"kamu kenapa senyum-senyum? Keliatannya bahagia banget."
"hah? Kenapa?"
"kamu kenapa, Ra?"
Sedari tadi gua jemput Adira dirumah bunda, dia senyum-senyum terus sambil memandangi hapenya. Saat ini gua ditemani kerja oleh Adira diruang tengah
"tadi aku abis jalan-jalan." Ucapnya.
"sama siapa?" tanya gua heran.
"sama temen aku."
Gua pun mengernyitkan kening bingung, temannya? Tapi tadi Nukha, Sona dan Dara tidak cerita apapun ke gua.
"teman kamu siapa?"
"Sonya."
"kamu gak punya teman namanya Sonya, Ra. Adanya Sona."
Adira menoleh kearah gua dengan wajah kesal lalu ia memperlihatkan isi hapenya yang terdapat foto dirinya dan juga Laras. Hapenya gua rampas lalu gua menatapnya intens.
"kamu pergi sama dia?" tanya gua tegas.
"iya." Jawabnya "dia cerita banyak tentang masa muda aku sama dia. Sonya itu the best banget."
Gua menggeleng kepala tak percaya bahwa Laras dengan cepat mengetahui kondisi Adira dan dengan mudahnya mempengaruhi Adira.
Gua memegang bahu Adira lembut dengan tatapan selembut mungkin.
"Adira..." Adira mengangguk. "dengerin aku..."
"dia itu orang jahat, dia selalu berusaha untuk celakain kamu. Jangan percaya sama omongan dia, dia hanya sedang memanfaatkan keadaan kamu, sayang."
Tatapan Adira berubah tajam, dengan cepatnya menepis tangan gua dari bahunya.
"ternyata bener kata Sonya, lo gak suka sama dia, lo selalu ngejelekin dia biar gua benci dia dan buat persahabatan gua hancur. Lo kenapa jahat banget sih. Dia itu orang baik, gak mungkin dia mau celakain gua."
Gua hanya mampu menghela nafas berkali-kali agar gua tetap tenang, tidak terbawa suasana.
"coba lo ceritain ke gua apa aja yang udah diceritain ke lo. pengen tau gua." Tantang gua.
"gak perlu lo tau."
"harus!! Gua harus tau."
"lo itu betulan pemaksa ya? Pantes Sonya suruh gua cepet pisah sama lo."
"Ra!!! Dia itu pengkhianat bukan sahabat lo."
"lo yang pengkhianat!! Lo udah rebut gua dari sahabat lo. jahat banget sih lo!!"
"rebut lo? lo sendiri yang mau sama gua."
"alah... kata Sonya aja lo yang mohon-mohon ke orang tua gua buat nikahin lo cepet."
"dia gak tau apapun tentang hubungan kita. Lo jangan dengerin dia."
"terus gua harus dengerin lo? jangan harap!!!"
"Ra..."
"gak usah pegang-pegang gua!! Gak sudi gua disentuh lo."
Berkali-kali gua menghela nafas agar gua tetap tenang dan tidak emosi. Kalo gua emosi, Adira bisa habis.
"jangan deket-deket sama dia."
"gak usah ngatur-ngatur lo."
"lo itu istri gua, lo harus ikut aturan gua. Lo harus nurut sama gua."
"kalo begitu gua gak usah jadi istri lo lagi." Ucapnya membuat gua terkejut dan kemarahan gua semakin memanas.
"jaga ucapan lo!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Pulang [ENDING]
Romance[GANTI JUDUL *TAKE YOU HOME*] Sejauh apapun jarak yang kamu buat, kamu akan tetap kembali padaku. Kalaupun kamu tidak tau jalan pulang, aku akan menjemputmu untuk pulang bersamaku! SEKUEL : RASA UNTUK ALEE #7 - Rindu (dari 1.47K cerita) #37 - Fiksi...