Ayahnya Bulan.

390 24 6
                                    

Setelah memberi ASI pada Bulan, gadis kecil itu tertidur di sampingnya. Adira tidak melakukan hal lain, kecuali tertidur disamping gadis kecilnya sembari menunggu Alee yang katanya lagi mandi dan akan menelponnya setelah selesai mandi. Sedari tadi siang, Adira terus tertawa. Entah apa yang ia tertawai tetapi membayangkan wajah Alee membuatnya tertawa. Adira menatap gadis kecilnya yang terlihat mirip Alee.

"Kamu numpang rahim doang ya, Nak. Benar-benar mirip Ayahmu."

"Ibu nggak sabar nunggu kamu besar. Ibu harap kamu akan jadi gadis yang kuat dan membanggakan Ibu dan Ayahmu ya, Nak."

"Terimakasih sudah hadir di hidup Ibu dan Ayahmu, Nak. Karenamu lah Ibu kembali pada Ayahmu. Terimakasih pernah kuat dan berlindung diri didalam rahim Ibu setelah kematian hampir mendatangi kamu."

"Maaf sudah hampir membunuhmu, Nak. Ibu sayang kamu, jadilah Bulan yang menerangkan dunia ini walaupun kamu sendiri, seperti Bulan diatas sana. Cantik, dan Ibu yakin kamu akan jadi incaran banyak laki-laki nanti he he he."

Triinggg!

Adira menoleh kearah nakas, terlihat Ayahnya Bulan sudah menghubunginya.

"Ayahmu sudah rindu Ibu he he he."

"Assalamualaikum, Ayahnya Bulan."

"Walaikumsalam, Ibunya Bulan."

"He he he... udah mandinya?"

"Udah, tadi abis makan kepala gue pusing banget makanya langsung gue bawa tidur aja."

"Abis makan apa emangnya?"

"Makanan biasa."

"Udah minum obat tapi?"

"Hmmm... udah." Jawab Alee pelan.

"Camelia ngurusin lo kan? Masa bosnya lagi sakit dia nggak ngurusin sih."

"Dia kok yang kasih gue obatnya."

"Oh... syukur deh. Gue kira dia nggak ngurusin lo."

"Lo nggak marah, Ra?"

"Marah? Kenapa?"

"Gue diurus sama dia, gitu."

"Nggak lah. Kan dia sekretaris lo, nggak ada hubungan lain kan?"

"Nggak ada lah, gilak kali lo!"

"Iya siapa tau kayak di FTV gitu. Bos selingkuh sama sekretarisnya."

"Aaaihhh... sinting kali lo!"

"Wanti-wanti aja sih gue. Kan sekretaris lo cantik gitu, badannya juga bagus. Nggak kayak gue---"

""Ra! Ngomong apaan sih lo! Gue nggak ada hubungan apapun sama dia selain kerjaan. Udahlah nggak usah mikir aneh gitu."

"Gue bercanda kali. Kok emosi gitu sih." Adira menahan tawanya, lain dengan Alee yang sudah kebakaran jenggot.

"Bercanda lo nggak lucu."

"Iya siapa tau kayak Damar tuh kecantol rekan kerjanya."

"Gue sama Damar beda, Adira!"

"Iya, iya ih, marah-marah mulu lo."

"Lo bikin emosi!"

"Lo beda kamar kan?"

"Astaga Adira Saura! Iya beda kamar! Gue masih inget punya istri sama anak!"

"Siapa tau lo butuh belaian!"

"Lo siapa sih? Ini Adira bukan sih? Istri gue nggak mungkin sefrontal ini!"

"Ha ha ha... Gue istri lo gila! Suara istri sendiri nggak kenal. Aneh lo."

"Ra, gue kangen lo sumpah."

"Ah boong."

"Aaihhh... lo tau nggak sih hari ini client gue batalin janjinya diganti besok pagi. Hari ini gue cuma luntang-lantung aja di sini."

"Kan ada Camelia, minta temenin jalan-jalan aja."

"Mending gue di kamar daripada pergi sama dia."

"Kenapa? Takut gue marah?"

"Iyalah! Walaupun jauh, gue tetep jaga perasaan lo, Ra. Gue nggak mau ada salah paham diantara kita. Gue nggak mau lo marah, nanti lo ninggalin gue lagi."

Adira memejamkan matanya, ada sedikit rasa bersalah dihatinya. Ia menghela nafas panjang. "Alee... Gue nggak pernah marah kalo lo sama Camelia, asal itu hanya sebatas kerjaan atau kalian mau berteman pun gue nggak masalah. Yang penting lo masih inget gue dan anak kita aja, gue udah bahagia, Lee. Kebahagiaan lo itu yang paling utama, Alee."

"Ra... rasanya gue mau peluk lo kenceng, gue nggak mau lepas pelukan kita. Gue bener-bener beruntung banget dapet istri kayak lo. Gue bakalan jadi orang paling bodoh kalo harus ninggalin lo demi yang lain." Adira tersenyum sembari mengusap kepala Bulan.

"Adira, love you so much!"

"Ha ha ha, geli banget sih denger lo ngomong gitu."

"Ckkk... bangke banget sih lo, Ra! Gue lagi terharu bangke malah lo ancurin!"

"Aneh aja ha ha ha! Udah sana istirahat, biar besok meetingnya lancar. Kalo besok mau pulang kabarin gue, biar gue jemput."

"Iya ah! Nggak asik banget lo!"

"Gue matiin ya."

"Eh Bulan udah tidur ya?"

"Iya udah tadi abis nyusu."

"Jatah gue diambil sama si bocah itu."

"Ngomong apaan sih lo, nggak jelas, bodoh!"

"Ha ha ha... sebelum dicobain Bulan, udah gue duluin yang nyicip."

"Berisik lo! Udah ah, nggak jelas lo."

"Yaelah gue tau lo malu kan, Ra? Ngaku lo?"

"Eh Alee udin! Tidur lo, gue mau tidur, bye!"

"Yeehhh... gitu aja masih malu. Kayak baru sekali kena sentuhan lo."

"Bye Ayahnya Bulan!"

Tut!

Adira benar-benar memutuskan telpon tanpa menunggu Alee menjawab. Ia sudah kepalang malu mendengar Alee bicara frontal. Entah kenapa, walaupun sudah menikah, Adira tetap merasa malu membicaran hal seperti itu pada Alee. Melihat jam sudah menunjukkan jam 9, Adira memilih untuk tidur, karena besok pagi ada yang harus ia lakukan.

---ALEE X ADIRA---

27Maret2020

GILAK GUE UPDATE MULU!

NIH GUE KASIH YANG GEMESIN BIAR BESOK TEGANG HAHAHA

NIH GUE KASIH YANG GEMESIN BIAR BESOK TEGANG HAHAHA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang