Kehadiran.

346 18 12
                                    

“Pagi Tuan Alee.”

“Pagi.”

Alee melanjutkan langkahnya masuk kedalam ruangannya. Ia benar-benar bingung harus bersikap bagaimana pada Camelia. Disalah satu sisi, Camelia adalah mantan teman dekatnya, lebih tepatnya selingkuhannya. Tetapi disatu sisi lagi, saat ini Camelia adalah sekretarisnya. Saat dulu ia dekat dengan Camelia, tersirat didalam hatinya untuk mengganti Adira dengan Camelia lalu mengakhiri hubungannya dengan Adira demi melanjutkan hubungannya dengan Camelia. Tetapi belum berjalan lama, hanya hitungan bulan, Camelia pergi begitu saja tanpa memberinya kabar. Alee pun akhirnya kembali pada hatinya, pada hubungannya dengan Adira yang sudah berjalan sangat lama. Alee merasa bersalah pada Adira karena pernah berpikir untuk mengakhiri hubungannya. Saat itulah, Alee berpikir tidak ingin gadis lain selain Adira.

Alee membuka layar laptopnya, tepat disebelah laptopnya, terdapat bingkai fotonya dengan Adira. Ia mengangkat bingkainya, melihat Adira tersenyum membuat bibirnya ikut membentuk senyum manis. Ia tertawa pelan, membayangkan setiap pertengkaran kecilnya dengan Adira. Ia tidak menyangka masih bersama Adira dalam waktu yang sangat lama. Alee berharap akan selamanya hidup bersama Adira. Alee berharap tak akan ada yang mengganggu kebahagiaannya dengan Adira.

“Adira...”

Tok Tok Tok

“Masuk.”

Masuklah Camelia setelah diberi ijin oleh pemilik ruangan. Camelia berdiri didepan Alee dengan mata berbinar. Sesungguhnya Camelia masih menyimpan ketertarikannya pada sahabat kakaknya ini. Ada alasan mengapa dahulu Camelia memilih mundur dari hubungan gelapnya dengan Alee.

“Ini ada berkas yang harus ditandatangani.”

Alee menatap Camelia sekilas lalu mengambil beberapa berkas yang baru saja diletakkan diatas mejanya oleh Camelia. Satu demi satu lembar, Alee buka dan mencoba membaca, memahami isi dokumennya. Setelahnya Alee mengukir  signature diatas namanya yang berada dibagian bawah kanan---Alee Arseno Nugroho.

“Nanti jam 10 ada meeting dengan direksi. Semuanya sudah aku siapkan.”

“Iya.”

“Hanya iya?”

Alee mengangkat kepalanya, menatap Camelia bingung.

“Lalu?”

“Kamu nggak nanya, direksi siapa aja?”

“Untuk apa? Nanti juga aku akan tau.”

“Kamu kenapa jadi kaku begini?”

“Lia, aku sudah punya istri. Tolonglah, hargai kehadiran istriku.” Ujar Alee langsung.

Camelia tertawa pelan. “Sebelum dia jadi istrimu pun aku sudah menghargainya, Alee.” Balas Camelia lantang.

“Terimakasih.”

“Kalau aja dia tidak ada, apa aku pantas menempati posisinya sekarang?”

Alee berdecak kesal. Ia menghela nafas panjang diiringi dengan gelengan kepala.

“Lia, sebelum kamu datang, dia sudah lebih lama ada.”

“Kalau dia sudah lama ada, kenapa kamu masukkan aku kedalam hidup kamu?”

“Lia, bisa tidak jangan membicarakan masalalu. Aku takut istriku dengar. Aku tidak ingin menyakiti hatinya.” Pinta Alee tulus.

“Berarti kamu ingin menyakiti hati aku?”

“Kamu yang ninggalin aku, bukan sebaliknya, Camelia!”

“Aku nggak akan ninggalin kamu! Kalau aja aku tau kamu nggak punya hubungan dengan gadis lain!”

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang