Good Bye :)

607 36 45
                                    

"ADIRA SAURA, LO ISTRI DURHAKA!"

Adira tertawa melihat reaksi Alee setelah ia menceritakan rencana yang sudah berjalan selama tiga bulan, lebih tepatnya 100 hari. Alee mampu menahan dirinya, masih ada kekuatan didalam hatinya untuk tetap bertahan dengan dirinya. Alee tak mampu lagi tergoda dengan kehadiran Camelia yang kini sudah masuk kedalam pelukan Kai.

"Hebat! Cuma satu kata itu yang mau gue ucapin ke lo! Lo beneran sayang gue, Lee!"

"Jelas lah gue cinta lo! Sinting emang lo, suami sendiri dipermainkan hatinya!"

"Tapi lo beneran pernah tidur sama dia?" Tanya Adira lagi sembari makan keripik.

Setelah semuanya pulang kerumah masing-masing, Adira dan Alee merayakan hari ulang tahun Alee berdua, dengan Bulan yang sudah terlelap didalam boxnya. Kini keduanya hanya duduk berhadapan diatas karpet kamar.

Alee menghela nafas panjang lalu mengangguk pasrah.

"Iya, maaf, Ra."

Adira tersenyum lalu mengangguk. "Iya, nggak apa-apa. Kan udah masalalu. Asal untuk saat ini dan selamanya, jangan diulangin lagi. Kepercayaan gue buat lo sisa satu nyawa. Kalo lo sia-siain lagi, nggak akan ada lagi kesempatannya."

"Gue mau pecat Camelia, gue mau Jimi balik jadi sekretaris gue lagi!"

"Loh kenapa?" Adira bertanya disela-sela tawanya.

"Gue nggak mau ambil resiko. Gue lebih nyaman Jimi jadi sekretaris gue. Bukan karena Camelia tapi sejak awal gue lebih nyaman kerja bareng cowok. Lo tau kan gue gampang risih."

"Kasian dong Camelia jadi pengangguran?"

"Cihhh... duit suaminya udah banyak. Ngapain lagi dia kerja."

"Gue tetep kerja."

"Emang lo nya aja nggak bersyukur punya suami banyak duit."

"Yeehhh... Kan dari awal perjanjian nikah, gue tetep mau kerja. Lo juga nggak marah kan."

"Sekarang gue marah."

"Ih nggak konsisten banget sih lo."

"Eh kado nya mana?" Tagih Alee sembari menadahkan tangannya didepan Adira.

Bukannya kado yang diberikan, Adira menepuk kencang tangan Alee. "Nggak butuh kado lo sih. Apa lagi sih yang kurang? Semuanya juga lo punya, Alee!"

"Tapi kayaknya Bulan butuh adik deh, Ra." Goda Alee sembari menoel pipi Adira.

"Apaan sih, nggak lah. Bulan aja baru 8 bulan. Nantilah kalo dia udah 4 tahun."

"Eh anjir lama banget! Nggak asik banget lo!"

"Kok nggak asik sih? Nggak jelas banget sih lo!"

"Ra, ayo, Ra." Ajak Alee dengan menarik tangan Adira untuk berdiri.

Adira mengangkat kepalanya, menatap Alee dengan bingung.

"Ayo kemana? Lo nggak liat jam itu udah jam 10."

"Ayo main."

"Main apaan jam segini? Main jelangkung!"

"Olahraga malem lah."

"Olahraga aja sana sendiri."

"Sama lo lah, ayolah, Ra. Nanti gue kasih apa aja yang lo mau."

"Maaf ya, nggak bisa. Gue bisa beli sendiri." Acuh Adira lalu naik kearas ranjangnya disusul Alee, yang sudah merebahkan tubuhnya disamping Adira.

Alee menarik Adira kedalam pelukannya, saat akan mencium, bibirnya sudah disentil Adira dengan kencang.

"Gue lagi halangan, main aja sana sendiri!"

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang