Cerita.

753 74 33
                                    

"assalamualaikum"

"walaikumsalam."

Berulang kali gua menghela nafas kasar untuk terus menetralkan detak jantung gua. Seperti tadi gua mendengar suara umak.

Cklekk...

Umak terkejut dengan kedatangan gua. Kemudian gua mencium tangannya. umak seperti mencari seseorang, yang dipastikan mencari Adira.

"aku sendiri, Mak, Adira di Jakarta." Ucap gua langsung.

Umak kembali menatap gua lalu mengangguk.

Gua dan umak masuk kedalam rumah dan ternyata ada ayah lagi nonton berita di TV.

Gua menghampiri ayah lalu mencium tangannya, kemudian gua duduk di hadapan keduanya.

"sehat, Mak, Yah?"

"alhamdulillah, kamu dan Dira?" jawab dan tanya umak.

"aku sehat tapi tidak dengan Adira."

Umak dan ayah terlihat kaget lalu gua hanya dapat menganggukkan kepala.

"sebelumnya aku minta maaf tidak menjaga Adira dengan baik." Ayah dan umak menatap gua lekat. "Adira hilang ingatan."

Raut wajah keduanya benar-benar terkejut, terlebih umak.

"Adira terlalu berpikir keras sampai membuatnya stres dan depresi hingga akhirnya merusak daya ingatnya, terlebih beberapa hari yang lalu kepala Adira terbentur sampai benar-benar membuat otaknya terluka." Cerita gua.

Umak udah nangis dalam diamnya sedangkan ayah masih menatap gua lekat.

"seperti dua bulan lalu yang aku ceritakan kalo Adira keguguran." Ayah mengangguk "itulah awal mula Adira stres."

"Adira belum terima dengan kegugurannya."

"sekarang dia dimana?" tanya ayah.

"dirumah bunda, dijaga bunda." Jawab gua "aku tidak bisa bawa dia kesini karena faktor kesehatannya."

"maaf, ayah, umak." Ucap maaf gua dengan tulus.

"kamu tidak perlu meminta maaf, ini hanya ujian untuk kita terlebih kamu." Ucap ayah.

"iya ayah." Jawab gua "atau umak dan ayah ingin melihatnya?"

"tidak perlu, dia sudah menjadi istrimu, dia sudah menjadi milikmu. Ayah percaya kamu dapat menjaganya dan mengembalikan ingatannya."

"terimakasih ayah atas kepercayaannya selama ini."

"berapa lama ingatannya hilang?" tanya umak setelah tenang.

"dokter bilang tiga atau empat bulan tapi kalo terus dibantu akan semakin cepat daya ingatnya kembali."

"jangan terlalu dipaksa mengingat semuanya, perlahan saja." Ucap ayah memberi pengertian pada gua.

"iya ayah." Sahut gua "aku juga Cuma bantu mengingat-ingat kejadian kecil aja."

"perbedaan dia gimana?" tanya umak.

"lebih ceria, lebih polos, bahkan suara dan sikapnya sangat lembut, sangat bertolak belakang dengan sifat aslinya."

Umak dan ayah tertawa pelan. "Alee." ucap ayah memanggil nama gua.

"iya ayah?"

"sekarang Adira kembali dengan sifat aslinya."

"maksud ayah?"

"ini kali kedua Adira hilang ingatan." Gua tercengang dengan menatap ayah intens. "dulu saat SD Adira pernah hilang ingatan selama sebulan karena jatuh dari sepeda dan kepalanya terbentur pembatas jalan sampai Adira harus kehilangan banyak darah."

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang