Tawamu.

837 91 12
                                    

Mulai hari ini aktifitas dan kehidupan gua dan Adira kembali seperti biasa, semuanya sudah kembali normal. Gua berharap tidak akan ada lagi masalah sebesar kemarin didalam rumah tangga gua dan Adira. Gua bersyukur semua masalah yang sudah berlalu dapat gua hadapi walaupun hampir menyerah. Adira kembali bekerja dipengadilan agama dan gua kembali ke kantor dengan hati dan pikiran damai dan tenang.

Tring...

Gua melihat layar hape terpampang jelas nama Mine calling... dengan cepat gua menjawab telponnya.

"assalamualaikum, Ra."

"walaikumsalam."

"kenapa?"

"gak papa, gua gak ganggu lo kan?"

"ganggu juga gak papa hahaha."

"sibuk gak?"

"sibuk banget."

"ah bohong lo."

"sibuk mikirin lo."

"menjijikan."

"ha ha ha lo gak sibuk?"

"sibuk banget."

"cihh..."

"ha ha ha gua boleh masuk gak nih?"

"masuk kemana?"

"kesini..."

Gua terkejut dengan masuknya Adira kedalam ruangan gua masih menggunakan pakaian kerjanya. Gua bangkit dari kursi kemudian menghampirinya. Gua tertawa pelan sembari geleng kepala. Adira merentangkan tangannya dan gua tarik dirinya kedalam pelukan gua. Terdengar tawanya yang membuat gua ikut tertawa.

"kok disini?" tanya gua selepas melepas pelukannya. Gua mengajaknya duduk disofa.

"tadi ada kerjaan deket sini, jadinya gua mampir."

"udah makan?"

"udah, tadi sama temen kantor."

"jadi lo lebih milih makan sama temen kantor lo daripada suami lo?"

"ah lebay deh." Kesalnya.

"dia mau lo gak?"

"dia cewek, Alee. Dia juga udah nikah ih."

"kirain kayak bos lama lo."

"bos gua juga..."

"mau lo juga?"

"gak...udah nikah."

"kirain."

"over banget."

"harus lah."

"gak suka ah."

"suka ah."

"apa deh."

"main yuk..." goda gua.

"main apa?" tanyanya bingung.

"petak umpet."

"ogah..."

"peluk lagi ah." Gua menariknya kembali kedalam pelukan gua. Kali ini gua memeluknya erat. Gua sungguh tidak ingin kehilangannya lagi, cukup kemarin ia pergi dari gua. Kali ini tidak akan gua biarkan dia pergi.

"lo kok degdegan sih?" tanyanya yang sedang memegang dada gua.

"takut lo hilang."

Adira tertawa pelan "gak, gua gak akan hilang lagi. Kalopun gua hilang gua akan kembali ke lo."

"sekarang gua bener-bener sadar kalo lo itu sangat berharga buat gua, Ra. Gua sungguh gak mau lo pergi dari gua." Ucap gua tulus.

"terkadang seseorang perlu kehilangan dulu, agar sadar kalo yang hilang itu sangat berharga untuknya." Ucapnya mendalam.

"ya...lo sangat amat berharga untuk gua."

"gua pun sama...awal gua jatuh cinta sama lo, gua sudah yakin kalo lo itu sangat berharga untuk gua. Bahkan gua merasa lo akan selalu berharga untuk gua sampai nanti dan selamanya."

"lo selalu bisa buat gua merasa bersalah sama lo." Ujar gua.

"kenapa? Ada yang salah sama ucapan gua?"

"gua selalu merasa bersalah kalo inget dulu gua tarik ulur hati lo, gua hancurin hati lo. Dan lo harus tau, kalo kemarin gua merasa lagi dapet karma karena perlakuan gua ke lo."

"lupain yang lalu, gua gak suka bahas yang dulu." Ucapnya. Gua mengangguk "gua merasa orang bodoh kalo inget masalalu."

"lo bodoh untuk suami lo."

"kalo dulu kita gak nikah gimana ya, Lee?"

"gua bukan suami lo dan lo bukan istri gua."

"kita gak akan sebahagia ini ya?"

"harus tetep nikah lah, gak mau tau gua." Kesal gua, Adira mengangkat kepalanya lalu menatap gua "kalo gua bukan jodoh lo, gua bakal minta Allah buat hapus kata bukannya."

"lo betulan jadi lebay dan menjijikan." Desisnya.

"ha ha ha gua kangen banget sama lo tau." Ucap gua manja sambil mengacak-acak rambutnya.

"cukur gih." Suruhnya.

"bantuin gua."

Gua melepas jas lalu melepas dasi dan terakhir menggulung lengan baju gua. Begitu pun Adira, ia melepas blezernya. Gua dan Adira tidak menggunakan alas kaki. Gua dan Adira pun kearah wastafel yang sudah tersedia alat cukur dan cream.

Adira menyemprotkan cream nya pada bagian kumis dan jenggot, setelahnya ia yang mencukurnya, sedangkan gua hanya melingkari perutnya dengan kedua tangan gua. Udah lama juga gua gak di cukur dia, biasanya setiap malem minggu, dia bakal cukurin kumis atau jenggot gua. Mata gua tertuju pada perutnya, gua yang gemas langsung gua cium cukup lama.

"gak usah cium-cium deh, isinya Cuma usus doang."

"di sate aja, Ra, ususnya. Pasti enak deh."

"bawel."

"lo betulan udah sehat kan?"

"lo sendiri dengerkan yang dokter bilang."

"iya sih tapi gua mau denger dari mulut lo sendiri."

Adira menatap gua lekat sambil melingkarkan tangannya dileher gua. "aku sehat wal'afiat, Alee."

"aku cinta Alee, gitu." Kata gua.

"Alee cinta aku." Baliknya.

"songong banget, siapa sih suaminya."

Adira tertawa dan gua pun ikut tertawa. Sungguh bahagia mendengar tawanya, kini wajahnya benar-benar berseri tanpa adanya kesedihan dan kekosongan dari sorot matanya.

---ALEE X ADIRA---

bersambung...

ternyata udah lama juga ya gak update hehehe

seminggu ini gue lagi sakit jadinya gak bisa update banget hhuhu gue kira pun gak ada yang minat untuk baca lagi makanya mau cepet cepet mau di endingin aja huhuhu

sedih gak siiihhhh

udah itu aja dehhhh

SELAMAT TAHUN BARUUUUU SEMUANYAAAA YEEAAYYY 2019 TELAH TIBA

byeee

31/12/2018

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang