Sepulang dari rumah sakit, gua mengundang semua teman-temannya Adira untuk kerumah merayakan kepulangan Adira. Sebelum pulang kerumah pun, gua sudah kerumah bunda memberi taukan kalau Adira baik-baik saja. Bunda sampai menangis melihat keadaan Adira yang terlihat sedikit kurus. Sesampainya dirumah yang terlihat sudah ramai dengan mobil dan motor mereka yang terparkir didepan pagar rumah. Gua dan Adira keluar dari rumah.
"mereka dateng lagi?" tanya Adira.
"iya. Aku yang minta mereka dateng."
Gua dan Adira pun masuk kedalam rumah, masuknya gua dan Adira, bersamaan dengan tiupan terompet yang mereka siapkan untuk menyambut kedatangan gua dan Adira. Adira tersenyum bahagia, kemudian Adira melangkah menuju sahabat-sahabatnya. Mereka saling berpelukan. Sedangkan gua melangkah mendekati Aleesa yang tersenyum haru melihat gua.
Gua merangkul Aleesa dan Aleesa melingkarkan tangannya dipinggang gua. Padahal ada tunangannya, tapi dia tak peduli kalau saja tunangannya akan cemburu.
"gua sangat amat berterimakasih, selama kita hidup bareng, baru sekarang lo berguna, Sa. Sumpah."
Tangannya mengiku perut gua cukup keras. "gua kasian liat lo hampir mati mengenaskan."
"sial."
"masih banyak pertanyaan yang bakal gua tanyain ke lo." Ucap gua.
"semua yang gua lakuin gak gratis ya."
"masih matre?"
"emang kodratnya cewek itu matre."
"tapi istri gua gak matre."
"karena Adira bukan cewek biasa."
"kalo lo cewek binasa."
"ngeledek aja terus nanti juga gua balikin istri lo ke Laras sama Edwin."
"coba aja."
"ah kesel gua sama lo."
"why?"
"istri lo dibawa orang malah diijinin, lo kasih duit pula."
"lo kok tau? Bukannya gua belom cerita sama lo." Ujar gua bingung.
"sahabatnya Adira udah cerita sama gua. Dan lebih bikin gua shok adalah Adira minta pisah sama lo. Itu kegilaaan Adira yang paling gak masuk akal."
Gua tersenyum tipis. "tapi itu kan diluar alam bawah sadar dia, Sa."
"tapi tetep aja gilak, Lee."
"yaudahlah ya, lupakan."
"iyalah dilupain, kalo terus dibahas yang ada Cuma buat rumah tangga lo hancur lagi."
"hidup gua hampir hancur, Sa."
"tapi gua salut sama lo, bisa bertahan hidup ha ha ha gua pikir lo bakalan bunuh diri."
"gua udah coba, tapi gagal."
"yah kok gagal sih."
"cihh..."
Kita semua pun duduk diruang TV yang sudah didekor oleh sahabatnya Adira. Adira duduk diantara sahabat-sahabatnya, gua dekat Aleesa, kemudian suami sahabatnya Adira, sedangkan anak-anak mereka bermain bersama, saling berlarian. Hanya saja tidak ada anak gua dan Adira, mungkin kelak anak gua akan bermain bersama mereka. Yang pasti belum ada anaknya Aleesa juga.
"tepuk tangan lagi dong untuk kedatangan Adira ditengah-tengah kita." Ujar Nukha
Plrok prok prok
Kita semua bertepuk tangan sembari tertawa pelan. Adira terlihat malu.
"gimana, Ra, rasanya dua bulan lebih berantem sama Alee?" tanya Nukha.
"gak nyaman."
"kalo Alee, gimana rasanya?"
"hampir mati." Jawab Aleesa mendahului gua.
Gua yang gemas dengan jawabannya, gua toyor kepalanya membuat mereka tertawa.
"kalo aku kangen sama Adira gak ketemu hampir tiga bulan." Ujar Dara.
"gua sih kangen curhat." Timpal Sona.
"kalo gua sih kangen kerja sama." Lanjut Nukha. "kerja sama ngolah cafe."
"kalo lo, Lee, kangen ngapain sama Adira?" tanya Damar.
"dijutekin, mungkin."
"kangen gak dikasih jatah mungkin." Katanya.
"apa sih lo." Kesal Adira.
"emang apa, Ra?"
"ah bodoh semua."
"gua mau nanya nih sama lo semua." Ujar Adira serius.
Mereka semua mengangguk dengan senyum mereka terutama Nukha, Sona dan Dara.
"lo bertiga bisa gak usah senyum? Gua tau lo bertiga lagi ngeledek gua." Kesalnya.
"masih jutek rupanya." Ujar Nukha sambil menganggukkan kepalanya.
"aihh..." desisnya "semalem kenapa lo semua bisa ada disini?"
"kita nolongin laki lo." Jawab Nukha.
"apa yang terjadi sama Alee?"
"mengenaskan."
"hmm...gimana?"
"listrik mati, rumah berantakan, banyak botol minuman alkohol, tapi sisanya udah dibuang sama Eki." Jelas Nukha. "laki lo kayak mayat hidup."
Adira menundukkan kepalanya dengan helaan nafas beratnya. "terus?"
"dia gak makan seminggu lebih, kerjaannya Cuma minum alkohol doang."
"gua merasa bersalah banget, makasih buat kalian yang udah nolongin Alee." Ujarnya tulus.
"kita kenal lo sama Alee udah hampir 14tahun, Ra. Itu waktu yang lama buat kita semua jadi sahabat, bahkan gua udah anggap lo kakak gua sendiri." Ucap Nukha tulus sambil merangkul Adira.
"kita tau gimana perjuangan lo berdua sampai kalian nikah, kita semua jadi saksi bisu kisah kalian. Gua sebagai bontot diantara kita berempat, gua bangga punya kakak kayak lo, Ra." Balas Sona.
"tapi kan kalian pernah ngelarang Dira buat pacaran sama Alee, Cuma aku yang selalu dukung Alee sama Adira dari pertama kali mereka pacaran." Balas Dara sedikit kesal pada Nukha dan Sona "kalian itu adik-adik yang paling kejam."
"tapi kita gak larang Adira nikah sama Alee kok, Dar." Tukas Nukha membuat semuanya tertawa.
"ah temen-temennya Adira semuanya lebay, untung lo gak ikutan lebay, Ra. Duh gua gak tau deh gimana kisah kalian kalo Adira lebay dan Alee cuek." Ucap Aleesa sambil geleng kepala.
"menjijikan." Ucap gua dan Adira bersamaan.
Gua dan Adira saling menatap lalu tertawa pelan.
"oh kalian masih ada chemistry-nya." Ucap Dara.
"kirain udah gak ada." Timpal Aleesa.
"eh Sa, lo kok bisa bawa Adira? Lo nemuin Adira dimana?" tanya Sona.
"eh iya...cerita Sa." Desak Nukha.
"selain kalian lebay, kalian juga pemaksa." Ujar Aleesa.
"udahlah cerita aja lo." Ucap Nukha.
---ALEE X ADIRA---
bersambung...
18/12/18
OKE MALAM INI BAKAL TRIPLE UPDATE !!!
cek blog gue yuk :) https://apridhaynst.blogspot.com/2018/12/salvatra-legend.html
itu cerita baruuuu kalo banyak yang suka, tahun depan bakal gue posting juga disini :) udah itu ajaaa
kita temenan di ig yuk lah
1. wattpadridha (ini buat info cerita aja atau sekedar quotes aja)
2. apridhaynst (ini ig pribadi hehehe)
makasihh
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Pulang [ENDING]
Romance[GANTI JUDUL *TAKE YOU HOME*] Sejauh apapun jarak yang kamu buat, kamu akan tetap kembali padaku. Kalaupun kamu tidak tau jalan pulang, aku akan menjemputmu untuk pulang bersamaku! SEKUEL : RASA UNTUK ALEE #7 - Rindu (dari 1.47K cerita) #37 - Fiksi...