Di Restui.

689 68 10
                                    

Baru saja gua sampai Bandara Udara Internasional Kualanamu, Medan. Gua keluar lalu mencari taksi untuk membawa gua kerumah orangtua Adira. Gua tetap bersikap tenang dan tenang agar semua rencana gua berhasil baik.

"bawa saya ke daerah Medan Amplas, Desa Amplas, jalan babatu nomor, Pak."

"baik bang."

Didalam taksi gua hanya diam sambil memejamkan mata untuk menenangkan pikiran dan detak jantung gua. Jika dipikir-pikir gua begitu nekat untuk menemui orangtua Adira hanya untuk mengatakan gua serius dengan Adira. Padahal umur gua baru 18tahun tapi kenapa gua bisa sebegitu yakinnya dengan keseriusan gua pada Adira.

Apa gua gak takut kalo perasaan Adira sudah hilang untuk gua? Entahlah gua selalu yakin kalo Adira hanya untuk gua, Adira gak akan kemana-mana. Gua selalu yakin kalo tempat gua pulang adalah hatinya Adira. gua yakin Adira pun begitu.

Sampai saat ini gua tidak tau sejak kapan gua mencintainya. Entah sejak kapan Adira selalu ada dipikiran gua. Entah sejak kapan gua begitu menginginkannya. Entah sejak kapan dia masuk kedalam hati dan juga hidup gua.

Sebelum mengenal Adira, gua tidak percaya adanya cinta pertama dan cinta sejati, tetapi setelah Adira masuk kedalam hidup gua lalu ia menetap dihati gua. Gua percaya akan adanya cinta pertama, gua percaya Adira adalah cinta pertama gua dan akan menjadi cinta sejati gua. Sekali gua percaya, akan selamanya gua percaya. Gua percaya, Adira adalah takdir untuk gua. Takdir kenapa Adira diciptakan adalah untuk melengkapi takdir hidup gua, untuk menjadi pasangan gua.

Gua sangat mencintai Adira...

Kalo ada yang bilang Adira cuek, ya gua akui, dia memang cuek. Dia gak pernah nunjukiin perhatiannya ke gua. Gak pernah khawatirin gua, gak pernah terlihat peduli dengan gua tapi itu semua gua gak peduli karena gua yakin, jauh didalam hatinya dia memperhatikan gua dari jauh, mengkhawatirkan gua dan sangat peduli dengan hidup gua hanya saja tidak ditunjukkannya. Selagi Adira tidak pergi dari gua, gua percaya dia mencintai gua.

Gua gak bisa bayangin kalo nanti gua dan Adira betulan nikah, apa Adira akan tetap cuek dan malu-malu nunjukin perhatiannya atau akan posesif, gua gak bisa bayangin itu terjadi. Ngebayangin hidup serumah sama dia aja bisa ketawa gua. Gimana gua gak ketawa, gua dan dia selalu debat, pasti setiap hari gua adu bacot hehehe

"ini rumahnya bang."

Gua menoleh kearah luar jendela. Gua melihat bagunan rumah sederhana dengan halaman rumah cukup sejuk. Gua mengeluarkan selembaran uang lalu gua berikan pada supirnya.

"kembaliannya ambil aja pak."

"makasih banyak, bang."

"makasih juga pak udah bawa saja kesini."

Supirnya tersenyum puas lalu mengangguk. Gua kembali mengenakan tas ransel berisi beberapa baju untuk gua menginap nanti di hotel. Gua keluar dari taksi lalu taksi itu pun pergi meninggalkan rumah Adira.

Berkali-kali gua menghela nafas kasar. Dengan segala ucapan do'a terus terucap dari dalam hati untuk terus mendapatkan kelancaran.

Gua melihat halaman rumah Adira yang sepi lalu gua melangkah maju ke pintu.

Tok tok tok

"assalamualaikum."

Cukup lama tak ada jawaban dari orang rumah, akhirnya terdengar jawaban salam dari dalam rumah.

"walaikumsalam."

Cklekk....

Jantung gua rasanya mau copot Cuma karena denger suara pintu ke buka.

Kembali Pulang [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang