Kesalahan Fatal

944 85 28
                                    

Satu bulan kemudian...

Selama satu bulan terakhir gua benar-benar merasa sedang diteror Laras dengan kiriman paket ancamannya kerumah. Halaman depan rumah sudah gua pasang cctv tapi tetep aja gua gak pernah tau siapa pelakunya.

Gua hanya khawatir dengan keadaan Adira yang menjadi titik kelemahan gua. Gua yakin tujuan teror Laras adalah Adira korbannya.

Gua sudah meminta dua anak buah gua selalu mengikuti Adira, selalu memantau Adira dari kejauhan, jangan sampai Adira tau kalo gua memantaunya, bisa murka dia sama gua.

Kedua anak buah gua sedang di cafe dengan terus memantau Adira. Dikantor pun pikiran gua kacau selalu mengkhawatirkan keadaannya yang sedang amat sangat terancam.

Perasaan gua sangat gelisah, gua pun memilih untuk menelponnya.

"assalamulaikum."

Gua menghela nafas lega ketika mendengar suaranya yang terdengar baik-baik saja.

"walaikumsalam, Ra."

"kenapa?"

"mau denger suara lo."

"apa deh."

"kamu lagi apa sayang?" tanya gua lembut.

"lagi ngobrol sama Nukha Sona."

"kamu baik-baik aja kan?"

"lo kenapa sih?"

"gua lagi gelisah banget."

"wudhu gih."

"gua jemput lo aja ya."

"gak usah ih, gua kan bawa mobil."

"gua khawatir sama lo."

"gua baik-baik aja, percaya sama gua."

"lo pulang kapan?" tanya gua mencoba tenang.

"jam 7."

"kok malem banget."

"apa sih, udah biasa jam 7 juga."

"cepatlah pulang."

"iya Alee."

"yaudah ya sayang."

"iya Lee."

Gua memutuskan telponnya. Gua mencoba untuk tenang tapi gua tetap gelisah dengan keadaannya. Gua sungguh gak ingin terjadi hal yang celaka untuknya.

---ALEE X ADIRA---

Akhirnya jam pulang kantor pun tiba, gua langsung keluar ruangan dengan tergesa-gesa membuat Jimi dan Dion bingung. Gua menghiraukan semuanya yang melihat gua terburu-buru, gua hanya ingin cepat sampai di cafe untuk memastikan Adira baik-baik saja.

Tak sampai setengah jam gua sudah sampai didepan cafe Adira. Sebelum gua masuk kedalam cafe, gua menghampiri anak buah gua lebih dulu untuk meminta mereka pulang.

"kalian boleh pulang." Ucap gua tegas.

"baik tuan."

"terimakasih sudah menjaga istriku dengan baik."

"baik tuan."

Gua mengangguk lalu mereka meninggalkan cafe.

Gua menghela nafas kasar lalu gua hembuskan perlahan. Gua sedikit tenang lalu masuk kedalam cafe. Gua memilih kursi dekat jendela. Ketika Adira melihat gua, dia sedikit bingung tapi tetap menghampiri gua lalu duduk didepan gua.

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang