Tante Nyinyir.

989 77 14
                                    

Gua merasa tubuh gua sedikit berat, gua pun merasa hangat terlebih gua merasa sebuah tangan melingkar diperut gua. Daripada penasaran apa yang terjadi dengan badan gua, lantas gua membuka mata dan pertama gua liat adalah kepala Adira yang ia sembunyikan didepan dada gua.

Helaan nafasnya sangat terasa hangat didada gua, dapat gua tebak kalo tadi Adira nangis. Lebih baik gua membalas pelukannya lebih erat dan melanjutkan tidur walaupun dengan posisi sempit karena gua dan Adira tidur diatas sofa depan TV.

Rasanya sudah lama gua tidur dengan nyaman seperti ini. Seluruh rasa lelah ditubuh gua seketika hilang karena tubuh gua terus dipeluk erat Adira. Semua rasa marah beberapa jam yang lalu sudah hilang begitu saja, seakan-akan gua dan Adira tidak bertengkar.

Adira masih tidur dengan nyenyaknya, mungkin Adira pun rindu dengan tidur berpelukan seperti ini.

Gua menoleh pada jam dinding yang sudah menunjukkan jam 7 malam, ternyata sudah cukup lama gua dan Adira tidur.

Adira bergelut, gua kembali memejamkan mata agar Adira mengira gua masih tidur. Adira pun bangun dari tidurnya.

Cuupp...

Gua menahan senyum setelah pipi gua dikecup lama.

"lo pasti capek banget sampe nyenyak gini tidurnya." Ucapnya lembut "maaf ya, Lee, udah ngajak lo debat terus."

Setelah mengucapkan kata maafnya. Adira bangun melewati tubuh gua, tepat diatas tubuh gua. Gua menahan tubuhnya dengan mengunci tubuhnya dengan kaki dan tangan gua.

"jangan kemana-mana." Kata gua tanpa membuka mata.

"lepas ah." Pintanya.

"gak mau."

"gua mau masak."

Perlahan gua membuka mata gua dan pertama gua lihat adalah bibirnya. Merasa bibirnya gua perhatikan, lantas bibirnya pun dilipat olehnya dan itu membuat gua tertawa kencang.

"cium dulu." Kata gua.

"ogah." Tolaknya.

"yaudah gak lepas."

"pemaksa."

"dari dulu."

"lepas ah."

"gak mau ah."

"teriak nih biar semua tau lo mau perkosa gua."

"teriak aja, mungkin lo bakal dibilang gila."

"lo lah yang gila."

"lo lah bodoh." Pekik gua "darimana ceritanya suami perkosa istri."

"ohya lupa. Kita udah nikah ya."

Gua menatapnya kesal "lupa beneran, nangis darah lo."

"yaudahlah ya."

"cium." Kata gua lagi.

"dibilang gak mau."

"yaudah begini aja. Gua suka." Kata gua sambil mempererat pelukan gua.

"tutup mata." Titahnya.

Gua pun memejamkan mata dengan bibir gua moyongkan. Tangannya menutup mata gua, dan itu selalu membuat gua ingin tertawa.

Muaahhh

"udah." Ucapnya dengan nada kesal.

Tangannya membuka mata gua dan gua liat Adira sedang memasang wajah kesal. Gua pun terpaksa membuka kuncian tubuhnya dengan menyingkirkan kaki dan tangan gua dari tubuhnya.

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang