanan untuk kalian."

Gua yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengusap wajah dengan handuk kecil, lalu bunda menawarkan makanan diatas meja yang sudah dibawakan dari rumah.

Gua menghampiri bunda lalu duduk berdua dengan bunda. Rasanya sudah lama juga gua gak duduk berdua sama bunda setelah sebulan yang lalu gua menikah.

Bunda menyodorkan piring yang sudah berisikan nasi dan juga ayam kecap didepan gua. Gua mengambil sendok lalu mulai makan tetapi sebelum gua makan, gua melirik ranjang Adira, terlihat kalau Adira sedang tidur dengan selimut menutupi tubuhnya.

"Dira, tidur bun?"

Bunda menoleh kearah Adira kemudian kembali menoleh ke gua. "iya, kayaknya cape abis nangis." Gua tersenyum. "tadi pertama kalinya bunda liat Adira nangis, bunda jadi ikutan nangis. Bunda gak tega liatnya."

"nangis kenapa?" tanya gua sembari makan.

"dia takut kamu marah."

"marah?"

"iya karena gak bisa jaga diri dengan baik."

"dia udah cerita sama bunda?"

"udah." Jawab bunda "emangnya kamu gak liat perubahan dia?"

"Adira selalu datar, bun, dia sangat sulit mengekspresikan perasaannya."

"bunda nanya kamu, bukan Dira."

"Dira susah ditebak, bun."

"maksud bunda, emangnya kamu gak merasa nafsu makannya Dira bertambah atau dia mual-mual gitu sampai-sampai kalian gak tau Adira hamil."

"gak, bun."

"lain kali kamu harus lebih perhatiin Dira, harus jaga Dira baik-baik. Bunda gak ingin kejadian ini terjadi lagi." Gua mengangguk "bunda Cuma pesan setelah nanti pulang kamu harus sabar hadapin Dira karena kemungkinan besar setelah ini Dira akan lebih emosional, lebih sensitive, kamu harus jaga Dira baik-baik."

"iya bun."

"kamu tuh kebiasaan banget kalo dikasih tau Cuma iya bun, iya bun."

Gua menenggak segelas air putih lalu menatap bunda lembut. "iya bunda, aku akan jaga Dira baik-baik, kalo bisa setiap hari Dira aku ajak ke kantor. Aku keluar kota atau keluar negeri akan aku bawa Dira."

"bukan gitu maksud bunda, itu sama aja buat Dira kecapean dan dia akan sulit hamil lagi."

"lalu aku harus gimana bunda?" tanya gua mencoba sabar. "kalo dari awal aku tau Dira hamil pun gak akan aku bolehin dia ke cafe atau kerja capek. Aku pun gak akan pergi keluar negeri. Dan kejadian ini pun gak akan terjadi."

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang