SPESIAL RAMADAN, V.

385 24 22
                                    

Pernahkah kalian jatuh cinta pada seseorang berkali-kali disepanjang hidup kalian? Kalau pernah, aku pun pernah dan saat ini aku kembali jatuh cinta pada suamiku yang sudah banyak sekali memberiku kebabahagiaan yang tidak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata. Aku jatuh cinta padanya saat usiaku masih 16tahun dan saat ini usiaku hampir mencapai kepala empat. Sudah banyak waktu yang terlewati bersamanya. Aku selalu bahagia ketika waktuku habis terbuang karenanya karena saat itulah aku masih merasakan adanya ia dihidupku, ia masih bersamaku dan tidak meninggalkan aku.


Kalau ditanya apakah aku pernah membuat kesalahan didalam rumah tanggaku dengannya? Jawabannya pernah. Aku pernah mengecewakannya, aku pernah membuatnya marah. Aku pernah meninggalkannya didalam kesepian. Aku pernah berpikir untuk meninggalkannya. Bahkan aku pernah meminta untuk pisah. Tapi semua jawaban yang diberikannya bukanlah membuatku semakin marah atau kecewa ataupun ia mengabulkan permintaanku untuk pisah. Melainkan ia mencoba menenangkan dirinya agar ia tidak terpancing emosi sepertiku. Ia tidak menanggapiku, ia memilih untuk diam dan melarikan diri. Karena ia selalu berpikir, jika aku sedang marah, ia harus diam, tidak harus menghadapi emosiku karena jika ia menanggapi emosiku, maka hubungan kamilah yang menjadi taruhannya.

Jika ditanya, bahagiakah aku menikah dengan Alee? Menyesal tidak aku menikah dengannya? Dengan cepat akan aku jawab, TIDAK! Bahkan diluaran sana aku yakin banyak yang ingin diposisiku, menjadi istri Alee. Kalau aku tidak menikah dengannya, aku tidak yakin hidupku akan sebahagia sekarang. Bolehkah aku memberinya kebahagiaan seperti Alee memberiku kebahagiaan? Tentu saja boleh, dia suamiku!

"Ngelamunin apa sih?"

Aku menoleh, aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum dengan tatapan yang begitu dalam. Aku menggeleng kepala, aku mendekat kearahnya, memeluknya dengan menyembunyikan wajahku didepan dadanya. Aku mengangkat sedikit kepalaku agar aku dapat menatap matanya.

"Aku boleh bilang sayang kamu nggak, Lee?"

Alee mengernyit kening heran, tentu saja ia heran karena untuk pertama kalinya aku ingin lebih dulu mengatakan cintaku untuknya. Sesekali aku ingin ia yang membalasnya. Alee mengusap kepalaku, mengecup keningku. Ia mengeratkan pelukannya, menenggelamkan kepalaku didadanya dan kepalanya diatas kepalaku.

"Boleh dong, sesekali aku juga mau denger. Masa dari pacaran sampe nikah tetep aku yang bilang duluan."

Aku sedikit melonggarkan pelukannya, aku menatap matanya yang kini juga menatapku.

"Aku nyaman sama kamu sejak aku kenal kamu. Aku sayang kamu sejak aku terima kamu jadi pacar aku. Aku cinta kamu sejak kamu nikahin aku. Terakhir aku ingin kamu untuk aku selamanya, Alee!"

Alee menatapku begitu dalam, ia tertawa pelan, pasti ia terkejut mendengar ungkapan cintaku untuk pertama kalinya sejak kami hidup bersama. Ia mengecup kening, beralih pipi lalu terakhir berhenti di bibir, hanya menempel tidak ada tindakan lebih darinya. Aku melepas lebih dulu lalu memeluknya erat. Bahkan pelukan seerat atau sekencang apapun tidak akan sanggup mengungkapnya cintaku pada Alee. Sungguh aku sudah benar-benar gila karenanya.

Alee mengusap punggungku dengan lembut, membalas pelukkanku dengan erat.

"Ra, aku merinding denger ucapan kamu." Balasannya dengan sedikit tawanya. "Ternyata bener ya kalo istri aku itu romantis banget. Aku bener-bener terharu dengernya."

"Ngeledek!" Kesalku.

"Kok ngeledek sih, beneran sayang. Aku merinding dengernya. Kamu lagi berusaha ngerayu aku biar ditambahin uang bulanan ya?"

Aku mencubit pelan punggungnya, membuatnya meringis kesakitan. Aku melepas tanganku yang melingkar diperutnya. Kemudian menatapnya kesal.

"Ini nih yang buat gue males ngomong serius sama lo. Lo-nya ngeledek terus."

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang