Kembalilah.

772 71 46
                                    

Sejak kejadian surat cerai itu, gua masuk kedalam kamar meninggalkan Adira seorang diri di ruang TV. Sampai saat ini gua sudah tak bertemu dengannya lagi. Ternyata Adira sudah membawa beberapa pakaiannya dari rumah. Isi lemarinya sudah berkurang, tetapi brankasnya masih aman.

Berhari-hari gua tak keluar kamar, tak makan, dan tak minum. Hape gua nonaktifkan, sambungan telpon gua putus, semua lampu gua matikan. Gua hanya mabuk dan mabuk seorang diri untuk melampiaskan rasa amarah, sedih dan kecewa gua pada diri gua sendiri. Gua tak tau harus melakukan apa lagi agar Adira kembali ke gua.

Gua beri dia kebahagian, nyatanya kebahagiaan yang gua berikan belum cukup untuk Adira tetap bertahan sama gua.

Gua beri dia kebebasan menjadi seorang istri sekaligus wanita karir, tetapi itupun tak cukup untuknya.

Gua beri dia uang, tapi itu tak mampu membuatnya tetap bertahan disamping gua.

Lalu gua harus memberikannya apalagi? Nyawa? Apakah itu yang membuat Adira terus bersama gua? Kalau memang nyawa, gua ingin Adira datang dan melihat gua mati didepan matanya. Mungkin itu akan membuatnya bahagia dan bebas pergi bersama pacarnya dan pergi kencan dengan semua uang yang gua berikan.

Gua pernah dengar pepatah "dibalik kesuksesan seorang laki-laki ada perempuan hebat dibaliknya." Gua percaya pepatah itu. Adira adalah seorang gadis yang sampai saat ini gua kenal sebagai perempuan hebat. Adira hebat dalam segala bidang, ia bisa masak, ia bisa merapikan rumah, ia bisa mengurus gua dengan baik, dan saat ini dalam sekejap Adira hebat menghancurkan hati dan hidup gua.

Gua mengakui kalau gua tak bisa hidup tanpa Adira. Gua butuh peran Adira didalam hidup gua. Hidup gua sudah bergantung dengan adanya dirinya dalam hidup gua. Gua hancur dan berantakan sejak tak ada dirinya dihidup gua.

"Ra...kembali."

"gua rindu lo."

"pulang sayang."

"Lee...Alee."

"lo didalam kan."

"Alee lo dimana?"

Perlahan mata gua terbuka ketika mendengar suara seseorang dari luar kamar, yang jelas itu bukan suara Adira. Dia bukan Adira, gua gak ingin menjawab panggilannya.

Gua kembali menutup tubuh gua dengan selimut.

Tok tok tok

"Lee...lo didalam kan." Ucap seseorang dengan suara yang berbeda dengan yang tadi.

Gua pastikan mereka ada beberapa orang, mereka lebih dari satu dua orang.

"gilak nih rumah kenapa jadi gelap semua sih. Gak mungkin si Alee lupa bayar tagihan listrik."

"pintunya dikunci nih."

"dobrak aja."

"Damar, dobrak pintunya deh."

Damar? Siapa ya? Ah...suami sahabatnya Adira.

Braakkk

"ah gilak gelap banget."

Klik...

Jadilah kamar gua kembali terang setelah seminggu lebih keadaan rumah sampai kamar semuanya gelap gulita.

"Lee..lo didalam kan?"

Gua membuka selimut yang menutupi tubuh gua, gua hanya membuka pada bagian kepala gua.

Gua menatap mereka dengan mata sayu gua yang masih sangat berat untuk dibuka sempurna.

Mereka terlihat menghela nafas kasar dengan tatapan iba melihat keadaan gua.

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang