Pisah?

846 75 71
                                    


Ungu - Aku Bukan Pilihan Hatimu

jika memang diriku

bukanlah menjadi pilihan hatimu

mungkin sudah takdirnya

kau dan aku takkan mesti bersatu

---ALEE X ADIRA---

Hari ini gua baru saja sampai di bandara Soekarno-Hatta. Gua dan Adira terpaksa pulang ke Jakarta, dikarenakan gua harus pergi ke Malaysia untuk membantu Iqbhar disana. Adira sedikit kecewa karena gagal akan ke pantai disana.

Gua dan Adira dalam perjalanan menuju rumah, rencananya gua akan menitipkan Adira pada Bunda, tetapi Adira bilang, dia bisa menjaga dirinya sendiri tidak perlu ke Bunda. Dengan sedikit rasa ragu, gua mengijinkannya dirumah seorang diri. Biar saja nanti gua minta Bunda agar Bunda kerumah gua saja.

Sesampainya dirumah, gua pergi kekamar untuk mempersiapkan keperluan gua yang akan gua bawa ke Malaysia. Sekeluarnya gua dari kamar, gua tak melihat Adira.

"Ra...aku mau berangkat nih." Teriak gua.

Datanglah Adira dari arah dapur membawakan gelas yang berisikan air putih. Ia memberikannya pada gua dan gua terima dengan baik.

"makasih." Ucap gua setelah gua menengguk minumannya.

"berangkat sekarang?" tanyanya.

"iya sayang, maaf ya gak bisa ajak kamu. Kali ini bener-bener darurat banget."

"iya gak papa kok."

"kamu beneran bisa dirumah sendirian, atau nanti aku minta bunda kesini."

"iya gampang itu, nanti aku telpon kamu atau bunda kalo aku butuh sesuatu."

"yaudah aku berangkat sekarang ya." Adira mengangguk kemudian gua sempatkan untuk mencium pipinya.

"dah, Ra.."

"hati-hati."

Gua menghela nafas kasar mendengar balasan darinya. Sungguh balasan yang tak sesuai dengan yang gua inginkan.

---ALEE X ADIRA---

Sedari kemarin Adira tidak dapat dihubungi, gua minta bunda untuk kerumah, melihat keadaan Adira pun bunda tak menemukan Adira dirumah. Esokannya gua minta teman-temannya Adira kerumah gua untuk menunggu kedatangan Adira tetapi Adira tetap tak kembali kerumah. Gua meminta anak buah gua mencari Adira disekeliling Jakarta, mereka tetap tak juga menemukan Adira. Terakhir gua minta anak buah gua mencari sosok Budi dan Laras, keduanya pun hilang bagai ditelan bumi.

Hari ini gua putuskan untuk kembali ke Jakarta, perasaan gua gak akan tenang dengan keadaan istri gua yang sudah menghilang beberapa hari.

Memasuki rumah gua sangat terkejut melihat adanya Adira didalam ruang TV. Dengan cepat gua menghampirinya, tetapi yang gua dapati adalah tatapan tajam dari sorot matanya. Gua menghampirinya, ketika gua akan menariknya kedalam pelukan gua, Adira menghindari gua. Adira mengambil amplop coklat yang ada diatas meja lalu menyerahkannya pada gua.

"cepat tanda tangani surat cerai kita." Ucapnya lantang tanpa ada sedikitpun rasa takut atau bersalah dengan ucapannya barusan.

Mata gua melotot sempurna, gua membuka isi suratnya dan ternyata Adira sudah mendaftarkan gugutan cerai dua hari yang lalu di pengadilan. Amarah gua meningkat pesat, tak segan-segan gua merobek suratnya tepat dihadapannya lalu gua buang diwajahnya.

"JANGAN PERNAH BERHARAP DAN BERPIKIR KITA BISA PISAH!!!"

"GUA MUAK SAMA LO!! GUA MAU PISAH SAMA LO!! GUA MAU BALIK SAMA BUDI. TOLONG JANGAN LO HALANGIN GUA DAN DIA!!"

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang